Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 234 ( Tidak Ada Yang Berubah )



Chapter 234 ( Tidak Ada Yang Berubah )

0Apapun itu. Monna tidak ingin memikirkan masa lalu.     

Jadi jika dia ditanya pertanyaan semacam ini.     

Monna tinggal menjawab simple.     

Dia belum pernah menjalani hubungan serius dengan laki-laki dan sibuk dengan urusan tidak jelasnya. Lalu, tidak ada yang menginginkannya. Seperti banyak wanita cantik lain yang mudah mendapatkan pasangan.     

Atau wanita-wanita pada taraf sedang, mudah mendapatkan pasangan dan 'klik'.     

Monna seperti berada di gurun pasir yang gersang.     

Mari kita lihat dan nilai bagaimana penampilan Monna dalam dunia nyatanya.     

Memilih rambut panjang bergelombang. Lalu mata bulat tidak terlalu lentik. Tapi nampak baik dan cocok dengan penampilannya yang standar. Monna juga punya dagu yang runcing. Memberikan kesal pipi tirus dan Monna memang tidak bertubuh gemuk.     

Tidak bertubuh kurus bak model ternama.     

Tubuh Monna berada pada taraf sedang. Karena Monna harus tetap menjaga staminanya untuk terus bekerja dna bekerja.     

Menghidupi seluruh kebutuhannya sehari-hari. Lalu menyesuaikan pola pikir masyarakat yang mengatakan bahwa anak bawang perlu melakukan lebih banyak pekerjaan ektra guna untuk mengasah kemampuan mereka.     

Pikiran gila itu, terkadang masih membuat Monna stres dan kesal sendiri karena terlalu semena-mena.     

Melampiaskannya dalam bentuk makanan dan sengaja mengisi perutnya agar bertenaga bukan untuk menghadapi para pecundang itu.     

Tapi demi untuk bisa menyerap banyak kemampuan remeh yang mereka berikan pada Monna secara sukarela ketika pertama kali Monna harus beradaptasi pada pekerjaan barunya.     

Seiring berjalannya waktu, pekerjaan itu terkadang berkurang. Terkadang menjadi hal sudah lumrah.     

Sehingga tidak perlu terlalu membatin memikirkan segala perlakukan tidak adil itu.     

Wajah serius dan penuh ketegasan, mungkin menjadi salah satu kendala kenapa banyak pria enggan mendekatinya.     

Takut akan dia marahi atau menemukan kata tidak cocok ketika mereka mengenal Monna lebih dalam.     

Kekakuan sikap Monna-lah yang terkadang membuatnya sulit didekati.     

Namun, apa Monna baru saja salah memperhatikan sesuatu?     

Seperti melihat sebuah senyum yang tersungging tipi. Tapi sangat samar. Hingga Monna terus berpikir mungkin dia salah melihat.     

Anthonie mengejek keburukannya dalam mencari pasangan?     

Ingin mengomeli atai menertawakannya balik.     

Monna tidak punya satu kalimat bantahan apapun yang bisa melawan kejujuran Anthonie.     

Tidak ingin memusingkannya dan terlalu banyak bicara.     

Anthonie yang Monna pikir sebenarnya adalah pribadi pendiam. Malah terus menjadi pembicara.     

"Aku akan memberikanmu waktu cuti lebih banyak jika kau masih ingin beristirahat."     

Menggeleng dan tidak menyetujui usul itu.     

"Tidak. Terima kasih, Pak. Saya sudah bisa langsung bekerja besok jika tidak ada halangan. Saya perlu membalas budi perusahaan yang sudah merawat saya dengan begitu baik dan tanpa pamrih."     

Anthonie mengangguk.     

"Baik. Kalau begitu, besok aku akan menjemputmu."     

Mengernyit dan berderik dalam waktu bersamaan.     

Monna tersentak.     

"Apa yang baru saja Anda katakan?"     

Mungkin bisa terbatuk-batuk, jika dia sedang meneguk minum.     

Monna sungguh tidak bisa mengerti apa yang pria ini inginkan.     

"Saya sudah sembuh dan tidak butuh fasilitas tambahan, Tuan Muda. Saya bisa mengerti perusahaan ingin memberikan kenyamanan bagi seluruh karyawannya. Tapi ini sudah berlebihan. Mana mungkin saya merepotkan Anda dan menyusahkan Anda."     

Anthonie menyikapinya dengan begitu mudah.     

"Tidak masalah selama saya menginginkannya,"     

Monna lagi-lagi menggerutu. Bukan melalui mulutnya. Tapi hanya dia simpan dalam hati.     

Demi Tuhan! Dan demi apapun! Apa dia tidak apa sebenarnya yang menjadi permasalahan Monna tidak ingin dijemput, atau diantar? Apapun itu! ini namanya menyalahi aturan dan melangkahi prosedur!!     

"Saya terbiasa berangkat kerja sendiri. Dan mungkin arah kita berbeda. Saya pasti akan tetap bekerja, Tuan. Jadi Anda tidak perlu khawatir jika saya tidak masuk."     

"Aku menawarkanmu libur tambahan jika kau ingin. Tapi karena kau tidak menginginkannya. Aku sama sekali tidak takut jika kau sampai berhenti bekerja."     

Seperti ancaman dan memiliki pengertian yang dalam.     

Apakah Anthonie ingin memecatnya secara halus?     

Gaji dan pekerjaannya menjanjikan. Monna tidak mungkin menyia-nyiakan pekerjaan itu begitu saja karena tidak nyaman dengna anak sang pemilik!     

"Saya akan masuk kerja besok dan ikut dengan Anda!"     

Monna terpaksa mengiyakan.     

Mereka akhirnya sampai di depan rumah Monna.     

Terlihat sepi dan gelap. Lalu, mungkin karena sudah lama tidak melihat. Rumah ini terasa sedikit asing.     

"Kau tidak akan masuk? Atau apa aku perlu menemanimu?"     

Monna menggeleng cepat.     

"Tidak. Terima kasih."     

Segera melepaskan sabuk pengamannya. Dan membuka pintu mobil. Sebuah panggilan telepon menghentikan langkahnya ketika Monna baru mencapai pagar rumahnya.     

Membuka isi tasnya dan mencari ponsel.     

Belum sempat mengecek pesan atau telepon masuk karena tas-nya baru diberikan ketika mereka akan keluar dari rumah sakit.     

Tas Monna digendong serta ke rumah sakit demi alasan administasi dan pengecekkan.     

Nomor asing tidak dikenal.     

Menjawab telepon itu dengan ragu. Sebuah suara yang familiar terdengar.     

"Ini nomorku. Dan simpanlah. Jika ada keperluan, kau bisa menghubungiku dan aku akan langsung meluangkan waktu."     

'Klik'     

Monna berbalik dan menyaksikan mobil Anthonie melesat pergi. Sempat melambaikan tangan untuk berpamitan.     

Selama beberapa detik, Monna tidak memberikan respon.     

Menatap dengan bodoh dan masih menggenggam ponselnya dengan kaku.     

"Apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu? Apa dia sudah gila dan hilang akal?"     

Tidak ingin memikirkan hal itu saat ini.     

Monna langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya. Berjalan menuju ke kamarnya dan mencari apa yang sejak kemarin terus ingin diua ketahui.     

Monna melempat asal tasnya.     

Mengamati sekeliling dan masih menemukan keadaan kamarnya sama seperti terakhir kali Monna meninggalkannya.     

Monna menemukan satu hal yang sedikit berbeda dan agak aneh.     

Sudah sebulan tidak mengurusi rumah dan membersihkannya. Rumahnya nampak begitu bersih dari debu dan juga noda?     

Semua tata letak masih sama. Tapi tidak dengan kotoran atau debu yang mungkin menempel hanya karena beberapa hari tidak dibersihkan.     

Tidak ingin berpikir jauh dan mencari kebenaran soal kehidupannya di dunia lain.     

Monna perlahan membuka buku berjudul 'The Classic Love Of Geraldy'.     

Membalik dengan gugup dan gemetar.     

Monna membalik lembarannya pada beberapa halaman terakhir. Membacanya dengan teliti dan tidak menemukan adanya sebuah perubahan.     

Belhart, sang putra mahkota. Akhirnya berhasil menikahi Alliesia yang awalnya sangat ditentang keras oleh kekaisaran. Dan mereka berhasil merubah cara pandang orang-orang tentang kasta dan status bangsawan yang selama dianggap benar.     

Orang-orang yang dulunya meragukan pernikahan antara kaum wanita yang bukan bangsawan dengan keluarga kekaisaran, akhirnya menyetujui pernikahan antara keduanya dan mendukung mereka.     

Sebaliknya orang-orang yang jahat, yang berusaha mengganggu kebersamaan dan kebahagiaan para tokoh utamanya, berakhir menerima nasib yang buruk setimpal dengan perbuatan mereka.     

Membalik lagi dari awal, membaca dari tengah dan mengulang bagian akhir.     

Semua masih sama dan tidak ada yang berubah.     

Seakan-akan semua yang Monna lalui hanya mimpi semata dan tidak nyata.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.