Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 237 ( Sesuatu Yang Lain )



Chapter 237 ( Sesuatu Yang Lain )

0Namun mereka tidak merasa aneh karena Anthonie dengan apik menjelaskannya begitu baik?     

Monna diam-diam mengaggumi cara Anthonie meredam keadaan genting menjadi kondusif.     

"Ya. dan jika kau bertanya padaku. Aku juga tidak bisa menjelaskannya karena aku bukan seorang pakar," terang Monna tanpa kejelasan.     

Jennifer masih terus memperhatikan.     

"Kalau begitu, apa kiranya yang bisa kau jelaskan menurut versimu?"     

Menerawang jauh memperhatikan bentu awan yang terlihat cantik meski mulai berkabut.     

Monna sudah merindukan langit-langit negeri Geraldy yang jernih. Begitu biru dan tidak ada polusi udara.     

"Aku hanya bisa menjelaskan bahwa aku bermimpi panjang. Sangat panjang, hingga aku bingung sendiri apakah itu memang hanya mimpi dan bukan kenyataan."     

Penjelasan ini membuat Jennifer bertambah bingung.     

Memiliki postur tubuh yang lebih pendek. Jennifer kelap kali haru mendongakkan kepalanya ke atas untuk bicara dengan Monna yang terbaisa mengenakan heels.     

Sedang Jennifer meski bertumbuh pendek. Namun selalu lebih nyaman menggunakan sepatu tanpa hak-nya.     

"Aku semakin tidak mengerti, Monna!"     

Berdecak dan protes ketika penjelasan gamblang seharusnya membuatnya mengerti. Malah semakin tidak mengerti.     

Monna tersenyum datar.     

"Abaikan saja penjelasanku jika itu membebanimu. Mungkin tidak akan bisa dimengerti siapapun. Karena kau sendiri juga tidak memahaminya,"     

Monna meregangkan tubuhnya sejenak dengan menarik tinggi tangannya ke atas.     

"Gosip apa saja yang sudah aku lewatkan dan apa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam ruangan itu?"     

Ruangan yang Monna maksudkan adalah ruang kerjanya sendiri. Merasa tidak pernah nyaman ketika situasi ini terjadi, tapi Monna masih harus bersikap tenang seperti tidak terjadi apa-apa. ketika mungkin saja sudah ada banyak orang yang berkumpul di sana untuk menantikan kedatangannya.     

"Ibu Vera pasti akan mencecarmu dengan ribuan pertanyaan. Menanyakan selama ini kau kemana saja ketika pertanyaan sama dia ajukan padaku. Namun aku sama sekali tidak bisa memberikan kesaksian apapun karena aku memang tidak mengetahuinya."     

Oke.     

Penjelasan ini Monna pahami dan bisa membayangkannya.     

"Lalu, bagaimana dengan rekan kerja yang lain?"     

Menyipitkan mata dan memasang wajah curiga.     

"Maksudmu Chintya dan Endru? Pasangan yang kini menjadi populer karena resmi jadian dan bermesraan hampir sepanjang hari karena tidak ada larangan berpacaran di kantor ini?"     

Tidak bermaksud melukai hati Monna karena Jennifer tahu Monna menyukai Endru.     

"Kini ketika kau sembuh dari sakit pun kau masih ingat padanya?"     

Nampak tidak pernah senang ketika Monna menunjukkan ketertarikannya pada Endru.     

Jennifer menghela napas lemah.     

"Sudah aku katakan kalau dia tidak cocok dengamu. Kau seratu kali lipat lebih bai darinya. Dan aku memang bukan bermaksud untuk memberikan kesal buruk pada Endru. Tapi demi hal apapun, pria itu memag terlalu royal pada semua wanita. Tanpa terkecuali dan sudah ada banyak wanita yang terjerat!"     

Monna menunjukkan tatapan datar.     

Sudah tidak merasakan perasaan apapun terhadap Endru. Karena Monna telah menemukan pria yang seratus.. tidak, berjuta-juta kali lipat lebih baik dari Endru.     

Monna akhirnya mengaku.     

"Aku sudah tida punya perasaan apapun padanya, Jenny. Tidak sama sekali dan aku hanya penasaran bagaimana situasi kantor selama aku tidak ada untuk mempersiapkan selaga kemungkinan."     

Jennifer nampak lebih ceria.     

"Itu bagus dan ada gunanya kau sempat dirawat di rumah sakit. Ketika mungkin dokter sudah memperbaiki beberapa sel otakmu yang rusak!"     

Tatapan siap menyerang Monna perlihatkan.     

Membuat Jennifer mengurungkan niatnya untuk berkicau lebih tidak mengenakkan.     

Jennifer terkekeh.     

"Maafkan aku. Aku tidak semestinya senang di atas penderitaanmu. Namun, benarkah saat ini kau sudah baik-baik saja dan tidak ada satu kekurangan apapun yang kau rasakan saat ini?"     

Menggoyangkan lalu memuta tubuh Monna secara acak.     

Jennifer berusaha memastikan ucapannya.     

"Aku baik, Jenni dan aku tidak kekurangan apapun. Selain tentu saja perasaanku terhadap Endru."     

Jennifer justru menemukan sesuatu yang berbeda.     

"Tidak, Monna. Aku sudah menemukan sesuatu yang lain ada padamu!"     

Menunjukkan sisi dektektifnya dan menyipitkan mata.     

Monna terus menatap Jennifer.     

"Penampilanmu berbeda, Monna. Tapi lebih.. cerah dan cantik. Kau menggunakan make-up khusus untuk merias penampilanmu hari ini?"     

Menyentuh pipi dan terlihat bimbang.     

"Apakah akau terlalu banyak mengoleskan bedak atau lipstikku?"     

Terbiasa mengenakan kosmetik yang Cattarina gunakan dalam kehidupannya sehari-haru. Lalu mengikuti kebiasaannya berdandan.     

Monna membuka lebar matanya.     

Tersenyum ceria dan menemukan sesuatu yang sangat penting berkat kecerdikkan Jennifer menemukan perbedaan sederhana yang ada pada Monna saat ini.     

"Mimpi itu ternyata adalah nyata?" bergumam sangat pelan. Sehingga Jennifer tidak bisa mendengarnya.     

"Apa yang baru saja kau katakan, Monna? Kau mengatakan sesuatu?"     

Menggeleng kuat dan tersenyum ceria.     

"Bukan apa-apa. Tapi, apakah penampilan seperti ini cocok untukku?"     

Tidak hanya mengoleskan lebih banyak make up pada wajahnya yang selama ini hanya natural dan jarang menatanya lebih baik.     

Monna juga tanpa sadar sudah menggulung rambutnya dengan lebih baik.     

Menggunakan conditioner lebih banyak dari biasanya dan melakukan perawatan khusus pada rambutnya agar terlihat halus juga berkilau.     

Sekali lagi karena perubahan penampilan inilah, Monna merasa sangat yakin bahwa dia tidak sedang bermimpi bisa masuk dalam cerita novel.     

Tidak akan membaginya dengan siapapun karena yakin tidak akan ada yang mungkin percaya dengan ceritanya.     

Lalu Monna juga tidak ingin disangka gila setelah mengalami mati suri sebulan.     

Berbeda dengan dunia Cattarina yang penuh dengan hal gaib juga tidak masuk akal. Di dunia Monna saat ini, hal gaib dianggap menakutkan dan membawa sial.     

Sehingga Monna lebih baik menyimpannya seorang diri dan tidak membaginya dengan orang lain.     

Monna sekali lagi memeluk Jennifer.     

Merasa sangat berterima kasih karena Jennifer begitu cerdas.     

Jennifer yang bingung tidak berkata banyak.     

Mengelus rambut Monna dan menyukai aroma parfum wangi yang Monna gunakan.     

"Sekarang, sepertinya kau lebih banyak merawat diri. Aku senang dengan perubahan ini. Dan kau bertambah cantik seperti kepribadianmu!"     

Jennifer membalas pelukan Monna.     

***     

Masuk ke ruang kerjanya. Tatapan penuh sambutan dan selidik mengalir ke sekeliling ruangan. Memberikan ketidak nyamanan dan kecanggungan yang begitu terlihat.     

Monna dengan tenang menyapa semua orang.     

"Hallo. Dan maaf baru bisa hadir hari ini!"     

Monna lalu menambahkan.     

"Kalian mungkin begitu penasaran tapi.."     

Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Veranica sudah menghampirinya.     

Tersenyum hangat dan ramah di balik kaca mata eksentriknya dengan motif loreng. Bertubuh sedikit gempul tapi modis dengan caranya yang unik.     

Wanita dengan sepatu heels setinggi 9 senti itu, menyapa Monna.     

"Monna Rataliu," ucap sang bos dari divisinya dengan banyak nada melikuk.     

"Kau sudah sembuh dan bisa masuk kerja kembali?" sapa Vera sekali lagi.     

Merangkul Monna ramah tidak seperti biasanya. Ketika Monna lebih banyak mendapatkan marah atau protes darinya dengan berbagai macam alasan. Baik yang masuk akal dan tidak.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.