Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 238 ( Hubunganmu Dengan Anthonie )



Chapter 238 ( Hubunganmu Dengan Anthonie )

0"Aku senang bisa melihatmu lagi!"     

Terlihat ceria dan tulus.     

Monna mengernyit. Lalu melirik ke arah Jennifer yang sudah menaikkan dua alisnya ke atas sembari mengangkat bahu.     

Monna masih menyaksikan apa yang akan Vera lakukan.     

"Kau membuat kami semua sangat cemas. Dan kau membuat kami sulit fokus dalam bekerja!"     

Apa mungkin ini ucapan Vera mengandung konotasi negatif?     

"Maafkan saya, Bu Vera. Saya tidak bermaksud membolos dan meninggalkan pekerjaan."     

Vera menggeleng dengan mulut kerucut. Lalu berdecak.     

"Tidak masalah dan tidak perlu memikirkannya. Karena kesehatan dan kenyamanan karyawan selalu menjadi hal utama yang perlu kami utamakan."     

Monna agaknya cukup bergidik mendengar Bu Vera yang selama ini tidak pernah melayangkan pujian jika buka karena terpaksa. Bersikap manis dan perhatian pada anak buahnya. Terutama Monna yang lebih sering menjadi korban dan tersiksa karena banyak dari mereka beranggapan dia pantas mendapatkannya.     

Monna tetap berdiri tegak.     

Tidak ingin membungkuk dan masih menunjukkan sisi angkuh Cattarina dalam jiwanya.     

"Terima kasih," ucap Monna.     

Sangat pendek dan tidak ingin memperpanjang ucapannya. Karena Monna tidak tahu apa lagi yang akan Bu Vera tambahkan dalam kata-katanya yang mungkin manis di depan tapi menyakitkan di belakang.     

Endru maju mendekat ke arahnya.     

Masih bersikap ramah dan menunjukkan kesenangannya bisa melihat Monna kembali.     

"Aku ikut senang dengan kesembuhan dan kehadiranmu lagi, Monna. Selamat kembali bekerja dan katakan apapun padaku jika kau membutuhkan sesuatu."     

Monna menatap Endru datar.     

Benar-benar sudah tidak merasakan apapun.     

Padahal jika dulu Endru menyapanya. Hati Monna akan bergetar seperti orang bodoh.     

Mersa sangat bahagia. Tapi berusaha menyembunyikannya dengan baik. Sehingga pria bodoh ini tidak pernah tahu bagaimana perasaannya di balik sikap tenang dan datar yang Monna sering tunjukkan dengan sengaja.     

"Terima kasih, En. Aku juga senang bisa kembali ke sini dan bertemu dengan semuanya."     

Monna mengakui ini hanya basa-basi tidak berarti yang Monna tunjukkan sebagai bentuk sopan santun terhadap perhatian kecil yang semua orang berikan padanya.     

Berpikir tidak akan pernah mendapatkan sambutan hangat dan mungkin hanya pertanyaan ingin tahu yang menggelitik mereka.     

Billy menyentuh pundak Monna.     

"Senang bertemu denganmu kembali, Monna. Dan selamat bekerja seperti orang gila!"     

Menatap Billy yang berusia 34 tahun.     

Pria dengan tampilan rapi dan juga kebapakan ini, memberikan sedikit kesejukan di tengah rasa haus Monna ingin mencari minuman segar untuk meredakan kejenuhannya menangapi semua rekan kerjanya.     

"Pak Billy. Senang melihat Anda. Dan maaf jika mungkin ketika saya tidak Anda. Ada beberapa pekerjaan Anda yang terbengkalai."     

Billy mengangguk pelan beberapa kali. Sudah menyeduh segelas kopi dan meminumnya sedikit demi sedikit. Seperti kebiasaannya setiap pagi.     

Pak Billy menjadi segelintir orang yang Monna hormati di kantor ini.     

Pria itu lantas membalas.     

"Bukan masalah. Ketika pekerjaan kita semua saling terhubung. Tidak bisa menyalahkan satu pihak dan melimpahkan banyak pekerjaan padamu karena kau anak bawang."     

Billy memberikan tatapan penuh penuh arti pada Monna. Dan Monna dengan cerdik bisa memahami artinya dengan baik.     

Sengaja berkata itu untuk menyindir rekan kerja Monna yang lain.     

Monna diam-diam mengedipkan mata pada Billy.     

Menganggumi tembakan halus tapi berkesan tajam yang sengaja Billy layangkan untuk menyinggung semua orang.     

Vera membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun.     

Membenarkan letak kacamatanya . Lalu mengoreksi.     

"Tidak ada perundungan dan tidak ada lagi lempar-lempar pekerjaan seperti selama ini sering terjadi!"     

Vera dengan akrab merangkul pundak Monna.     

Menyentuhnya santai dan mengucapkan kata masuk akal.     

"Aku sudah menambahkan karyawan dan tidak akan mempersulitmu lebih banyak. Lalu juga sudah menegur orang-orang yang sengaja memanfaatkanmu untuk menyelesaikan tugasmu!"     

Monna menatap dengan heran.     

Tidak mengerti bagaimana Vera bisa mendadak bersikap baik dan berwibawa sebagaimana mestinya.     

Beberapa orang yang tersindir memberikan senyum tidak nyaman.     

Memalingkan wajahnya dan berpura-pura baik.     

Monna akhirnya diberikan kesempatan untuk duduk di tempatnya.     

Namun, baru menduduki kursinya sekitar 1 detik. Vera sudah menatapnya dengan penuh minat.     

"Lalu sekarang, bisa kau jelaskan apa hubunganmu dengan Tuan Anthonie?"     

Ah!! Jadi karena ini mereka bersikap baik padanya?     

Karena berpikir Monna mungkin punya hubungan khusus dengan anak pemilik perusahaan.     

Gosip memang tidak bisa dianggap remeh dan tatapan semua orang tidak ada yang berpaling darinya.     

Ingin menyelidiki langsung dan mencari tahu kebenarannya. Agar bisa bersikap dengan benar di kemudian hari.     

"Saya tidak punya hubungan apapun pada dengannya!"     

Seolah sudah mengetahui akan adanya penyangkalan. Vera tidak menyerah sampai di sana.     

"Benarkah? Kalau begitu bisa kau jelaskan bagaimana kalian bisa begitu dekat dengan datang ke kantor bersama-sama?"     

Sedikit menggigit bibirnya ketika perhatian semua orang ternyata sudah membidiknya.     

"Kami hanya tidak sengaja bertemu. Dan Dia kebetulan berbaik hati ingin mengantar karena kami searah,"     

Decakkan kembali terdengar.     

"Ckckc... kau berpikir kami akan percaya?"     

Berusaha membaca ekspresi wajah dan mengorek lebih dalam.     

Tatapan semua orang seperti ingin mengatakan mereka sudah tahu semuanya. Jadi tidak perlu ada yang disembunyikan.     

Menatap balik dengan sama tajamnya.     

Memang mereka pikir hal apa yang Monna sembunyikan soal hubungannya dengan Anthonie?     

Menggeleng lemah dan malas meladeninya.     

Monna menjawab asal.     

"Aku sudah berkata jujur. Jika kalian tidak percaya, itu terserah pada kalian dan aku sama sekali tidak peduli."     

Sikap berani dan acuh Monna memang tidak berubah. Senang menggurui mereka juga mengacuhkan mereka.     

Dengan sikap tenangnya yang biasa. Semua orang lalu meliriknya dengan tatapan malas.     

Berpikir sudah membuang banyak waktu untuk mengorek informasi penting darinya.     

Vera masih dengan semangat tinggi. Mengorek hubungan Monna dengan Anthonie.     

"Terlalu aneh jika kalian tidak punya hubungan apapun. Tapi dia sudah merawatmu dengan sungguh-sungguh. Melarang kami menjengukmu dan mencari tahu apa yang terjadi padamu!"     

Tatapan Monna kini berpusat pada Bu Vera.     

"Lalu, jika tidak ada peraturan dan kehadirannya. Apa kalian akan dengan sukarela menjengukku?"     

Melipat kedua tangan di dada dan memutar kursinya lebih menghadap ke arah Vera.     

Sikap menantang ini mengejutkan Vera dan juga beberapa rekan kerjanya.     

Hingga beberapa kata-kata tidak mengenakan terdengar.     

"Jangan seperti itu, Monna. Bu Vera hanya penasaran dan ingin tahu saja. Kenapa kau harus begitu pelit berbagi hal bahagia dan membanggakan dirimu sendiri?"     

"Hanya karena ada anak pak bos yang berada di sampingnya. Dia menjadi sombong?"     

"Pasti itu hanya kebetulan dan mereka memang sebenarnya tidak punya hubungan!"     

"Lalu, mungkin juga Monna yang terus mencari perhatian dari Anthonie!"     

Monna mendengar semua itu dengan respon tidak percaya.     

Tidak pernah bertemu bahkan mengenal Anthonie sebelum dia sadar tiga hari lalu. Bagaimana mungkin Monna bisa menggodanya? Punya hubungan khusus dengan pria yang entah darimana munculnya itu!     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.