Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 239 ( Kelainan dan Tidak Normal ?! )



Chapter 239 ( Kelainan dan Tidak Normal ?! )

0Mereka ingin bercanda atau mengejeknya?     

Mencari kambing hitam atau pelampiasan untuk memuaskan rasa penasaran dan sangsi mereka?     

Jika Monna punya hubungan dengan Anthonie. Apa yang akan mereka lakukan padanya?     

Seperti pagi ini. memperlakukannya begitu lembut dan berusaha mencari perhatian?     

Atau, jika Monna tidak ada hubungannya dengan Anthonie. Mereka akan memperlakukan Monna seperti biasa. Semena-mena dan mungkin lebih kejam. Karena Monna sudah membuat mereka salah paham.     

Lalu, membuatnya repot selama satu bulan belakangan ini?     

Tidak ingin peduli dengan pilihan apa yang tersedia.     

"Aku baru tiba dan aku perlu beradaptasi dengan tumpukan pekerjaan setelah aku meninggalkannya cukup lama. jika kalian tidak bisa atau tidak ingin membantuku. Bukankah kalian bisa setidaknya memberikan ketenangan?"     

Berucap sangat berani dan bermulut pedas. Monna bisa melihat Jennifer menatapnya takjub dan juga memberikan jempol kagum.     

Monna lalu menatap Vera.     

"Dan untuk Anda Ibu Vera. Jika Anda penasaran dan tidak percaya dengan kata-kata saya. Padahal saya sudah mengatakan hal yang sebenarnya. Anda bisa menanyakannya langsung pada Pak Anthonie!. Saya yakin dia lebih bisa menjelaskannya. Karena saya tidak melakukan apapun padanya! Mungkin hanya sebuah kesalah pahaman dan Anda semua menangkapnya secara salah!"     

Monna merapikan lagi posisi duduknya.     

"Otak saya sedang tumpul. Jadi saya perlu pemanasan!"     

Menyalakan layar komputernya dan mengabaikan semua orang dengan acuh.     

Pasukan penuh rasa ingin tahu kemudian bubar. Bersorak malas dan mengerucutkan bibir mereka ketika kekecewaan besar mereka temukan.     

Vera berdeham.     

Memakluminya dan tidak berusaha mengorek informasi yang sudah dia yakini menurut penglihatannya.     

"Baik. Selamat bekerja dan jangan lupa segera selesaikan semua laporan yang sudah deadline!"     

Monna mengangguk paham.     

Memfokuskan perhatian penuhnya pada setumpuk pekerjaan yang dia tinggalkan.     

Monna seolah ingin berteriak dan meminta tolong.     

Kembalikan aku ke dunia Cattarina!     

Disana meski aku sibuk dengan ritunitas baruku membagikan darah atau air mata. Aku tidak se-stres ini menghadapi segunung angka yang menjepit kening dan mataku.     

Membuat otakku berputar. Padahal selama ini pekerjaan ini yang Monna kerjakan.     

Namun tanpa sebab otaknya menjadi tumpul dan Monna merasakan kelelahan yang mencapai ubun-ubunnya.     

Segelas susu manis dan hangat menghibur Monna ketika makan siang memberikannya kebebasan jauh lebih nyaman daripada apa yang dia perkirakan.     

Namun masih saja ada beberapa pasang mata yang memperhatikan sosoknya melangkah.     

"Aku tidak mengerti lagi apa yang mereka gosipkan tentangku," runtuk Monna saat berhasil menemukan tempat ternyaman untuk bersantai yaitu di taman.     

Jennifer menatap Monna prihatin.     

"Wajar karena kau dikabarkan sudah berhasil mencuri hati pria tampan yang baru saja pulang dari LN."     

Jennifer melebarkan senyum kikuknya.     

Monna semakin menderita mendengarnya.     

"Tapi sudah berapa kali aku jelaskan kalau aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Tidak kenal dengannya dan tidak pernah bertemu sebelum aku sadar!"     

Tatapan sangsi Jennifer seolah mewakili pandangan semua orang.     

Monna memejamkan matanya sejenak untuk mengatur napas.     

"Apa anak Pak Napoleon sedikit kelainan? Bukan hanya kepribadiannya. Tapi juga pola pikir atau mungkin sudut pandangnya?"     

Terlihat panik dan meminta Monna sadar.     

"Suitt!! Kamu ini bicara apa, Monna? Bagaimana mungkin anak Pak Napoleon punya kelainan dan tidak normal!"     

Monna sama sekali tidak merasa salah.     

"Tapi sikap dan tujuannya sangat aneh. Tidak tahu bagaimana aku mendeskripsikannya. Dia terus berusaha mengorek informasi tentangku. Tahu kira-kira apa yang aku pikiran dan apa yang akan aku kerjakan."     

Monna membayangkan kembali bagaimana pria itu sampai menyewa seorang bodyguard untuk menjaganya.     

Memang dia hidup di zaman mana dan siapa yang ingin mencelakai Monna?     

Monna merasakan otaknya kusut.     

Tidak ingin berusaha mengerti. Karena itu sama saja seperti Monna tertarik dengan apa yang akan pria itu kerjakan dan pikirkan.     

Tapi jika tidak mencari tahu. Itu sama saja menyiksa kestabilan otak Monna yang sudah kusut menghadapi fakta pahit dia harus kembali ke kehidupan normalnya.     

Terpenjara dalam kehidupannya yang monoton dan membosankan.     

Monna benar-benar merasa kacau hanya dalam hitungan beberapa hari.     

Jennifer yang entah mengerti atau sekedar prihatin melihat banyak rekan kerja menyudutkan Monna secara tidak langsung. Mencoba menghibur.     

"Tenanglah, Monna. Aku yakin masalah ini tidak akan berkelanjutan. Mungkin kau benar, kami semua hanya salah paham. Meski secara garis besar aku tidak terlalu yakin. Dan melihat seseorang datang aku semakin tidak merasa yakin."     

"Jam 10," tunjuk Jennifer hanya melalui ucapan.     

"Pria yang terus kau bicarakan sejak tadi sedang berjalan kemari dari sudut itu!"     

Monna mematung.     

Tidak ingin menoleh dan ingin langsung pergi.     

"Apakah kita sebaiknya berjalan ke arah yang berlawanan?"     

Jennifer tidak merasa yakin.     

"Tidak. Jangan! Percuma karena dia sudah berada di belakangku karena kakinya yang jenjang."     

Monna menghela napas panjang.     

Merasa lelah dan tidak bertenaga.     

"Kau ada di sini?" sapa sebuah suara yang sangat tidak Monna inginkan menyapanya dalam situasi ini.     

Monna membalikkan tubuhnya dengan gontai.     

"Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Monna dengan kesopanan yang masih ingin dia pertahankan karena dia masih membutuhkan pekerjaan dan bukan seorang calon ratu yang tidak perlu memusingkan kemakmuran hidupnya.     

"Aku mencarimu kemana-mana. Tidak ada di ruangan. Dan rekan satu divisimu mengatakan kalau kau sedang mencari udara segar di taman."     

Siapapun itu, Monna tidak ingin berterima kasih padanya!     

Percuma dia bersembunyi dari tatapan para penggosip. Jika sumber gosip selain dirinya datang menghampirinya.     

Merusak saraf ketenangan yang sedang berusaha Monna perbaiki.     

Oh, ayolah!     

Ada apa sebenarnya dengan pria aneh ini?     

Untuk apa tampan dan memukau. jika kepribadian dan pola pikirnya tidak benar?     

Hanya sebagai aksesoris dan tontonan semata?     

Anthonie lalu mengatakan tujuannya.     

"Aku ingin menanyakan beberapa pendapat tentangmu. Apa kau ada waktu dan bisa meluangkannya?"     

Sangat sopan dan benar-benar terlihat normal.     

Siapapun pasti tidak akan melihat keanehan pada kepribadian Anthonie.     

Tapi kenapa kepribadiannya yang normal ini menyimpan banyak niat tersembunyi terhadap Monna yang tidak bisa Monna hindari?     

Melirik Jennifer yang mungkin bisa membantunya sendiri     

Jennifer justru berkhianat.     

"Gunakan waktumu sebaik mungkin, Monna. Aku akan pergi menjadi Pak Billy untuk menanyakan sedikit pertanyaan yang membuatku penasaran."     

Monna memicingkan mata.     

"Ada pertanyaan yang ingin kau tanyakan padanya?"     

Mengangguk yakin dan tersenyum.     

Kepura-puraan Jennifer masih bisa Monna rasakan.     

"Ya. Soal laporan terakhir yang dia berikan padaku dan masih ada beberapa hal yang kurang aku mengerti."     

Monna menatap Jennifer pasrah.     

"Baiklah. Gunakan waktumu dengan sebaik-baiknya juga."     

Monna lalu menatap Anthonie setelah melihat Jennifer pergi.     

"Apa yang ingin Anda tanyakan?" ucap Monna ramah. Walaupun dalam hati sangat tersiksa.     

"Kita ke ruanganku dan bicara!"     

Enggan melangkahkan kaki ke sarang musuh.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.