Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 240 ( Parfum )



Chapter 240 ( Parfum )

0Monna merasakan kakinya berat. Seperti menempel pada lantai dan tidak sanggup untuk melangkah. Tapi harus melangkah karena ada permintaan khusus dari seseorang yang sudah menyelamatkannya.     

"Kita sudah sampai di ruangan Anda, Pak. Dan Anda bisa menyampaikan langsung apa yang membuat Anda penasaran dan butuh pendapat saya?"     

Menunjukkan sebuah benda unik pada Monna.     

Anthonie nampak santai dengan sikapnya yang tenang.     

"Ini adalah benda yang dihadiahkan padaku. Apa kau bisa memberikan pendapat soal hadiah ini?"     

"Ya?"     

Menatap bengong dan bodoh. Monna reflek bertanya.     

"Anda mengajak saya bicara hanya untuk menanyakan pendapat saya soal hadiah ini?"     

Mengangguk dan menunjukkan hadiah yang ingin dia pamerkan lebih tinggi.     

Anthonie membenarkan.     

"Ya. Dan aku sangat penasaran bagaimana pendapatmu dan ingin mengetahuinya secara langsung.     

Meski enggan. Monna masih terus mengikuti permintaan Anthonie.     

Menatap benda berukuran pipih. Lalu panjang dan sedikit bersinar ketika terkena cahaya lampu.     

Monna mengerutkan keningnya, serius.     

"Siapa yang menghadiahkan Anda benda ini?"     

"Seseorang yang cukup berarti?"     

Anthonie tidak memberikan penjelasan sejelas yang Monna bayangkan.     

"Ooo.. bagus. Saya rasa hadiah ini sangat bagus dan pasti mahal harganya."     

Tidak ingin menebak orang spesial macam apa yang menghadiahkan Anthonie aksesoris ini. dari hadiah ini saja, Monna bisa menggambarkan bagaimana Anthonie nampak senang menerima hadiah tersebut.     

Namun kenapa benda ini terlihat tidak asing. Mirip dengan sesuatu yang pernah Monna lihat. Tapi berbeda.     

Tapi, yang menjadi pertanyaan pentingnya saat ini adalah. Bukankah ini berarti sudah ada orang spesial yang memberikan Anthonie sebuah hadiah.     

Dan pria ini nampak senang dengan hadiah tersebut. Lalu kenapa dia harus sengaja menimbulkan banyak kesalahpahaman dari orang-orang?     

Sampai-sampai menanyakan pendapatnya soal hadiah itu?     

Lihat dan perhatikan sendiri! Bukankah sikapnya ini sangat aneh.     

Tidak sesuai dengan pola pikir orang normal dan mengundang banyak kecurigaan.     

Ucapan Anthonie membuyarkan lamunan Monna.     

"Saat memberikan hadiah ini. Wanita itu berkata padaku. Dia akan menjaga hatinya untukku dan mencintaku."     

Monna terbatuk sendiri dengan air ludahnya.     

Terkejut ketika Anthonie ternyata begitu gamblang memamerkan hubungannya dengan orang lain.     

Monna mengulaskan senyum kikuk.     

"Ya. Aku mengerti dan selamat!?"     

Monna tetap bersikap senatural mungkin.     

Walaupun dalam hati seperti sedang dipermainkan. Tapi sepertinya juga tidak.     

"Namun aku senang bisa menemukan benda ini kembali setelah sekian lama,"     

Mengatakan sesuatu yang ambigu dan membuat orang lain semakin bingung juga tidak mengerti.     

Monna terus memberikan tatapan datar.     

"Benda ini sempat menghilang?"     

Menatap dan memberikan senyum hangat.     

Monna tidak merasa nyaman dengan senyuman itu.     

"Ya. Dan ini adalah sebuah keberuntungan."     

Menatap keluar jendela dan memandang langit-langit.     

"Boleh aku apa yang sedang kau kerjakan hari ini?"     

Mungkin dengan niat ingin mengakrabkan diri.     

Tapi keakraban yang tidak wajar ini, membuat Monna merasa salah tempat.     

"Tidak banyak. Hanya mengingat ulang semua catatan dan laporan yang aku buat lalu memeriksa atau melengkapinya lebih dulu sebelum aku serahkan pada atasan."     

"Aku berharap Vera tidak menyulitkanmu,"     

Mengulum bibir dan menelan ludah.     

"Ya. Saya yakin tidak akan lagi dan saya tidak membiarkannya,"     

Anthonie lalu menatap Monna.     

"Apa selama ini dia begitu menyulitkanmu?" tanya Anthonie.     

"Tidak. Mungkin seperti itu ketika aku masih magang. Tapi lambat laun, Ibu Vera mulai mengurangi kecamannya padaku. Sebenarnya tidak terlalu buruk dalam bersikap. Namun lebih sering mencari keuntungna untuk dirinya sendiri meski aku sudah berulang kali menolak dan mencari alasan."     

Monna tidak mungkin menambahkan kali informasi tambahan lain soal dirinya yang sering mendapatkan perlakuan sebelah mata dari rekan kerjanya yang lain.     

Tidak tahu bagaimana hal itu dimulai dan bagaimana semua itu terus berkembang menjadi seperti kebiasaan.     

Dengan kepribadian baru Monna. Dia yakin bisa menghadapi mereka.     

"Namun, bagaimana Anda bisa mengetahuinya? Menebaknya dan memikirkannya?"     

Anthonie menyembunyikan kilat terang muncul di matanya.     

"Entahlah. Menurutmu bagaimana aku bisa mengetahuinya?" tanya Anthonie balik.     

"Seseorang bercerita atau melaporkannya?"     

Meskipun rasanya tidak mungkin.     

"Atau,tidak sengaja mendengar beberapa orang menggosipkanku?"     

Bukan bahan pembicaraan yang berguna atau layak untuk digosipkan. Namun hanya dua kemungkinan itu yang dipikirkan Monna.     

Senang ketika tebakannya benar. Tapi tidak terlalu senang harus bermain tebak-tebakan. Terlebih dengan orang yang tidak Monna inginkan.     

"Aku hanya kebetulan mengetahuinya. Atau malah bukan kebetulan?"     

Anthonie masih menjawab pertanyaan Monna dengan kalimat ambigu. Seolah ingin Monna berspekulasi sendiri.     

Monna menghela napas.     

"Sudahlah. Lupakan pertanyaanku. Dan apa Anda sudah selesai bertanya? Jika seperti itu. Saya rasa, saya lebih baik kembali."     

Seolah belum puas, Anthonie menahannya.     

"Masih ada tugas yang ingin aku serahkan padamu. Dan kau berjanji akan mengerjakannya."     

Monna mengangguk. Masih ingat dengan percakapan mereka tadi pagi.     

"Ya. Katakan saja. Apapun, selama saya bisa mengerjakannya. Saya akan menyelesaikannya."     

Senyum Anthonie sedikit mengembang. Senang karena perjanjian masih berlaku.     

Anthonie mengeluarkan sebuah laporan.     

Merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius dan cermat.     

"Aku ingin kau memeriksa hasil laporan ini. Mengeceknya secara detail dan mengabariku apa saja keanehan yang ada di dalamnya,"     

Mengerutkan kening dan memeriksa laporan yang Anthonie berikan. Monna tidak lantas langsung menyanggupinya.     

"Ada apa dengan laporan keuangan ini? Apakah ada masalah?" tanya Monna yang kini juga ikut menjadi serius.     

Sempat berpikir Anthonie mungkin akan mengajukan permintaan yang aneh. Namun ternyata tidak.     

"Pemiliknya ingin aku memeriksanya. Mencurigai salah satu anak ubahnya bekerja secara curang dan mungkin menggelapkan uang. Beliau ingin aku menemukan keanehan dan kesalahan di dalamnya!"     

Mengangguk paham dan terbiasa melakukan audit.     

Monna menutup laporan itu kembali.     

"Baiklah. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin. Tapi aku tidak bisa berjanji laporan ini akan selesai dalam satu hari. Paling tidak, berikan aku dua hari!" tukas Monna.     

Tidak ingin mengecek laporan secara asal-asalan. Monna juga tidak ingin pekerjaannya yang lain terbengkalai.     

Namun entah bagaimana menjelaskannya, perhatian Monna terus tertuju pada hadiah yang Anthonie tunjukkan padanya.     

"Ada apa? Apa kau penasaran pada hal yang lain?" tanya Anthonie.     

Mengikuti arah pandang Monna. Dan tahu Monna sedang mengawasi kotak hadiahnya.     

Monna menggeleng. Mengerutkan kening tidam mengerti. Namun seperti tidak asing dengan kotak hadiah itu.     

"Sepertinya saya terlalu banyak memikirkan hal yang kurang penting. Jadi, saya lebih fokus pada apa yang harus saya fokuskan."     

Mengulas datar, bermaksud untuk memberikan salam pamit.     

Monna berbalik. Tapi langkahnya mendadak berhenti.     

Membalik tubuhnya kembali dan menatap Anthonie.     

"Anda... sudah lama menggunakan aroma parfum ini?"     

Menatap sangat serius. Bahkan lebih serius bila dibandingkan dengan keseriusannya menanggapi pekerjaannya.     

Anthonie sedikit mengendus. Mencium aroma parfumnya dan menatap heran.     

"Kenapa? Apa aroma kurang enak?"     

Menggeleng dan sama sekali tidak bermaksud seperti itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.