Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 242 ( Tampam dan Misterius )



Chapter 242 ( Tampam dan Misterius )

0Bukan hanya Chintya yang termangu di tempat. Melainkan juga Monna.     

Anthonie benar-benar melaksanakan ucapannya.     

Mengambil ponsel dan menekan beberapa nomor. Lalu memesan taksi online.     

Monna dan Chintya saling menatap.     

Memikirkan hal yang sama.     

Monna reflek mengusulkan sesuatu.     

"Saya juga. Tolong pesankan satu taksi untuk saya!"     

Mungkin akan memakan biaya yang lebih mahal ketika biasanya Monna lebih sering menggunakan angkutan umum untuk mengantarnya sampai ke rumah.     

Namun karena Monna tidak ingin terus berhubungan, atau dihubungkan dengan Anthonie. Alternatif ini tidak terlalu buruk.     

Namun kerutan tidak senang muncul di wajah tampan itu.     

"Kenapa kau harus pulang naik taksi ketika aku sudah bersedia mengantarmu?"     

Menepuk kening dan menutupi kekecewaannya.     

Monna menggigit bibirnya dengan gelisah.     

Ketika Anthonie masih berniat menghubungi orang lain dan membuat sebuah permintaan baru.     

"Datang ke lobby dan temani salah satu karyawati yang sedang menunggu taksi!"     

Monna dan Chintya langsung tahu siapa yang Anthonie hubungi.     

"Anda menghubungi pihak sekuriti?"     

Mengangguk dan membenarkan pertanyaan Chintya.     

Chintya menunjukkan kepasrahannya menerima nasib berbeda dari Anthonie.     

"Masuk dan tidak perlu menggunakan berbagai macam alasan."     

Anthonie berjalan menuju ke bagian kemudi.     

Terus mengawasi Monna dan tidak membiarkannya sampai kabur.     

Monna akhirnya ikut pasrah menerima sikap Anthonie yang begitu berbeda hanya padanya. Dan meninggalkan Chintya seorang diri. Karena Monna juga tidak punya niatan satu mobil dengannya meski kasihan.     

Mesin mobil langsung dinyalakan ketika Monna sudah memasang sabuk pengaman.     

Berkendara keluar dari gerbang kantor dan sibuk meratapi nasib.     

Monna menyentuh keningnya dengan lemas sembari memainkan jarinya dengan gelisah.     

"Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman?" tanya Anthonie mendadak dan fokus.     

Monna ingin sekali menunjuk hidungnya.     

Kau! Kau yang membuatku tidak nyaman dan sedikit tersiksa!     

Monna akhirnya menatapnya lebih serius. Ketika sudah duduk menghadap ke arahnya.     

"Sekarang, bisa Anda jelaskan pada saya mengapa sikap Anda terhadap saya begitu berbeda?"     

Keduanya saling menatap.     

Memberikan keheningan yang cukup lama sebelum pertanyaan itu Anthonie jawab.     

"Aku... memperlakukanmu dengan berbeda?" tanya Anthonie.     

Terus menatap mata Monna dan memberikan tatapan yang ...     

Entahlah.. Monna tidak bisa membacanya. Karena sudah ada terlalu banyak teka-teki dalam otak Monna soal Anthonie.     

Monna mengangguk satu kali.     

"Ya. Dan itu sangat kentara. Begitu terlihat jelas dan membuat saya harus mencari tahu."     

"Maafkan aku jika aku seperti memberi kesan tidak sopan atau terburu-buru," ungkap Anthonie.     

Monna menautkan alisnya?     

Apa pertanyaannya seperti protes dan kebencian?     

Monna hanya ingin tahu dan penasaran.     

Tidak menemukan kalimat paham dari sikap Anthonie dan meminta kejelasan.     

Monna mengatur napasnya lebih dulu agar urat-urat syarafnya tidak terlalu tegang.     

"Saya yakin, saya bukan tipe Anda!"     

Berucap sangat mendadak. Monna bisa melihat Anthonie melebarkan kelopak matanya sedikit. Lalu menetralkannya lagi.     

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"     

Diberikan pertanyaan balik terus menerus.     

Monna rasanya ingin membanting setir.     

Keluar dari mobil dan mencari tumpangan lain untuk sampai ke rumah.     

"Saya bertanya bukan untuk mendapatkan pertanyaan balik. Karena sikap Anda sangat membingungkan, Tuan!"     

"Sikap yang mana dan bagaimana?"     

Masih tetap memberikan pertanyaan dan bukannya menjawab.     

Monna mengulaskan senyum kesal.     

Senyum kesal?     

Seperti apa itu?     

Oke, abaikan saja dan masa bodoh bagaimana dingin wajahnya saat ini.     

"Pertama, Anda sudah masuk dalam kehidupan saya tanpa kejelasan. Mendadak sok akrab dan seperti mengenal saya lebih baik dibandingkan siapapun!"     

Monna langsung menambahkan satu point penting.     

"Lalu berhenti menatap saya dengan tatapan seperti itu! Membuat saya tidak merasa nyaman dan hati juga pikiran saya seolah berhasil terbaca!"     

Anthonie menurunkan pandangannya. Tidak ingin terus dianggap aneh. Dan dia akui, dia memang aneh.     

"Aku tahu sikapku tidak membuatmu merasa nyaman."     

Wah! Anthonie ternyata pria yang pintar!     

Monna langsung saja menyerangnya     

"Siapa yang akan merasa nyaman, ketika seseorang yang tidak kita kenal mengakrabkan diri!"     

"Bangun dari koma dan ketika sadar melihat Anda begitu peduli pada saya. Lalu bersikap seolah saya ini milik Anda!"     

Monna hening sejenak.     

Bergeming dan bingung sendiri dengan penuturannya.     

Milik?     

Dia memperlakukan aku seperti miliknya?     

Hufh!     

Menghela napas dan bersikap masa bodoh kembali.     

Tidak seperti tuduhan pertama Monna. Anthonie nampak tidak ingin membalas.     

Sibuk dengan pikirannya sendiri dan menunggu Monna melanjutkan kalimatnya.     

"Saya tidak kenal dengan Anda, Tuan Anthonie." Ucap Monna.     

"Meski Anda melakukannya karena solidaritas dan tanggung jawab. Atau kasihan dan peduli. Saya sama sekali tidak membutuhkan perhatian dari Anda. Tidak untuk seterusnya. Tidak secara berlebihan. Dan tidak juga secara tidak terduga seperti yang selama ini Anda lakukan!"     

Monna mengatur napasnya lagi.     

Sengaja membuat jeda agar otaknya tidak kusut dan napasnya tidak sesak karena terus bicara tanpa jeda.     

Monna akhirnya menenangkan diri.     

"Apa saya juga terlalu berlebihan dalam berucap?"     

Menyadari kesalahan lain yang dia buat. Monna juga tidak mengerti kenapa dia menjadi begitu sensitif.     

Dan mungkin lebih karena dia malas menanggapi sesuatu yang merepotkannya di masa depan.     

Anthonie menepikan mobilnya sejenak di pinggir tol.     

Menoleh pada Monna dan menatap sepasang mata lelah itu dengan tatapan misterius.     

"Aku hanya sedang ingin mendekatimu. Apa itu tidak boleh?"     

That's right!     

Apa instingku!     

Anthonie memang sedang mengejarnya.     

Hanya dalam hitungan beberapa hari dan pria itu sudah menunjukkan ketertarikannya. Lalu Monna bukan orang bodoh yang tidak bisa menyadarinya.     

"Apa yang Anda sukai dari saya dan bagaimana?"     

Rasanya aneh menanyakan pertanyaan ini. Mengingat mereka mungkin baru saling mengenal selama beberapa hari. Tapi juga tidak bisa dikatakan saling mengenal. Karena Monna sama sekali tidak tahu apapun soal Anthonie.     

Monna mengingat-ingat lagi apa yang Jennifer ceritakan padanya soal Anthonie.     

"Dia tampan dan misterius."     

Terus mendengarkan dan tidak membiarkan rasa bingung memotong penjelasan Jennifer. Monna bisa melihat Jennifer nampak bangga ketika dia menggambarkan sosok Anthonie yang dia ketahui.     

"Saat pertama kali dia masuk ke kantor ini. Semua mata mengarah padanya. Dia sama sekali tidak terganggu dan bisa bersikap setenang air."     

Monna menganggap hal itu wajar karena Anthonie pasti sudah biasa menerima perhatian penuh dari banyak orang.     

"Dia berbeda jauh dari gambaran kami. Memiliki tubuh yang atletis dan tegap di balik pakaian body-fit yang sering dia kenakan."     

Monna agaknya merasa penjelasan ini terlalu tidak bermutu atau berbobot. Tapi dia masih terus mendengarkan dengan penuh simak.     

Dan berpikiran asal. Mungkin Jennifer sudah pernah melihat tubuh telanjang Anthonie?     

"Dia juga sangat hebat dalam mengatur dan memimpin!"     

Hanya dalam waktu satu bulan. Anthonie sudah berhasil menunjukkan kelebihan yang dia punya?     

Lalu untuk apa dia melewatkan wisudanya demi perusahaan? Jika mungkin bukan pengalaman yang dia cari.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.