Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 71 ( Bermain Tebak-Tebakan )



Chapter 71 ( Bermain Tebak-Tebakan )

0Seolah benda itu memang diperuntukkan untuknya.     

Belhart kemudian sedikit menggerakkan bola matanya. Menyadari sedang diperhatikan dengan teliti bahkan dipertimbangkan. Ada sedikit rasa puas yang menjalar dalam tubuhnya.     

"Benarkah?" sembari ikut menimbang-nimbang dan menyesuaikan isi pemikirannya. Belhart mulai merasa bangga diri.     

"Ya. Dan itu memberikan kepuasan tersendiri untukku karena telah mengambil pilihan yang sangat tepat. Namun.."     

Seolah melihat fatamorgana, Monna menyadari ada seulas senyum tipis diukir Belhart secar tidak disengaja.     

Setelah mengerjap beberapa kali dengan tidak percaya, Monna baru memberikan respon.     

"Apa Anda baru saja mengulaskan segaris senyum? Sangat tipis memang namun aku yakin Anda sepertinya sempat menarik ujung bibir Anda lebih ke atas. Namun, benarkah itu?"     

Merasa tidak yakin sekaligus tidak percaya. Monna berulang kali menatap Belhart ragu. Sehingga Belhart mulai merasa tindakannya menjadi bodoh.     

"Kenapa? Apa aku dilarang tersenyum?"     

Menggunakan kalimat pertanyaan yang aneh dan juga kurang sesuai dengan jati dirinya yang adalah seorang Putra Mahkota. Menjadikan Monna justru malah mengerutkan keningnya lebih dulu daripada membalas ucapan Belhart.     

Siapa yang berani melarang dan tidak mengizinkan Belhart melakukan apa yang dia mau?     

Merasa pertanyaan itu konyol. Namun tetap menjawab sopan.     

"Tidak, Ynag Mulia. Bagaimana mungkin saya bisa berpikir seperti itu dan melarang Anda?"     

'Jika aku masih sayang pada nyawaku,' bisik pelan Monna yang berhasil membuat ucapannya tidak didengar siapapun kecuali dirinya sendiri.     

Dan Belhart justru mengatakan kebalikan dan faktanya.     

"Namun kau sering melarang dan mengontrolku,"     

Membuat Monna langsung bergerak untuk merespon Belhart lebih cepat dari yang dia pikirkan ketika sebaris pernyataan mengganggunya.     

"Aku? Kapan aku sering melarang dan mengontrol Anda?"     

Menemukan ada banyak keliruan dan salah paham yang mungkin Belhart tangkap. Monna seketika memunculkan wajah bodohnya.     

Sementara Belhart yang merasa gerah, mengajak Cattarina sekali lagi keluar dari kamar.     

"Aku memang tidak keberatan jika kita hanya berbicara dalam kamar. Namun, mungkinkah kau tidak sedang ingin menghirup udara di luar agar aku bisa melihat tampilanmu yang luar biasa di balik bawah sinar matahari?"     

Monna lalu melirik keluar jendela.     

"Bukankah matahari sudah akan terbenam sebentar lagi?" tanya Monna heran dengan ajakan tersebut.     

Namun Belhart yang sedang tidak ingin bernegosiasi. Kemudian berjalan keluar. Melangkah dengna pasti tanpa mengindahkan Cattarina yang dia yakin akan mengikutinya.     

Namun Monna justru dia di tempat selama beberapa menit. Sadar sedang diajak keluar dan berjalan-jalan sebentar. Tapi, bukankah mereka sudah berbicara cukup lama? Dan memangnya ada hal apa lagi yang masih perlu mereka bicarakan?     

Soal perjamuan makan bersama besok? Masih ada lagi-kah?     

Dengan bingung sekaligus heran, Monna langsung bergerak saja maju mengikuti langkah Belhart yang lebih lebar dari yang Monna bayangkan.     

Sedikit berlari kecil sembari mengerutu. Monna lalu menghentikan Belhart.     

"Sebentar. Aku belum berganti pakaian dan aku..."     

Terus mengabaikan dan tidak peduli. Monna bisa melihat Belhart benar-benar mengacuhkannya. Seolah dia tidak masalah dengan pakaian apapun yang dia kenakan. Namun bagaimana jika para pekerja istana dan dayang melihatnya?     

Bukankah itu hanya akan menjatuhkan martabat Cattarina dengan tidak mengenakan pakaian kebanggaan dan kebangsaannya?     

Memilih menggunakan pakaian biasa. Walaupun Monna secara pribadi tidak mengalami masalah dengan pakaian terbaik yang diberikan Lily padanya.     

Begitu keluar, Monna sudah melihat Neil ternyata masih berdiri di depan pintu untuk berjaga-jaga. Saling menatap dan mencemaskan beberapa hal. Monna lebih dulu mengkhawatirkan nasib Neil.     

Sehingga Monna kemudian lebih dulu menyapa.     

"Neil? Kau masih ada di sini? Dan kau tidak pergi?"     

Berpikir mungkin saja Belhart sempat mengisyaratkan sesuatu untuk menyuruhnya mengerjakan pekerjaan lain. Neil ternyata masih setia menemaninya di luar kamar.     

Berdiri dengan harap-harap cemas jika mungkin saja Belhart akan marah besar. Namun ternayta tidak. Belhart yang keluar lebih dulu dari kamar, hanya melihat sekilas ke arah Neil. Llau pergi begitu saja tanpa menggubrisnya.     

Sementara Cattarina nampak sangat mencemaskannya.     

"Tugas saya adalah menjaga Anda, Yang Mulia. Jadi sudah sewajarnya jika saya berjaga-jaga di depan. Namun jika saya boleh tahu, Anda ingin kemana bersama dengan Yang Mulia Putra Mahkota?"     

Monna kemudian mengangkat kedua bahunya.     

"Entahlah. Karena aku sendiri tidak merasa yakin dan tahu apa yang akan kami kerjakan,"     

Monna lalu buru-buru mengejar Belhart setelah melihatnya hampir menghilang. Tidak menghilang sepenuhnya tentu saja. Karena Belhart ternyata masih sempat berbalik dan menatap dengan tidak sabaran ketika Monna tidak kunjung membuntutinya.     

"Aku menuju ke sana. Dan sampai nanti, Neil."     

Monna lalu berlarian kecil mengejar Belhart. Namun ketika Monna mendadak teringat sesuatu. Monna lalu berbalik. Menyerahkan sesuatu pada Neil sebagai bentuk tanda terima kasih dan pertemanannya.     

"Ini untukmu. Dan jangan menolak. Karena itu juga adalag hadiah dariku. Dan tidak baik menolak sebuah pemberian atau hadiah,"     

Monna lalu berbalik. Setelah selesai mengunakan sebaris kalimat yang sama persis seperti ucapan Belhart. Monna lalu tidak sengaja menabrak punggung Belhart ketika dia masih berpikir bahwa Belhart masih terus berjalan.     

Namun justru malah berhenti. Sehingga tabrakan kecil pun tidak bisa dihindarkan.     

"Aduh!"     

Monna reflek menyentuh hidungnya yang mungkin saja retak karena menubruk sesuatu sekeras baja.     

Sementara, Belhart sudah berbalik untuk mengajaknya bicara. Setelah sesaat, pandangan matanya menangkap seseorang sedang berjalan ke arahnya dari kejauhan. Dan orang itu adalah Hulckey. Sekretaris kepercayaannya. Yang nampaknya membawa berita penting.     

"Sampai mana kita tadi dan sedang membicarakan apa?" tanya Belhart tanpa menoleh ke arah Cattarina dan masih saja terus menatap ke arah datangnya Hulck.     

Monna lalu memutar otak. Berpikir secara benar dan separuh yakin.     

"Sampai kita membicarakan soal batu Amethyst ungu yang sangat mirip dengan bola mata Anda?"     

"Bukan. Setelahnya,"     

"Soal Anda yang mendadak tersenyum?"     

"Mendekati. Namun masih setelahnya,"     

Kening Monna spontan berkerut.     

Apakah mereka sedang bermain permainan tebak-tebakan?! Sejak kapan Belhart bisa bermain-main?     

Namun seakan masih tidak tepat, Belhart terus meminta kebenaran jawaban atas pertanyaannya.     

Sehingga kali ini, Monna berusaha berpikir lebih keras.     

"Soal Anda yang mendadak ingin melihat matahari terbenam?" tebak Monna.     

Tidak disebutkan soal matahari terbenam memang. Namun kurang lebih seperti itulah alasan Belhart ingin mengajak Cattarina keluar dari kamar.     

Namun Belhart masih menganggap jawaban itu salah.     

"Bukan. Tapi persis sebelumnya," ungkap Belhart.     

Monna akhirnya memberikan jawaban terakhir. Yang mana jika kali ini juga salah, maka Monna tidak akan memberikan jawaban apapun lagi.     

"Soal aku yang menurut Anda sering melarang dan mengontrol Anda?" ucap Monna asal. Dan jawaban ragu ini justru dibenarkan.     

"Itu dia!" ucap Belhart membenarkan. Dan dari aba-aba matanya. Belhart bisa melihat Hulck sudah menghentikan langkahnya setelah ditatap dengan penuh arti.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.