Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 202 ( Memberkati Cattarina )



Chapter 202 ( Memberkati Cattarina )

0Para aristokrat dan petinggi istana, ternyata juga membawa serta istri mereka.     

Seperti sedang melakukan pertemuan penting dan baru saja sudah menyelesaikannya.     

Para pekerja istana juga nampak ribut.     

Baru saja puas menyaksikan bagaimana lamaran romantis menghibur mereka pagi ini. di tengah-tengah kesibukan mereka yang padat dan terkadang membosankan.     

Tontonan menarik kedua muncul.     

"Catty datang untuk menemani saya. Apa itu ada masalah?"     

Ikut mendengar banyak pertanyaan yang menyerang Monna dan tidak merasa senang. Asraff yang selalu mengedepankan perasaan asiknya, maju untuk membela.     

Telah berjanji pada kedua orang tuanya bahwa tidak akan ada masalah yang akan mengundang salah paham.     

Beberapa pembicara yang mulanya bertanya-tanya menjadi diam.     

Hanya sekedar mencurahkan isi pikiran mereka. Namun keingintahuan mereka ternyata mengundang pergesekan.     

Mata bulat dan menyipit itu bahkan melirik mereka tajam.     

Hanya dengan satu sapuan, mereka lalu bergidik dan terdiam. Sadar telah diberikan bantuan yang sangat besar, Monna memberikan senyum tipis.     

Bukan senyum bahagia. Dan juga bukan sekedar senyum berterima kasih.     

Monna hanya merasa lemah diri karena lagi-lagi harus mendapatkan bantuan dari Belhart.     

Terlihat menyedihkan dan merepotkan di matanya.     

Belhart lalu memberikan perintah pada Hulck.     

"Antar mereka semua keluar istana dan pastikan mereka tidak tertinggal kereta,"     

Hulck membungkuk. Mengangguk dan menyanggupinya.     

Semua tamu Belhart akhirnya pergi mengikuti Hulck.     

Belhart melirik yang lain.     

"Ingin masuk dan saya jamu?"     

Mungkin hanya pernah satu atau dua kali menjamu keluarga Cattarina secara langsung. Belhart yang masih memiliki keinginan untuk mendekatkan diri, memberi penawaran.     

Saling menatap dan tidak yakin apakah keputusan itu benar atau tidak.     

Lomus Dominic yang tahu kedatangan Cattarina datang dengan heboh. Menghampiri mereka bersama dengan beberapa pelayannya.     

"Cattarina!! Kau datang kembali ke istana untuk tinggal lagi di sini?"     

Berteriak kencang dan menunjukkan kebahagiaannya bisa melihat menantunya sekali lagi.     

Alpen yang tidak ingin memberikan beban pada putrinya, menghalangi.     

Berjalan ke depan Monna dan tidak membiarkan Lomus Dominic untuk mendekat. Atau mungkin merangkulnya, jika niat itu tersirat jelas di wajah ceria Lomus.     

"Saya juga senang bisa bertemu dengan Anda lagi, Yang Mulia."     

Terlihat tidak senang ketika niat tulusnya dihalangi. Lomus Dominic menatap Alpen Bourston sinis.     

Sementara Rubylic yang berada di antara mereka menatap dengan enggan.     

Monna tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan hanya menatap kekesalan Lomus Dominic dan kelancangan ayahnya mencegat langkah seorang kaisar.     

Asraf dan Alliesia saling pandang. Dan Belhart tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun Monna bisa merasakan pria itu nampak jauh lebih lelah ketika melihat ayahnya datang.     

Mungkin akan membuat kehebohan dan melakukan berbagai macam paksaan agar Monna bisa kembali ke istana. Padahal itu tidak mungkin dan Belhart tentu tidak ingin memaksa Monna lagi.     

"Apa yang ayah lakukan di sini? Bukankah sekarang adalah waktu Ayah berkebun?"     

Berbalik untuk melirik putranya sekilas.     

Lomus Dominic nampak masih kesal pada putranya.     

Tidak menjawab. Dan malah mengabaikannya. Lomus kembali menatap Cattarina dengan ekspresi ramah.     

"Apa yang membawamu datang kemari?"     

Melirik Alpen ketika dia masih saja terus mengganggu dan menghalangi.     

"Minggir! Kenapa kau menghalangiku dan kenapa kau berdiri di depan putrimu? Kita sudah sering bertemu dan aku bukannya merasa senang ketika bertemu denganmu!"     

Monna dengan perasaan tersudut, menyapa Lomus.     

"Pagi, Yang Mulia. Dan senang juga bertemu dengan Anda kembali."     

Monna menambahkan.     

"Apa Anda sehat? Kondisi Anda terus membaik?"     

Sempat merindukan perhatian Lomus Dominic yang ramah dan penyayang. Monna senang melihat perlakuan Lomus padanya masih tetap sama.     

Ceria ketika bertemu dengannya dan terlihat tidak marah atau kecewa.     

"Aku tentu saja baik. Namun alangkah lebih baik lagi kalau aku bisa terus melihatmu di istanaku. Sehingga istana ini tidak menjadi sangat sepi dan membosankan."     

Semua orang tahu apa yang diucapkan oleh Lomus adalah tulus. Memang merasa sepi dan sedih ketika Cattarina meninggalkan istana. Lomus kelap kali juga terus mencari sosok Cattarina. Datang ke istana yang dulu Monna tinggali dan kembali dengan tangan kosong.     

Lomus Dominic tentu sudah tidak terhitung berapa banyak terus menyalahkan Belhart.     

Kesal dan marah pada keputusan bodoh Belhart, yang pada akhirnya Lomus Dominic sadar telah membuat Belhart terlihat menyedihkan.     

Alpen yang masih belum senang dengan keputusan cerai Cattarina dengan Belhart, membalas sarkas.     

"Dan rumah kami menjadi sangat meriah semenjak putri kami kembali,"     

Semua orang mulai memperhatikan perselisihan itu.     

"Aku tidak bertanya padamu, Alpen. Dan aku tidak sedang mengajakmu bicara. Namun, apa kau harus terus menjawab pertanyaan yang aku ajukan pada Catty,"     

Menaikkan satu alis dan menatap dengan pandangan aneh. Alpen mengulang satu ucapan Lomus yang menurutnya baru dia dengar.     

"Catty?"     

Membalas dengan santai dan acuh.Lomus membalas tatapan aneh Alpen dengan sikap tenang.     

"Ya. Kenapa? Apa hanya kau dan keluargamu yang boleh menyebut namannya dengan sebutan 'Catty'?     

Alpen Bourston malah menjawab dengan mengejutkan.     

"Ya. Hanya kami dan teruntuk kami,"     

"Namun, Cattarina tidak nampak keberatan. Lalu Belhart, putraku, juga memanggilnya seperti itu!"     

Semua orang lalu memandang Belhart.     

"Tapi itu dulu. Sekarang kalian tidak perlu memanggil Catty dengan sebutan itu. Karena kalian bukan siapa-siapa Catty,"     

Beberapa penonton memekik.     

Masih terus menyaksikan perdebatan dan termangu.     

Asraff yang merasa ada kesalahan, mencoba menengahi.     

"Ayah, sudahlah. Jangan mempermasalahkan sesuatu yang sederhana dan menjadikannya masalah besar!"     

Alpen kini menatap Asraff dengan pandangan sinis.     

"Kau tidak ingin membela ayah? Padahal ayah sudah bersusah payah datang untuk mendukung hubunganmu dengan Alliesia?"     

Seperti teringat sesuatu ketika Alpen menyebut nama Alliesia. Pekik terkejut Rubylic mengundang perhatian banyak orang dan memecah konsentrasi.     

Konsentrasi antara menunjukkan kedudukannya di hadapan mantan besan. Atau niat Lomus mempertahankan status Cattarina sebagai menantunya.     

"Aku ingat sekarang dari mana aku pernah mendengar nama Alliesia Rustchel!"     

Berucap secara menyimpang dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan perdebatan Alpen dengan Lomus Dominic.     

Rubylic yang sudah tidak terlalu mempermasalahkan keributan kecil para orang tua, berjalan mendekat ke arah Alliesia.     

Meraih tangannya dan memeluk.     

Semua orang sontak terkejut.     

Terutama Alliesia dan Asraff yang tidak henti-hentinya menatap dengan tatapan bodoh.     

"Ibu! Apa yang ibu lakukan dengan mendadak memeluk Allie? Itu mengenalinya?"     

Mengangguk dan tersenyum senang.     

"Ya. Aku ingat sekarang. Aku kenal dengan ibumu Merriayana Rustchel. Wanita yang memberkati Cattarina ketika dia sedang dalam kandunganku,"     

Monna memberikan respin cepat.     

"Apa.. maksudnya itu, ibu?"     

Baru mendengar dan mengetahui hal itu.     

Rubylic lalu berbalik dan menatap Monna.     

Merriayana adalah seorang dukun hebat semasa ibu muda dulu, Catty. Dia yang sudah memberkatimu agar bisa tumbuh dengan cantik dan bahagia,"     

Monna buru-buru mencernanya.     

Cantik dan bahagia?     

Cantik mungkin, ya.     

Tapi, bahagia?     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.