Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 233



Chapter 233

0Menunduk dan memberi hormat. Monna segera mencari kalimat perpisahan yang terbaik dan mendamaikan.     

"Baiklah. Anda benar dan sudah sangat baik memperlakukan pekerja Anda dengan begitu mengagumkan. Saya ucapkan berterima kasih dan sampai jumpa!"     

Mengira bisa bebas dan pergi.     

Kepergiaan Monna justru ditahan oleh tatapa tenang dan misterius itu.     

"Apa aku bilang kau boleh pergi begitu saja?" tanya Anthonie.     

Menghentikan langkahnya yang hendak berbalik dan mencari jalan keluar.     

Monna yang sudah bersiap-siap akan kembali ke rumahnya, menatap Belhart dengan penuh tanya.     

"Ya?"     

Bergerak sedikit dan menunjuk pintu parkiran.     

"Aku akan mengantarmu dan ikut aku,"     

Termangu di tempatnya dan tidak bisa berkutik.     

Monna berteriak heboh.     

"Saya harus mengikuti Anda? Dan Anda akan mengantar saya pulang?"     

"Ya. Anggap seperti servis tambahan yang diberikan sang bos pada karyawannya."     

Monna menatap nanar.     

Royalitas!     

Itu lagi yang pria ini jadikan alasan sebagai niatnya untuk mewajarkan segala tindakannya.     

Monna sudah tidak ingin berusaha mengerti apapun. Mengikuti Anthonie masuk dalam mobilnya. Dan dengan begitu ramah juga terdidik. Anthonie tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita. Meski wanita itu adalah karyawannya.     

Membukakan pintu mobil untuk Monna dan mempersilahkannya duduk dengan rapi di kursi samping penumpang.     

Sempat mengingat sebutan nama 'Tuan Muda'. Monna mengira, Anthonie Guntaf akan membiarkan seorang supir yang menjalankan mobilnya dan menyetir.     

Namun dengan imajinasi Monna yang mungkin sudah terkontaminasi dengan dunia novel.     

Monna membayangkan semua Tuan Muda adalah orang yang akan menggunakan fasilitas apapun yang bisa dia gunakan. Seperti supir pribadi atau pengawal.     

Anthonie memang sudah menyewa seorang pengawal untuk menjaganya selama dua hari. Namun Anthonie sama sekali tidak mempekerjakan seorang supir untuk mengantarnya kemana pun.     

Sikap luwes dan santainya ini mengundang perhatian Monna.     

Mengaguminya cara Anthonie berkendara dan fokus menatap ke depan. Sama seperti ketika dia sibuk bekerja.     

Rasa penasaran Monna tergugah. Mulai membayangkan ada berapa banyak wanita yang dibuatnya hilang akal atau terhinoptis. Tidak hanya karena penampilannya. Tapi juga aura dan gestur tubuhnya.     

Monna menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

Menyadarkan diri pada logika yang harus dia pertahankan.     

Monna sadarlah! Apa yang kau pikirkan? Dan apa yang akan kau rencanakan dengan segudang wanita yang mungkin tergila-gila pada Anthonie?     

Ingin bersaing dan menemukan tempat istimewa di tengah-tengah mereka?     

Tertawa ketika pikiran bodoh itu menyelimutinya.     

Monn a tanpa sadar tersenyum.     

Menertawakan kebodohannya dan kepolosannya yang mudah tergoda pada fisik seseorang. Kecuali tentu saja Belhart, suaminya.     

Sempat menjadi buta mata dan hati karena insiden masa lalu buruk mereka.     

Monna masih ingat bagaimana Belhart berusaha untuk menyentuh hatinya. Membuat Monna menyukainya dengan cara yang berbeda dan sering kali berselisih paham karena ketakutan besar yang Monna tanamkan pada diri sendiri.     

Ekspresi Monna berubah buruk ketika dia teringat kembali pada cinta beda dunianya.     

Berharap bisa kembali dan bertemu dengan pria menyebalkan, tapi juga sangat Monna rindukan.     

Monna nampak ragu, apakah dia bisa kembali menjadi Cattarina?     

Membuang jauh-jauh kehidupannya sebagai Monna dan masuk lagi ke dalam novel?     

Sebuah suara bariton mengejutkannya.     

Membuat Monna ingat pada seseorang, tapi itu jelas tidak mungkin.     

"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Anthonie begitu mendadak.     

Monna bergeming.     

Tidak mungkin bercerita bahwa dia sedang memikirkan kehidupan spektakulernya.     

Dan tidak mungkin mengatakan bagaimna Monna sedang memikirkan suami dan anaknya. Karena dalam kehidupan Monna, dia masih single.     

Belum menikah. Belum berkeluarga. Dan belum memiliki seorang putra atau putri.     

Monna menggeleng lemah.     

"Tidak ada, Tuan. Hanya sedang memikirkan apa saja yang sudah saya lewatkan selama saya terbaring tidak sadarkan diri,     

Monna teringat pada sesuatu hal yang penting.     

"Apakah benar Anda yang sudah menolong saya? Menyelamatkan saya dari pingsan di kamar kontrakan saya. Dan membawa saya ke rumah sakit? Saya belum bertanya soal ini secara lengkap."     

Mendapatkan tatapan yang intens. Monna merasakan bulu kuduknya berdiri.     

Hilang akal ketika indah itu menatapnya.     

Seorang pria ternyata juga punya mata yang begitu cantik?     

Mona berusaha menyadarkan diri.     

"Aku datang untuk menanyakan beberapa laporan. Menurut salah satu pekerja. Aku bisa menanyakannya padamu karena kau yang paling memahaminya."     

Jadi, Anthonie datang karena soal pekerjaan?     

Tentu saja! Jika bukan karena masalahg itu, memang ada alasan lain?     

Sekalipun masih terlalu ambigu dan kebetulan. Monna terus mendengarkan dan menerima.     

"Lalu, karena hal itu mendesak dan penting. Aku datang menemuimu. Terkejut ketika menemukanmu pingsan, berapa banyakpun aku menekan bel dan mengedor pintu."     

Monna akhirnya paham.     

Bisa kira-kira membayangkan betapa aneh dan menakutkan situasi itu.     

Datang ke rumah seseorang yang tidak dikenal dan menemukan orang itu pingsan di dalam kamarnya. Setelah mungkin sudah beberapa hari tidak keluar dari rumah.     

Kelancangan ini patut diacungkan jempol. Karena Anthonie begitu sigap dan pintar membaca situasi.     

Bisa saja langsung pulang setelah tidak menemukan keberadaan sang pemilik rumah. Lalu mencari solusi lain.     

Dengan mata menyidik, Anthonie bertanya lagi.     

"Apa kau tinggal sendiri? Tidak bersama orang tua atau mungkin kekasih?"     

Menggeleng lemah dan merilekskan diri. Ketika sadar sudah terlalu tegang.     

"Saya sebatang kara. Dan orang tua saya sudah meninggal sejak lama. sempat dibesarkan dipanti asuhan. Tapi mendapatkan pendidikan yang layak dari para donatur. Saya akhirnya bisa menyelesaikan kuliah saya sambil bekerja paruh waktu."     

"Melamar pekerjaan dan diterima oleh perusahaan ayah Anda. Saya termasuk beruntung karena ayah Anda adalah seorang yang bijak. Tidak terlalu mempedulikan bagaimana latar belakang saya bertumbuh dan belajar. Saya yang belum memiliki banyak pengalaman saat itu, berhasil masuk seleksi ketat perekrutan karyawan karena royalitas beliau."     

Bercerita panjang lembar tanpa sadar dan begitu nyaman.     

Monna menemukan keanehan pada dirinya.     

Tidak pernah mudah akrab dengan sseorang. Namun jika dipikirkan baik-baik. Tidak ada salahnya juga dia menyembunyikan masa lalunya. Tidak akan diingat dan dipedulikan oleh orang penting macam Anthonie yang mungkin hanya akan menganggapnya orang lewat.     

Anthonie menanyakan pertanyaan keduanya.     

"Lalu.. bagaimana dengan kekasihmu?" tanya Anthonie.     

Menunggu dan tidak menunjukkan reaksi apapun. Tapi bersikap seolah-olah mereka dekat dan saling mengenal.     

"Saya belum memiliki kekasih. Mungkin belum sempat memikirkannya. Mungkin juga belum ada seorang pria manapun yang mau melirik saya."     

Monna tersenyum kecut.     

Bukannya tidak pernah berpacaran. Namun sudah dua kali menjalani hubungan spesial dengan pria lain di masa lalunya.     

Semua kandas. Jika bukan karena pria itu berselingkuh. Pria satunya sudah bosan padanya dan ingin mencari wanita lain yang lebih cocok dengannya.     

Beberapa kali pernah naksir dengan rekan kerjanya di beberapa tempat part time.     

Pada akhirnya, pria itu lebih memilih wanita lain yang katanya lebih royal, santai, dan menyenangkan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.