Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 232



Chapter 232

0Monna yang sudah tertidur selama beberapa jam memperhatikan sosok seorang pria yang sibuk berkutat dengan laptopnya di ruang tunggu.     

Lelah karena terlalu banyak menyangkal dan mencari cara untuk mencerna perjalanannya hidupnya yang panjang. Tapi hanya berjalan satu bulan dalam kehidupannya sebagai Monna.     

Monna seharusnya mencari cara untuk bisa mengetahui apa kira-kira yang terjadi pada Cattarina dalam dunia novel. Mungkin tercatat dalam buku terkutuk itu. Tapi tidak bisa pergi begitu saja karena masih ada satu orang yang mengawasi dan menjaganya dengan ketat.     

Monna yang selesai menatap Anthonie prihatin, bertanya.     

"Anda akan terus bekerja seperti itu di depan saya?" tanya Monna mengundang perhatian Anthonie.     

Sedikit tidak nyaman ketika mata asing itu menatapnya balik.     

"Dokter sudah mengatakan bahwa saya sehat dan bisa pulang kapanpun saya ingin."     

Athonie melipat tangannya.     

"Ya. Tapi dokter menyarankan kau melakukan itu setelah dua hari menginap di rumah sakit ini."     

Monna mengumpat dalam hati tanpa sadar.     

'Ya. Tentu mereka melakukan itu, selain untuk antisipasi. Mereka juga ingin meninggikan biaya rumah sakit.'     

Seakan terbaca, Athonie menjelaskan.     

"Seluruh biaya akan ditanggung perusahaan. Jadi kau tidak perlu memikirkannya,"     

Melihat sekeliling dan mencari orang lain.     

"Bibi Lisa tidak ikut menemani?"     

Monna masih ingat dengan tugas Bibi Lisa yang diperkerjakan untuk merawatnya.     

"Tidak. Aku sudah menyuruhnya pulang untuk mengurus hal lain. Dan aku akan menggantikannya."     

Monna terus mengawasi gerak-gerik Anthonie.     

Masih tidak mengerti dan percaya, pria asing ini bersikap sangat baik dengan menjaganya penuh. Padahal Monna tidak pernah meminta atau mengenalnya.     

"Anda baik sekali. Tapi sebenarnya Anda tidak perlu melakukannya."     

Monna terus memutar otak untuk mengusik Anthonie secara halus.     

"Apa tidak ada pekerjaan lain yang harus Anda kerjakan di luar saja?"     

Melirik beberapa tumpukan kecil dokumen. Pemandangan ini masih membuat Monna tidak merasa nyaman.     

Bangun dan duduk dengan lebih sopan ketika atasannya bekerja.     

"Tidak ada. Jika pun ada, aku masih bisa menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Atau jika penting aku bisa melakukan video call. Seperti misalnya akan melakukan diskusi sederhana. Tapi itu masih belum diperlukan."     

Monna menghela napas dengan tanpa bergairah.     

Mengartikan penjelasan itu dalam artian negatif. Dimana hal itu berarti Anthonie akan terus berada satu ruangan dengannya selama mungkin, sesuai dengan yang dia inginkan.     

Monna menyandarkan tubuhnya dengan lemas ke sisi dinding.     

Ingin segera pulang karena bosan berada di rumah sakit.     

Monna juga balik mengawasi Anthonie dengan ketat. Mungkin bisa menemukan kebohongannya atau prank yang dia lakukan untuk mengerjainya.     

Tidak ada muslihat dan tidak ada kepalsuan yang Anthonie tunjukkan.     

Sikapnya sangat natural dan tenang. Seakan-akan mengerjakan pekerjaan sederhana dan tanpa beban.     

Monna terus memijat pelan keningnya.     

Lelah karena terlalu banyak berasumsi dan berpikiran negatif.     

Mata dalam itu meliriknya.     

Tubuh Monna spontan menegang.     

"Ada apa?"     

Menimbang-nimbang dan menawarkan sesuatu.     

"Kau lapar? Ingin aku meminta seseorang untuk menyiapkan makan malam?"     

Mendengar kata malam. Monna melirik keluar jendela.     

Tertutup gorden yang belapis tebal dan hampir menutupi cahaya yang datang dari luar.     

"Sekarang sudah malam?"     

Mengangguk dan membenarkan.     

"Ya."     

Anthonie berjalan maju ke arah Monna.     

Membuat Monna sedikit mundur ke belakang karena gugup.     

"Lalu, karena hari sudah menjelang malam. Anda tidak akan pulang?"     

Menatap dengan heran sekaligus bingung.     

Pria tampan ini tidak mungkin berencana untuk...     

"Aku akan menginap. Dan seperti yang sudah aku katakan, kalau aku akan menjagamu sampai keluar dari rumah sakit,"     

Monna meronta-ronta dalam hati.     

Yang benar saja!     

Aku sudah ingin pulang. Tapi kau mencegahnya. Lebih percaya pada ucapan sang dokter. Dibandingkan dengan ucapan sang pasien!     

Aku juga tidak ingin kau temani?     

Kenapa kau harus menemaniku?     

Dan kenapa juga aku harus mendengarkan kata-katamu?     

"Saya bisa menjaga diri saya sendiri,"     

Anthonie menggeleng.     

Monna mengernyit.     

Memangnya, dia meminta pendapat? Monna hanya mengungkapkan kebenaran dan fakta.     

Tapi, pria yang bernama Anthonie ini seperti wali asuhnya.     

"Aku akan mencari makanan di luar. Jadi tunggu aku dan beristirahatlah dengan tenang,"     

Pergi tanpa pembicaraan tambahan apapun.     

Monna melihat kepergiaan itu seperti ingin menangis.     

Terjebak pada pria aneh dan tidak tahu jelas apa tujuannya.     

Monna sepertinya harus pergi sekarang juga.     

Tapi hari sudah menjelang gelap dan tidak aman bagi seorang pasiesn. Terlebih lagi seorang wanita untuk berkeliaran tengah malam seperti ini.     

Monna menunggu dengan gelisah kedatangan Anthonie.     

Ingin keluar untuk mencari udara segar karena merasakan matanya lelah terus menatap langit-langit yang tidak ingin dia kenali.     

Monna terkejut dengan apa yang menantinya di depan.     

Satu orang pria berpakaian layak seorang pengawal. jas dan celama hitam. Lalu kemeja putih dan tatapan penuh awas.     

Pria asing itu mencegat Monna di depan.     

"Anda ingin kemana Nona?"     

Menatap balik dan merasa pertanyaan itu tidak perlu diajukan padanya. Karena mereka tidak saling mengenal. Monna menjawab ketus.     

"Aku ingin keluar untuk mencari udara segar. Namun, apakah hal itu juga harus aku beritahukan padamu?"     

Pria asing itu mengangguk.     

"Ya. Karena Tuan Muda sudah memerintahkan hal itu pada saya!"     

What the hell?     

Tuan Muda? Lagi?     

Apa yang sebenarnya Anthonie rencanakan?     

Kenapa dia harus sampai menyuruh seorang pengawal menjaganya di luar?     

Menganggapnya seperti tahanan dan mungkin akan kabur, jika dia tidak mengawasinya dengan ketat?     

Menggeleng tidak percaya dan tidak ingin mengerti.     

Monna kembali masuk dalam kamarnya.     

Ingin berdebat. Namun sadar, akan menjadi percuma dan membuang waktu.     

"Kita lihat sampai aku berhasil keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah. Aku tidak akan perlu berurusan dengan orang-orang ini."     

Monna menghela napas dan mengusap kepalanya dengan kesal.     

Tapi seiring berjalannya waktu, keinginan terbesarnya tidak berjalan dengan mulus.     

Berhasil melewati serangkaian pemeriksaan yang mengharuskannya lebih lama di rumah sakit.     

Monna sekali lagi harus berdebat dengan Anthonie.     

Bukan kondisi yang tetap karena mereka belum saling mengenal baik. Begitu juga dengan status Monna yang berada di bawah Anthonie.     

Tidak pantas berdebat atau berkeluh kesah pada anak bosnya.     

"Sekarang lihat! Bukankah aku sudah katakan bahwa aku baik-baik saja? Tidak perlu melakukan pemeriksaan tambahan yang hanya akan menambah hutangku terhadap perusahaan,"     

Anthonie justru memotongnya dengan santai.     

"Sudah aku katakan bahwa seluruh biaya rumah sakit akan ditanggung oleh kantor. jadi kau tidak akan berhutang apapun."     

Monna memotongnya balik.     

"Ya. Tapi hutang budi saya terhadap perusahaan dan ayah Anda akan semakin besar,"     

Anthonie mendadak mengucapkan kalimat tidak masuk akal.     

"Kalau begitu, apa aku harus menggunakan uang pribadiku agar kau merasa tenang?"     

Ingin membalas. Namun kehilangan kata-kata dan kekuatan.     

Monna memutuskan untuk mengalah. Sudah melakukan serangkaian pemeriksaan dan tidak bisa membalik waktu. Sehingga prosedur itu dibatalkan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.