Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 219 ( Membeli Ranjang Yang Lebih Besar )



Chapter 219 ( Membeli Ranjang Yang Lebih Besar )

0Sudah memastikan pintu jendela terkunci. Lalu berpikir tidak akan mungkin ada orang yang akan nekat memanjat ke atas balkon kamarnya untuk mencoba masuk.     

Suara-suara gerak gerik seseorang membuat Monna terperanjat.     

Berjalan ke sisi jendela dan mencari tahu. Monna menutup mulutnya.     

"Belhart??"     

Menautkan alis dan tidak menyangka Belhart akan mendatanginya selarut ini. Monna melirik jam di dinding.     

Pukul 1 dini hari. Belhart masih juga berkeliaran di luar?     

Membukakan pintu dan membiarkan Belhart masuk. Monna dengan tergesa-gesa memeluk Belhart. Berpelukan mesra dan melepaskan rindu.     

Belhart tersenyum senang.     

"Baru dua hari tidak bertemu. Tapi rasanya seperti setahun. Apa ini namanya kerinduan yang menyiksa dan sulitnya hubungan jarak jauh?"     

Berucap dan berguman seorang diri. Monna tertawa. Merasakan hal yang sama dan senang Belhart juga sepertinya menderita.     

Monna membalas santai. Monna bergelut manja dalam pelukan yang menentramkannya.     

"Aku merindukanmu, Belhart. Sangat dan ingin terus bersama denganmu!"     

Konyol dan rasanya terlalu norak.     

Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan, Monna?     

Dulu kau tidak seperti ini? Dan kau juga tidak seagresif ini!     

Keduanya kembali saling mengecup sayang.     

Belhart menyentuh dagu Monna untuk mengarah padanya.     

"Boleh aku menginap di sini?" tanya Belhart tenang/     

"Hari sudah sangat larut dan aku mendadak lupa jalan pulang,"     

Monna memberikan senyum geli dan mengejek.     

"Sudah sangat larut dan kau lupa jalan pulang?" ulang Monna tidak percaya Belhart akan mengunakan kalimat tidak masuk akal itu untuk sekedar mendapatkan perhatian darinya.     

Terpesona pada aroma parfum maskulin yang Belhart kenakan. Monna memejamkan matanya untuk meresapi aroma tersebut lebih dalam.     

Belhart sengaja menyemprotkan parfumnya semalam ini?     

Atau parfum ini masih melekat di kulitnya sejak pagi?     

Mengangguk dan membenarkan pengulangan Monna. Belhart yang senang bertemu dengan Monna meladeninya bercanda.     

"Ya. Dan aku butuh tempat tinggal." Ucapnya mencari kesempatan.     

Monna lagi-lagi tersenyum.     

"Lalu kau ingin menginap?"     

"Ya. Itu tujuan utamaku."     

Menarik Monna masuk ke pangkuannya. Dan duduk di atas tempat tidur berukuran queen. Monna melirik tempat tidurnya dengan tatapan tidak yakin.     

"Tempat tidurku tidak cukup luas untuk kita berdua. Akan membuat Anda tidak nyaman dan sulit bergerak bebas."     

Belhart tidak nampak mempermasalahkannya.     

"Begitukah? Sayangnya, aku tidak peduli. Selama itu bersama denganmu dan bukan dengan orang lain. Semakin sempit tempat dan kecil ukurannya. Aku malah berpikir mungkin lebih baik."     

Belhart mendorong Monna berbaring di atas tempat tidur.     

Menindih tubuh Monna dan mengelus lembut rambut kuning keemasan yang selalu bersinar setiap kali terkena cahaya.     

Dalam pencahayaan yang redup. Dan beberapa cahaya dari sinar rembulan. Lalu penerangan dari luar kamar. Rambut kuning keemasan seperti lampu yang menyala-nyala terang, manarik perhatian Belhart.     

Ingin menggenggam rambut itu dan memainkannya sesuka hati.     

Belhart tiba-tiba berucap tidak nyambung.     

"Rambutmu indah. Apa kau merawatnya secara khusus?"     

Tidak persis sama seperti anggota keluarganya yang lain. Warna dan kelembutannya seakan terlalu alami. Tapi juga tidak alami karena Belhart tidak pernah melihat ada wanita lain yang memiliki rambut seringan dan semenawan rambut Cattarina.     

Sehingga, mungkinkah karena isi pikirannya hanya berisi Cattarina dan Cattarina.     

Semua wanita dianggapnya biasa saja, lalu hanya Cattarina yang paling istimewa?     

Gugup ketika Belhart mulai memainkan rambutnya seperti anak kecil. Dan bertindak dewasa dengan cepat dengan menyentuh tengkuknya menggunakan ujung bibir.     

"Belhart.."     

Monna mendesah.     

"Ya? Kau memanggilku?"     

Belhart membalas dengan lembut.     

Melepaskan kaitan yang mengunci pakaian Monna.     

Belhart bergerak sangat halus dan transparan. Seperti tidak terlihat dan tidak terasa.     

"Aku ingin memilikimu, Catty. Dan apa kau menginginkan aku juga?"     

Mengangguk samar dan mengiyakan.     

"Ya. Aku menginginkanmu, Belhart! Dan mencintaimu! Karenannya, lakukan apapun yang kau inginkan. Dan cintailah aku balik dengan luar biasa!"     

Merangkul leher Belhart dan tersenyum manja.     

Belhart mengecup bibir nakal itu.     

"Ini gawat!" ucap Belhart mabuk kepayang.     

Monna mengernyit.     

"Kenapa?"     

"Aku takut tidak bisa mengendalikan diri dan lepas kendali."     

Monna mengejeknya.     

"Kenapa kau harus mengendalikan diri? Dan kenapa seorang Belhart tidak bisa mengendalikan diri dengan baik? Padahal selama hampir satu tahun, dia sanggup tidak menyentuh istri cantiknya?"     

Monna sadar, dia sudah membuat tantangan yang sangat berani dan sombong.     

Namun Belhart justru merasakan perasaannya melayang karena terlalu senang dipermalukan.     

"Apa aku aneh?" tanya Belhart tiba-tiba.     

Menggeleng dan membiarkan tangan nakal Belhart menggerayangi tubuhnya.     

"Aku rasa tidak. Kau sama sekali tidak aneh dan malah membuatku bangga juga tersanjung,"     

Kecupan demi kecupan terus Belhart berikan. Bahkan ketika Monna sudah menanggalkan pakaian bagian atasnya. Memamerkan lekuk tubuhnya yang putih mulus dan tanpa cacat.     

"Bangga semacam apa dan kenapa kau tersanjung?"     

Mengecup hangat leher, tengkuk, kemudian berjalan semakin turun ke bawah.     

Monna meringis.     

Mendesah dan lupa memberikan jawaban.     

"Apakah semenyenangkan itu?" goda Belhart.     

Baru melakukan permainan kecil sebagai permulaan. Monna sudah menunjukkan ekspresi yang menghanyutkan.     

Membuat Belhart semakin ingin mempertahankan ekspresi itu lebih lama lagi dan membuat Monna kehilangan kendali.     

Monna mengikuti cara Belhart mengutuk.     

"Ini gawat! Dan tidak baik!" ucapnya.     

Memberikan sedikit penambahan. Belhart menunjukkan minat.     

"Gawat dan tidak baik? Kenapa?" tanya Belhart.     

Mengertakan gigi dan menggigit bibir.     

"Aku takut tidak bisa bangun dari mimpi ini!"     

Belhart mengernyit . Merasakan ucapan itu sangat salah.     

"Ini bukan mimpi, Monna. Ini adalah nyata dan realita dari hubungan cinta kita!"     

Monna mengangguk senang.     

"Ya! kau benar dan aku setuju. Tapi.. aw!"     

Menahan emosi dan kekesalan.     

"Bisakah kau berhenti mengecupku di bagian yang terlalu sensitif?"     

"Sensitif dimana saja?"     

Tidak berani menjawab dan merasakan nyalinya mendadak menjadi ciut.     

"Semua bagian dan itu geli, Bel!"     

Mengulas senyum dan tetap mengecup lalu memainkan daerah sensitif Monna lebih lama.     

"Belhart!"     

Mengencangkan suaranya dan mengerang.     

Suara desahan dan erangan itu membuat Belhart sangat puas.     

Menaikkan pandangannya ke atas lalu mensejajarkan pandangannya.     

"Kau sengaja ingin semua orang rumahmu berhamburan masuk ke dalam kamarmu?"     

Menggigit bibir dan menggeleng.     

"Itu semua salahmu!" keluh Monna tanpa peduli bagaimana reaksi tubuhnya sangat berlawanan dengan kata-kata kesalnya.     

Belhart melumat bibir yang berani berkata bohong.     

"Bermainlah dengan cantik dan pelan, Cantik. Dan biarkan kita hanya menikmatinya berdua. Tidak perlu membaginya dengan orang lain dan mengundang mereka."     

Belhart dan Monna lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut.     

Bermain di bawah selimut dan melakukan permainan sembunyi-sembunyi lalu gelap-gelapan. Belhart beberapa kali terjeduk. Sulit menyesuaikan ukuran tubuhnya yang terlalu tinggi dan kaki yang terlalu panjang.     

Belhart berucap dengan kesal.     

"Besok mari kita beli ranjang baru yang lebih besar dan nyaman! Ini terakhir kalinya aku menggunakan ranjang bututmu ini!"     

Cekikikan dan sudah pernah memperingatkan.     

Monna sama sekali tidak tersinggung.     

Justru terlihat puas dan membalikkan posisi mereka.     

Membiarkan Belhart yang tidur terlentang dan Monna yang menindihnya di atas. Keduanya lalu melanjutkan cumbuan.     

Melewati satu hari lagi dengan penuh cinta dan hasrat.     

Keduanya berharap, kebahagiaan ini tidak akan pernah berganti atau berubah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.