Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 217 ( Dunia Milik Berdua )



Chapter 217 ( Dunia Milik Berdua )

0"Sudahlah! Aku tidak ingin bicara dengan kalian lagi. Karena bicara dengan kalian, hanya akan membuatku teringat terus pada Allie. Ingin langsung menemuinya dan menikahi dengannya tanpa perlu mengadakan pesta. Aku pergi dan jangan cegat aku!!"     

Terpaku di tempat dan saling menatap beberapa saat setelahnya.     

Belhart mendadak bertanya.     

"Apa kakakmu baik-baik saja?"     

Mengangkat kedua bahu dan tidak bisa memberikan jawaban yakin.     

"Aku tidak tahu. Mungkin, ya. Dan mungkin juga, tidak. Kita lebih baik memasrahkannya pada nasib!"     

Sama-sama memberikan padangan menyelidik dan tersenyum, lalu tertawa lepas.     

Monna kembali menggoda Belhart.     

"Isi pikiranmu ternyata hanya ada aku dan aku! Selain memberikanmu hadiah berupa kecupan. Apakah ada hal lain yang lebih pantas?" tanya Monna.     

Melingkarkan lengannya di atas bahu Belhart dan memeluknya.     

Kecupan ringan Monna berikan dengan mudah.     

Tidak lantas langsung memberikan kepuasan pada Belhart yang merasa kecupan singkat tidak memiliki arti. Belhart kembali mengecup Monna lama. Sangat lama. Sampai-sampai mereka berdua sesak napas dan mengira hanya ada mereka berdua di dunia ini.     

Para pelayan yang berdiri di pinggir, kabur diam-diam.     

Cup!!     

Pengganggu tiba-tiba saja datang.     

Menjerit dan merasa sangat malu. Rubylic yang terkejut melihat adegan mesra putrinya bersama Belhart berteriak heboh.     

"Catty!! Apa yang kalian lakukan di sini? Di kediaman Bourston?! Kalian berani melakukan hal yang senonoh??!"     

Merasa sangat malu padahal bukan dia yang melakukannya. Rubylic menutup mata dan wajahnya dengan kedua tangan. Datang bersama dengan Alpen untuk menyambut kedatangan Putra Mahkota, setelah mereka baru mengetahuinya.     

Kedua orang tua Cattarina disuguhkan pada hal-hal yang begitu intim, putrinya lakukan bersama dengan Belhart di depan umum?     

Masih dalam ringkup pribadi kediaman Bourston. Tapi berada di hadapan seluruh pelayan pribadinya.     

Apa mereka benar-benar tidak sengaja?     

Dan semua itu masuk akal?     

Seolah mereka yakin, hanya ada mereka berdua di rumah ini dan yang lain sebagai ilalang.     

Alpen Bourston beberapa kali berdeham.     

Ingin ikut mengajukan protes seperti istrinya. Tapi khawatir akan nampak tidak elegan.     

Alpen berucap dengan tenang.     

"Ayah mengerti kalian ingin menyalurkan kerinduan kalian pada satu sama lain. Tapi, apa kalian tidak terlalu spontanitas?" tanya Alpen sembari bersabar.     

Menjauhkan diri dari Belhart dan merasa malu.     

Monna menggaruk kepalanya, kikuk.     

"Ayah! Ibu! Sejak kapan kalian berdiri di sana? Dan sampai sejauh mana kalian melihat kebersamaan kami?"     

Bersikap heboh dan terkejut melihat kedatangan kedua orang tuanya.     

Monna bertanya-tanya dalam hati dengan cemas.     

Apa ciuman mereka terlalu panas? Atau perasaan mereka terlalu terlihat?     

Tidak bisa mengangkat wajah dan malu setengah mati.     

Belhart malah mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Menyapa Alpen dan Rubylic dengan sopan. Lalu mengutarakan kata-kata yang tidak diduga siapapun.     

"Kami hanya melepaskan rindu dan kehilangan kendali. Maafkan kami dan tolong jangan diperkarakan!"     

Menatap kosong dan ambigu.     

Apa yang baru saja Putra Mahkota katakan?     

Hanya melepaskan rindu dan hilang kendali. Lalu maaf dan tolong jangan diperkarakan??     

Memang siapa yang berani memperkarakan masalah pribadi seorang Putra Mahkota?!     

Menepuk kening dan menghela napas.     

Oh, ayolah! Kelogisan macam apa ini??!     

Berusaha menenangkan diri dan tidak panik, lalu semakin mempermalukan diri sendiri.     

Monna menatap Alpen.     

"Ayah masih berada di dalam rumah dan tidak pergi bekerja?" tanya Monna mengalihkan pembicaran.     

Melirik Belhart dan mendapatkan tatapan balasan.     

"Ayah punya urusan yang ingin ayah bicarakan dengan Putra Mahkota. Itu sebabnya ayah memintanya kemari dan bicara."     

Monna melirik Belhart sengit.     

"Jadi kau datang, bukan khusus untukku?" terlihat kecewa dan kelewat percaya diri sebelumnya.     

Monna ternyata terlalu menaruh harapan tinggi pada Belhart?     

"Maafkan aku. Tidak sepenuhnya begitu. Tapi aku memang ingin datang secara khusus untuk menemuimu,"     

Memberikan tatapan sangsi dan dingin.     

"Kau pikir aku akan percaya?"     

Alpen Bourston menatap keduanya dengan pandangan penuh kegelisahan.     

"Perlukah kalian saling merajuk juga di depan kami?"     

Belhart membela diri.     

"Bukan saya merajuk. Tapi putri Anda," ucap Belhart kaku dan yakin.     

Monna berderik.     

"Sudah. Sudah. Pisahkan diri kalian sejenak lebih dulu. Biarkan ayahmu bicara dengan Putra Mahkota. Dan kau bicara dengan ibu. Kita sudah lama tidak saling bercengkrama, Catty."     

Memikirkan baik-baik pernyataan Rubylic dan tidak merasa yakin.     

Monna tanpa sadar membalas.     

"Bukankah semalam kita sudah bicara cukup panjang, Ibu? Kenapa ibu mengatakan bahwa kita sudah lama tidak saling bicara?" tanya Monna heran.     

Memberikan sorot mata tajam dan mengintimidasi.     

Monna yang paham betul arti sorot mata ibunya, mengalah.     

"Baiklah. Ibu benar. Sudah lama kita tidak bicara dari hati ke hati. Dan sekarang, karena hanya perlu menghitung mundur waktu liburanku berkunjung kemari. Kita bicaralah sepuasnya sampai lelah!"     

Monna mengajak ibunya pergi. Membiarkan Belhart bicara berdua dengan ayahnya.     

Lalu, jika penasaran. Monna bisa bertanya pada Belhart secara langsung nantinya. Soal apa yang dia dan ayahnya bicarakan. Tidak perlu memaksa ingin ikut mendengar dan merusak suasana.     

Atau bukan tidak tahu. Dan ingin pura-pura tidak tahu.     

Monna paham betul apa kira-kira yang ingin Alpen Bourston katakan pada Belhart.     

Menatap dengan penuh ketenangan dan terlalu datar.     

Alpen Bourston yang harus melepaskan kepergian putrinya untuk kedua kali, tidak nampak se-riang pertama kali dia menyerahkan Cattarina pada Belhart.     

Telah duduk bersama dan diam selama beberapa menit untuk sibuk merangkai kata, lalu memahami tujuan masing-masing.     

Alpen Bourston membuka pembicaraan.     

"Aku membesarkan putriku dengan penuh cinta. Memberikan apapun yang dia butuhkan dan inginkan tanpa mengatakan aku tidak sanggup. Aku selalu mengatakan mampu padanya,"     

Terus mendengarkan dan belum memberikan reaksi.     

Belhart mengagumi cara Alpen memperlakukan keluarganya.     

Berbeda dengan ayahnya, Lomus Dominic. Yang lebih sering memperlakukan Belhart secara tegas dan dingin. Alpen Bourston selalu menunjukkan kasih sayangnya pada istri dan juga anak-anaknya.     

"Terlalu memanjakannya. Sehingga terkadang, pada suatu situasi. Aku sering berpikir ulang. Apakah aku selama ini sudah memperlakukannya dengan benar? Tidak terlalu memanjakannya? Menyesatkan pikirannya dengan caraku yang terlalu menganggap enteng banyak hal."     

Alpen Bourston nampak sibuk mengenang masa lalu.     

"Mengabulkan apapun yang dia minta dan tidak mempertimbangkan ulang konsekuesi apa yang mungkin bisa Catty-ku terima."     

Banyak getir-getir kesulitan tinggi setiap kali Alpen membuka mulutnya.     

Tidak pernah membagi pikiran ini pada orang lain dan hanya pada istrinya seorang.     

Alpen juga ingin membuka pikiran Belhart.     

"Aku tidak bisa mengatakan bahwa putriku adalah wanita yang paling sempurna. Meskipun dia telah banyak menunjukkan perubahan dan aku tahu dia sedang berusaha. Aku tidak pernah ingin memberikannya sedikit pun kerumitan."     

Belhart menyamakan kalimat.     

"Begitu juga dengan saya. Tidak ingin memberikan kesulitan apapun pada Cattarina dan menjaganya sama seperti Anda merawatnya."     

Tatapan penuh kehangatan Alpen berikan pada Belhart.     

"Karena itu, ini akan menjadi peringatan terakhirku."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.