Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 216 ( Membaca Pikiran )



Chapter 216 ( Membaca Pikiran )

0Berkata jujur dan tidak pernah ingin berbagi informasi ini karena dia tidak ingin orang-orang berpikiran negatif tentangnya.     

Belhart menjadi penasaran pada beberapa hal.     

"Kalau begitu, apa yang kau baca dari isi pikiranku? Apa kau juga menemukan sesuatu yang menarik?"     

Melemparkan pandangan ke atas karana mendadak menjadi lelah dan tidak habis pikir.     

Asraff menyindir belhart.     

'Bukankah Anda tadi bilang kempuan saya ini mengerikan? Lalu kenapa sekarang Anda jadi penasaran?"     

Bersikap acuh dan menyeleput minumannya dengan santai.     

Aroma teh jasmine yang selama ini telah menjadi minuman favorit Monna. Mulai menjadi minuman favorit Belhart juga.     

"Hanya ingin mengetes sejauh mana kemampuanmu. Dan sampai dimana kau memahamiku dengan baik."     

Menyipitkan mata dan mendengus.     

"Cih! Alasan macam apa itu?!"     

Menggeleng dan tidak ingin mengingat-ingat.     

"Sudah saya katakan bahwa saya tidak bisa mengontrol kemampuan ini dengan baik. Hanya terkadang-kadang muncul dengan sendirinya tanpa diminta dan diketahui apa pemicu lalu kapan akan hadir."     

Monna memberikan tatapan ingin tahu yang sama.     

Belum sempat membicarakan kemampuan Asraff lebih jauh.     

Kemampuannya ini tentu tidak boleh dianggap remeh.     

Pasrah dan akhirnya ikut bercerita. Ketika Asraff pada awalnya hanya ingin menjadi penonton dan tidak mengusik dua pasangan yang baru saja sudah menyatukan hati mereka. Sambil memberikan beberapa nasihat singkat agar hubungan mereka bisa tetap langgeng.     

"Saya tidak sering bisa membaca pikiran seseorang, Yang Mulia! Hanya pernah membaca 3 kali isi pikiran dan masa lalu Monna sampai hari ini. Dan sangat kebetulan semua itu adalah hal penting!"     

Belhart semakin mencondongkan tubuhnya. bersiap-siap mendengar lebih banyak.     

"Ya. Katakan apapun. Meski tidak menyenangkan dan membuatku marah atau tersinggung. Aku tidak akan mempermasalahkannya,"     

Monna memberikan senyum ceria.     

"Ayo, Kakak! Ceritakan semuanya. Dan sampaikan padaku apa saya yang Belhart pikirkan!"     

Menggigit bibir dan terlihat tidak yakin.     

"Aku..."     

"Aku?"     

Meringis dan memperbaiki kata-katanya.     

"Anda.."     

"Anda..?"     

Berdecak kesal dan menatap Monna.     

"Tidak bisakah kau membiarkan aku menyelesaikan kalimatku dengan lebih yakin. Kenapa kau terus mengikuti kata-kataku?"     

Terkekeh dan melebarkan senyumnya.     

Monna meminta maaf.     

"Maaf. Aku tidak bermaksud dan hanya terbawa suasana!"     

Terus ditatap dan tidak dibiarkan lepas. Asraff yakin rasa penasaran Belhart semakin tinggi. Ketika Monna juga nampak ingin tahu.     

"Saya hanya pernah berhasil membaca pikiran Anda dua kali."     

Berucap sangat tenang semua mata mengawasinya.     

"Lalu?"     

Tidak menatap Belhart secara langsung dan menyusun kalimat.     

"Pertama ketika Anda pertama kali melihat Monna di hari pernikahan,"     

Sama-sama saling menatap. Lalu Belhart memalingkan pandangannya. Monna maju untuk bertanya lebih jauh.     

"Apa yang Belhart pikirkan saat itu?"     

Belhart dengan cepat mencegah.     

"Oke. Aku sudah mengerti. Lalu, kedua?"     

Terlihat bingung dan mengerutkan kening. Monna menatap Belhart bersungguh-sungguh.     

"Apanya yang sudah mengerti? Bukankah Kak Asraff belum menyampaikan apapun?"     

"Dia sudah menyampaikan kapan waktunya," ucap Belhart membela diri.     

"Ya. Tapi dia belum menjelaskan isi pikiranmu saat itu!"     

Belhart menjadi kaku. Mendadak tidak ingin melajutkannya dan kehilangan mood.     

Asraff tersenyum.     

"Bukan aku sudah sampaikan, bahwa kita lebih baik tidak perlu membahasnya?"     

Merasa semakin tertarik dan hanya dia sendiri yang tidak mengetahuinya. Monna merajuk.     

"Apa yang Belhart pikirkan saat pernikahan kami, Kak? Jangan membuatku penasaran dan ingin mencari tahu terus-menerus!"     

Belhart mengalah.     

Menghela napas panjang dan berucap.     

"Katakan saja. Karena aku sudah tidak ingin menyembunyikan apapun dari Cattarina mulai sekarang."     

Asraff langsung menatap adiknya.     

"Hanya kenakalan kecil. Belhart marah dan kesal sampai keubun-ubun. Karena telah berhasil mendapatkanmu tapi tidak bisa menidurimu!"     

Monna menyentuh kedua pipinya dengan ngeri. Membulatkan bibirnya dan tercengang.     

"Asraff Grey!! Kau berani berkata seperti itu di depan adikmu?!"     

Asraff memberikan pandangan aneh.     

"Bukankah kau barusan yang memintaku untuk jujur? Lagipula itu bukan pikiranku. Tapi isi pikiran suamimu!"     

Asraff melemparkan kesalahan pada Belhart.     

Menganggap hal itu wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Belhart membela diri.     

"Aku hanya kesal. Apa itu salah?"     

Balik menatap Belhart dan melihat Belhart sama sekali tidak merasa canggung.     

Monna tanpa sadar berucap.     

"Sudah sejak hari itu pikiranmu menjadi kotor?!"     

Mengedipkan mata sangat pelan.     

Bagaimana Belhart bisa bertahan selama itu?     

Tidak menyentuhnya sama sekali bahkan ketika mereka berada di dalam satu kamar dan tidur bersama!     

Belhart mempertahankan kewarasannya dengan hebat?     

Monna mengerjap tidak percaya.     

Monna ternyata salah jika berpikir selama itu, Belhart tidak pernah tertarik padanya.     

Memang memberikan kesan mengejarnya tapi juga tidak. Karena perubahan mood yang selalu tidak tepat dan mengganggu.     

"Kau cantik, Catty. Sangat cantik. Apalagi ketika kau sedang tertidur nyenyak dan kegelisahanmu menghilang."     

Belhart mengenang kembali masa itu.     

Tersenyum lembut dan ingin merasakan moment itu kembali.     

"Namun aku tidak ingin memaksamu."     

Memuji Belhart yang begitu handal mengendalikan diri dan mempertahankan kewarasannya. Hal ini juga yang menjadikan Asraff percaya pada Putra Mahkota sekalipun dia tidak ingin.     

Berulang kali menyangkal hubungan mereka. Asraff pada akhirnya juga terus ingin mempercayaik ketulusan Belhart pada adiknya.     

Monna berlinang air mata.     

Terharu dan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Belhart memaksakan keinginannya.     

Bukan tipe laki-laki yang akan sanggup melanggar janjinya.     

Namun, jika kewarasannya itu tidak bisa dia pertahankan. Bukankah Monna akan semakin membencinya?     

Menyalahkannya atas keegoisan yang terus Belhart kedepankan tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Monna?     

Berpikir ulang dan memikirkan alternatif lain.     

Atau, mungkinkah Monna akan langsung jatuh cinta padanya?     

Merasakan wajahnya menanas. Wajah Monna memerah.     

Takut membayangkannya dan tidak ingin berandai-andai.     

Belhart yang ingin langsung mengalihkan perhatian. Bertanya lagi pada Asraff.     

"Lalu untuk yang kedua. Pikiran macam apa yang berhasil kau baca?" tanya Belhart.     

Mempersiapkan diri mendengar jawaban yang mungkin akan menjatuhkannya.     

Asraff menimbang-nimbang.     

"Pada hari ulang tahun Pangeran Argedaff. Di pesta ulang tahunya. Ketika Anda cemburu pada Pangeran Argedaff yang terlihat intim dengan Cattarina."     

Asraff sebetulnya tidak perlu membaca isi pikiran Belhart saat itu. karena hanya melihat, Asraff sudah bisa mengetahui apa yang Belhart rasakan.     

Monna menunjukkan ketertarikan lebih tinggi.     

"Anda cemburu?"     

Bermaksud menggoda dan menyamakan skor.     

"Itu artinya masing-masing dari kita pernah cemburu pada satu sama lain!"     

Belhart membalas tenang.     

"Perasaan cemburu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan dan pamerkan! Untuk apa kau ingin membuat lebih banyak orang tahu soal kecemburuan kita terhadap satu sama lain?"     

Tertawa dan membenarkan. Tapi juga tidak.     

"Aku hanya ingin menyamakan skor. Dan memberitahukan bahwa bukan aku saja yang mudah salah paham dan terbakar api cemburu."     

Asraff bergidik dan mengerutkan kening.     

"Iiiuhh!!"     

Memperagakan sikap mengigil.     

"Apa yang coba kalian lakukan di depanku? Ingin pamer kemesraan dan membuatku iri?"     

Menggeleng tidak percaya sekaligus ingin membantah.     

Asraff mengembalikan kesadarannya dengan menghela napas panjang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.