Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 211 ( Menggoda dan Memojokkan )



Chapter 211 ( Menggoda dan Memojokkan )

0Tertawa mengejek dan menatap penuh sangsi.     

"Kau terus mempermainkan aku?"     

Tidak pernah bermaksud seperti itu.     

"Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?" kelit Belhart.     

"Tapi kau sudah melakukannya dan berulang kali!"     

Belhart memberikan alasan.     

"Demi ketenanganmu dan demi kedamaian hatimu."     

Membenarkan niat Belhart dan Mengakui dirinya sudah mendapatkan banyak ketenangan akibat dari perbuatan Belhart.     

"Tapi bukan dengan cara bekerja sama dengan keluargaku untuk membodohilku!"     

"Tidak ada yang ingin membodohimu, Catty. Mereka hanya tidak ingin membuatmu terluka. Mendukungku dengan susah payah. Karena aku yang berulang kali memohon,"     

Monna menunjukan tatapan tertarik.     

"Anda terus memohon dan meminta diberi kesempatan?"     

Memejamkan mata sejenak dan menjawab.     

"Ya. Dan usahaku ini akhirnya membuahkan hasil. Namun maaf jika hanya ini yang terpikirkan olehku."     

Monna kini benci dengan keseringan Belhart mengucapkan kata maaf padanya. Seolah kalimat itu mudah dia ucapkan dan tidak membebaninya.     

Monna juga terkejut dengan cara Belhart mendapatkan hatinya.     

Sangat halus dan sampai berani memohon pada kedua orang tuanya agar di berikan izin juga kesempatan kedua.     

Alpen Bousrton tidak akan mungkin mudah memberikannya kesempatan.     

Terlebih lagi, kemarahan Rubylic ketika Monna kembali ke kediamannya di hari perceraian.     

"Jadi karena hal ini, ibu tidak terlalu marah lagi padamu?" ungkap Monna tanpa sadar dan menambahkan.     

"Dan karena itu juga, mereka membiarkan aku pergi ke pesta ulang tahun Argedaff bersama denganmu?"     

Mulai memahami banyak hal dan mengerti alasannya.     

"Kau sangat pintar, Belhart. Aku sungguh tidak menyangka. Seperti dibodohi. Tapi juga tidak dibodohi. Bagaimana Monna harus menunjukkan sikap?     

Menatap dengan pasrah ketika tujuan baik Belhart bisa Monna pahami.     

Monna memeluk tubuh tegap dan bidang itu.     

"Aku menyayangimu. Bagaimanapun usahamu mendapatkanku! Bangga dan sangat tersentuh. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana jika kau tidak berusaha."     

Mungkin akan mengubur perasaan ini dalam-dalam dan terombang-ambing pada banyak penyesalan yang tidak bisa Monna putar kembali.     

Monna lalu berucap.     

"Terima kasih!"     

Mengecup bibir Belhart tepat di mulutnya yang tenang.     

Belhart meraih Monna masuk ke dalam dekapannya. Kembali melakukan ciuman yang panas dan halal mereka lakukan karena mereka sudah menikah.     

"Cattarina.." gumam Belhart penuh perasaan.     

"Belhart.." Monna membalas dengan nada panggil yang sama.     

"Catty?"     

"Ya?"     

"Aku rasa aku sudah tidak bisa menahannya lagi! Tidak perlu pergi untuk menyuruh seseorang ke rumahmu dan mengabarkan keadaanmu."     

Belhart dengan menggila mengelus tubuh Monna.     

Mengecup setiap sisi kulit Monna yang terbuka dan Belhart menjadi mabuk kepayang.     

Monna mendesah.     

Menyukai sentuhan itu dan merasa malu karena perasaannya terlihat jelas.     

"Aku akan langsung membawamu ke kamarku. Hari telah menjelang sore dan aku yakin kau adalah makan malamku yang mengenyangkan."     

Monna tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Belhart yang serius.     

"Apa yang kau bicarakan, Belhart. Jangan membuatku tertawa geli dan membuatku lupa diri!"     

Belhart malah bertanya.     

"Lalu, bagaimana jika itu memang yang aku inginkan? Membuatmu lupa diri dan tidak memikirkan keluargamu!"     

Monna mendadak merasa geli ketika tangan Belhart menyusup masuk dalam pakaiannya. Merasakan tubuhnya menggigil dan teransang.     

"Tolong, pilih. Ingin melakukannya di sini. Atau di dalam kamar?"     

Belhart menambahkan.     

"Tapi aku menginginkan malam pertama kita berkesan dan kita melakukannya di tempat yang layak,"     

Monna lagi-lagi meringis ketika Belhart sudah mulai menyentuh payudara-nya.     

Merasakan tangan besar itu meremas sebelah gundukan gunung yang selalu dia bawa. Monna mendesah.     

"Ah..Belhart."     

"Ya, Sayang?" ucap Belhart lembut.     

Sangat lembut sampai-sampai membuat Monna merasa dia telah salah mendengar.     

"Aku tidak ingin melakukannya di sini.."     

Tersenyum penuh arti dan mengerti dengan baik maknanya.     

"Baiklah. Itu berarti kau ingin aku menggendongmu ke kamar!"     

Berdiri dan langsung mengendong Monna masuk dalam gendongannya.     

Monna histeris.     

"Belhart!"     

Merasa terkejut dan belum mempersiapkan hati. Dengan langkah cepat, Belhart sudah berjalan keluar ruangan. Menggendong Monna yang hanya bisa menutup wajah karena malu dan tidak ingin mempedulikan sekitar.     

"Apa yang sedang terjadi?"     

"Kyaa....!!"     

"Yang Mulia Putra Mahkota!!"     

"Dia menggendong Yang Mulia Putri? Mereka sudah berbaikan?"     

"( suara terenyuh ).. hyyuung.. ini romantis!!"     

"Dan akan dibawa kemana Yang Mulia Putri?"     

"Lihat! Bukankah itu istana Marienatta?!"     

Nampak terkejut dan juga penasaran. Beberapa pelayan dan pekerja yang Belhart lewati terus mengawasi mereka.     

Tersenyum senang dan ada yang berimajinasi liar.     

Salah seorang mendapatkan pukulan.     

Plak!     

"Aduh! Kenapa memukulku?!"     

"Berhenti berimajinasi liar. Dan kembali bekerja. Urus urusan kita yang sudah banyak dan jangan mencampuri urusan Putra Mahkota!"     

Beberapa wanita menjadi tak kalah heboh.     

"Ini berita baik dan sangat membahagiakan! Apa itu berarti, Putri Mahkota akan kembali dan mereka akan rujuk?"     

Menjatuhkan Monna dengan lembut di atas tempat tidur mereka. Monna masih menutup wajahnya karena malu.     

Dia lupa.     

Jika ingin pergi ke kamar mereka, maka mereka harus melewati banyak sekali penonton dan juga penggosip.     

Jadi, apakah besok namanya akan terpampang jelas dalam surat kabar?     

Belum mempersiapkan diri sampai sejauh itu.     

Belhart melepaskan pakaiannya. Memecah konsentrasi karena Monna bisa melihat otot sempurna dan roti sobek yang tergurat sempurna di depan perut.     

Belhart berucap dengan nakal.     

"Matamu ternyata pandai menilai!"     

Mengerti dengan baik arti ucapan Belhart. Monna spontan memalingkan wajah. Merasakan pipinya memerah dan menjadi panas.     

"Aku hanya sedang menikmati keindahan surgawi!"     

Monna lagi-lagi menutup mulutnya yang menjadi sulit dikontrol.     

Belhart menjatuhkan diri di atas tubuh Monna.     

"Dan apa itu artinya, kau ingin mereka lebih?"     

Memalingkan wajah ke samping dan merasakan jantungnya seakan siap meledak.     

"Belhart! Berhenti menggodaku dan membuatku terpojok!"     

Senyum ceria Belhart mengembang.     

Memainkan anak rambut Monna yang menggemaskan.     

"Aku tidak bisa!"     

Berucap menantang.     

Belhart mengatakan dia tidak bisa??     

Apanya?     

"Aku tidak bisa tidak membuatmu terpojok dan aku tidak bisa tidak menggodamu karena aku takut kau mungkin akan berpaling jika menemukan pria yang jauh lebih baik dari aku."     

Monna spontan mengutuk dalam hati.     

Memangnya ada pria yang jauh lebih baik darinya?     

Bahkan sepadan dengannya saja rasanya tidak ada!     

Belhart ingin menguji kepintaran Monna?     

Berusaha mengatur napas dan menikmati kebersamaan mereka.     

Monna tidak bisa berbohong, jika dia menyukai setiap sentuhan yang Belhart berikan padanya. Mengelus rambut dan kepalanya dengan penuh rasa sayang.     

Mengecup pipinya dengan penuh cinta. Dan membelai tubuhnya dengan penuh hasrat.     

"Aku mencintaimu, Catty..     

"Cattarina.. dan Monna..."     

"Kalian berdua adalah satu-satunya wanita yang aku cintai saat ini.."     

Monna membalas.     

"Begitupun dengan aku,"     

Membiarkan Belhart melucuti pakaiannya dan melihat sisi dirinya yang polos.     

Mereka kembali melakukan ciuman yang dalam. Memainkan lidah dan melakukan permainan panas yang hanya akan dilakukan oleh orang dewasa.     

Dada ini rasanya ingin meledak!     

Terlalu bahagia dan sangat bergairah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.