Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 209 ( Benci Menjadi Egois )



Chapter 209 ( Benci Menjadi Egois )

0Tidak membantah dan seolah ingin mengatakan bahwa apa yang Neil katakan adalah benar. Neil yang melihat tidak bisa menunjukkan ekspresi lebih baik.     

Sudah mengetahuinya. Tapi ketika melihat dan memastikannya sendiri. Ada dentuman perih yang mengoyak hatinya.     

Tidak mengerti bagaimana perasaan ini bisa tumbuh dan berkembang. Padahal hubungannya dengan Cattarina hanya sebatas Putri Mahkota dengan seorang pengawal.     

"Anda ternyata juga mengakuinya secara tidak langsung?"     

Monna seketika merasa bersalah.     

"Aku bukan bermaksud seperti itu. Namun kau mungkin salah, Neil."     

Belum ingin mengakui dan masih menyangkap.     

Neil memberikan senyum kecut.     

Ekspresi yang jarang dia tunjukkan. Namun jika hal itu berkaitan dengan Cattarina. Entah bagaimana senyum itu terus ingin dia perlihatkan.     

"Benarkan? Kalau begitu, bisa Anda jelaskan apa arti kegelisahan dan ketidaknyamanan yang sejak tadi, juga saat ini, ketika menunggu Putra Mahkota pergi bersama dengan Putri Detriana?"     

Tidak sanggup membalas.     

Monna memang terus merasa gelisah sejak tadi.     

Terus penasaran dengan apa kira-kira yang sedang Belhart dan Detriana perbincangkan sampai begitu lama. Dan mengapa Belhart begitu mudah pergi meninggalkannya untuk mengantarkan Detriana.     

Monna juga mulai penasaran.     

Apakah seorang putri kerajaan besar yang datang ke negara tetangga, tidak membawa satu orang kepercayaan manapun untuk ikut bersama dengannya?     

Mengapa Detriana seolah datang seorang diri dan tidak bertindak sendirian?     

Neil mendadak membuyarkan lamunan Monna.     

"Jika Anda begitu khawatir. Saya bisa menjamin. Putra Mahkota dan Putri Detriana tidak memiliki hubungan apapun. Jadi Anda tidak perlu cemas dan berusaha memikirkannya dengan keras."     

Monna ingin menyangkal. Tapi sorot mata yang seolah bisa membaca isi hati Monna yang terdalam, menghentikannya.     

Tahu perkataan itu bukan main-main dan jujur.     

Monna mencoba mengalah.     

"Baiklah. Aku mengerti. Dan maaf, jika itu menyinggung perasaanmu."     

Merasa tidak enak ketika Monna terus menyinggung perasaan Neil.     

"Tapi aku tidak ingin kau pergi karena aku," ucap Monna jujur.     

Tersenyum lebih hangat dan selalu tahu Cattarina akan memberikan perhatian lebih padanya pada saat-saat tertentu.     

"Saya pergi karena keinginan sendiri. Tidak ada paksaan dan mungkin bukan sesuatu yang buruk."     

"Pada saat saya kembali, saya berharap Anda sudah bisa menata hati Anda dengan baik. Tidak berusaha menyangkal dan mengakuinya di depan Putra Mahkota. Saya yakin, Anda akan mendapatkan jawaban yang mengejutkan darinya."     

Bukan bermaksud mendorong atau memberikan dukungan penuh. Hanya ingin bersikap dengan benar dan wajar sebagaimana sebuah perasaan tidak bisa dipaksa. Dan menemukan tujuan hidup adalah yang paling benar untuk dia lakukan.     

Neil merasakan hatinya jauh lebih plong.     

Memuaskan diri lebih banyak untuk mengamati wajah itu untuk terakhir kali. Sebelum dia benar-benar tidak bisa melihat wajah itu kembali utnuk waktu yang cukup lama.     

[ "Tidak perlu terburu-buru. Aku masih akan pergi dalam beberapa hari ke depan. Persiapkan dirimu dengan baik dan yakinkan dirimu," ]     

Ucapan Detriana, mengundang keyakinan lain.     

Menggerakan bola mata dan melihat kedatangan Belhart. Neil lalu berdiri.     

"Putra Mahkota sudah datang. Dan saya akan membiarkan kalian bicara hanya berdua,"     

Monna belum menunjukkan reaksi. Masih sibuk memikirkan ucapan Neil dan merasa bersalah.     

Suara Belhart memecah konsentarasi Monna.     

"Kita kembali ke ruang kerjaku dan melanjutkan diskusi."     

Mengikuti Belhart pergi dan masuk ke ruang kerjanya kembali. Monna tanpa sadar mengucapkan sesuatu.     

"Apa benar kau tidak punya hubungan apapun dengan Detriana?"     

Langsung menutup mulut dengan kedua tangan. Monna tidak mengira apa yang sejak tadi dia pikirkan, mendadak terucap.     

Ingin mengubur diri dalam-dalam.     

Monna yang bodoh! Apa yang kau lakukan? Dan kenapa kau meracau?     

Kondisi yang sangat tidak kondusif dan tatapan yang seolah ingin menerangnya. Monna menunduk.     

"Abaikan ucapanku dan aku bukan bermaksud bertanya!"     

Meringis dan merasa jawabannya itu sangat bodoh.     

Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan bahwa dia tidak bermaksud bertanya? Ketika ucapan yang dia ucapkan adalah sebuah pertanyaan?     

Menggigit kukunya dengan gelisah. Monna lagi-lagi meralat.     

"Maksudku, saya tidak bermaksud ikut campur. Hanya saja.."     

Menyambungkan kalimat Monna dengan yakin. Belhart menyandarkan posisi duduknya dengan tenang.     

"Kau cemburu pada Detriana dan kau tidak senang ketika aku bersama dengannya?"     

Mengucapkan pernyataan itu dengan lancar dan sangat luwes. Senyum senang Belhart mengembang. Namun entah bagaimana, Monna mengartikannya sebagai sebuah ledekan.     

"A-apa yang barusan Anda katakan?"     

Menyangkal dan berpura-pura, Monna tentu harus melakukannya.     

Namun sikap gelisahnya terlihat jelas. Dan Belhart menemukan keuntungan besar dari ide ayahnya untuk mendekatkan mereka dengan tugas negara.     

"Resah dan terus tidak merasa nyaman. Sejak tadi, kau terus merasakannya?"     

Air mata Monna malah mengejutkan Belhart.     

Mendadak jadi panik dan serba salah.     

"Monna! Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis? Apa aku melukaimu lagi?"     

Merasa bersalah dan kehilangan arah.     

Apakah Belhart seharusnya tidak mengikuti usul Detriana?     

Wanita sialan!     

Apa yang dia akibatkan sekarang!     

Baru saja berpuas diri karena rencana mereka berhasil. Belhart justru melukai perasaan Monna?     

Mendekat dan mencoba menghibur.     

Monna sudah merasakan dirinya menjadi aneh.     

"Aku benci pada diriku sendiri," ungkap Monna tiba-tiba.     

"Ingin menjauh darimuy. Tapi juga ingin dekat denganmu. Aku tidak mengerti keinginanku sendiri!"     

"Mendorongmu menjauh. Tapi juga tidak menginginkan kau pergi menjauh. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku juga benci harus menjadi wanita yang egois!"     

Merasa lega karena bukan hal yang terlalu rumit. Belhart meraih tangan Monna hangat.     

"Tidak masalah jika kau ingin egois terhadapku, Monna. Aku siap menerimanya dan aku akan menuruti apapun keinginanmu."     

Kejujuran itu semakin membuat Monna benci pada dirinya sendiri. Tidak konsisten dan semaunya sendiri.     

"Anda benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengan Detriana?"     

Mengangguk yakin dan menjawab.     

"Ya."     

"Tapi, bagaimana kalian bisa melakukan hal itu di depanku?"     

Menatap serius dan bingung. Belhart mendengarkan lebih dulu.     

"Kenapa kalian berciuman di depanku di pesta Nyonya Longbeni?"     

Memicingkan mata dan berpikir serius.     

Mungkinkah karena hal ini, Detriana mengatakan bahwa semua bergantung pada sudut pandang pengamat?     

Belhart bisa membayangkan bagaimana ekpspresi puas dan menghina Detriana.     

Berhasil menyusun strategi dan membodohi Monna.     

"Kami tidak melakukan hal kau tuduhkan."     

Berhenti menangis dan membuka matanya lebih lebar.     

Berciuman mungkin wajar dan sering tejadi di dunia asal Monna. Tapi di dunia novel ini hal itu masih jarang terjadi dan hanya sebatas ciuman tangan berupa salam dan bukan ciuman di kening.     

"Benarkah itu?" tanya Monna penuh harap. Dan baru menyadari kedekatan mereka.     

"Aku tidak pernah tertarik pada Detriana. Begitu juga dengan sebaliknya."     

Monna menatap mata ungu gelap itu. Tahu Belhart tidak mungkin berbohong dan membuang-buang waktu untuk menipunya.     

"Aku masih mencintaimu. Menunggumu dan menantikan perasaanku berbalas,"     

Monna dengan sedih membalas.     

"Namun sayang, semua itu tidak akan mungkin terjadi karena kita sudah bercerai, Belhart!"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.