Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 208 ( Mencuci Otak )



Chapter 208 ( Mencuci Otak )

0Melirik Monna secara bersamaan dan hanya Detriana yang memberikan jawaban.     

"Anda benar. Bisa dikatakan, kami saling mengenal karena perperangan yang terjadi di perbatasan. Sedikit memberikan bantuan dan gagasan. Kami akhirnya menjadi lebih akrab. Bukan begitu, Neil, Belhart?"     

Ah, jadi mereka bertiga sudah saling mengenal selama itu? Tidak heran, jika melihat sikap Detriana yang sangat natural.     

Menganguk pelan tapi memberikan jawaban sedikit berbeda.     

"Ya. Tapi kami tidak seakrab yang Putri sampaikan. Mungkin terkesan berlebihan dan hubungan yang terjalin hanya sewajarnya,"     

Detriana tidak nampak kecewa dengan jawaban Neil. Sebaliknya. Memaklumi dan sudah terbiasa.     

"Ya. Kau benar. Mungkin hanya aku yang berpikir seperti itu,"     

Detriana lalu berbalik menatap Monna, Belhart dan Neil secara bergantian.     

"Dan, apa kalian ingin tahu kabar yang menarik dariku?"     

Menjadi pusat perhatian dan melanjutkan ucapannya.     

"Aku akan kembali ke negeriku, Kerajaan Amodimeda."     

Mengundang banyak perhatian yang hanya ditujukan pada Detriana. Monna mengerutkan kening.     

Sementara Detriana terus mengawasi perubahan ekspresi semua orang.     

Monna menatap dengan mata jernihnya. Belhart diam tanpa menunjukkan ekspresi. Neil seperti biasa, tidak nampak terusik.     

Dan Detriana tidak nampak terkejut.     

"Karenanya, aku sempat berharap. Paling tidak ada satu orang yang terlihat kecewa."     

Namun sayang, tidak ada satu orang pun yang kecewa.     

Detriana tentu tidak bisa memaksakan keadaan.     

"Aku akan kembali ke negaraku untuk mengurus beberapa hal. Tapi, aku mungkin juga akan datang kembali kemari dengan beberapa alasan."     

Sengaja memperlambat ucapannya dan menunggu perubahan ekspresi orang-orang. Detriana tidak bisa menghilangkan kekesalan dalam batin karena tidak ada satu orangpun yang nampak peduli kecuali Cattarina yang terus menatap ke arahnya.     

Nampak seperti seorang pemimpin yang lelah dengan segala rutinitas sehari-harinya di istana. Ingin menghirup udara segar dan mencari kebebasan, bahkan sampai pergi di negeri tetangga.     

Monna menatap Detriana penuh tanya.     

Apakah pekerjaan istana terlalu berat?     

Karena itu tidak ada raut kebahagiaan bisa kembali ke kerajaannya?     

Seolah terbaca di raut wajahnya dan menimbulkan perasaan haru. Detriana menatap Monna dengan ramah.     

"Terima kasih atas kekhawatiranmu, Cattarina."     

Lagi-lagi belum terbiasa dengan kerakraban yang Detriana tunjukan secara jelas.     

"Tapi seperti kataku, aku-pasti-akan-kembali!"     

Sengaja memberi penekanan pada empat kata terakhirnya.     

Detriana berhasil melihat Monna melirik Belhart diam-diam. Mungkin salah paham kembali karena berpikir Detriana kembali untuk menemui Belhart.     

Belhart memberikan argumennya.     

"Pintu negara ini selalu terbuka untukmu, Detriana. Kapanpun dan bagaimanapun." Ungkap Belhart diplomatis.     

Membenarkannya dan menerimanya.     

"Ya. Terima kasih. Dan jujur, aku merasa sedikit tidak rela."     

Melirik penuh arti pada Neil. Dan menunggu ada gerakan kecil terlihat di sorot mata kaku itu. Neil mendadak mengumumkan sesuatu yang lebih mengejutkan.     

"Saya bersedia menemani dan mendampingi Anda!"     

Hampir saja terjatuh dari tempat duduknya. Atau paling tidak berdiri dengan heboh untuk menunjukkan keterkejutannya.     

"A-apa yang baru saja kau katakan?" tanya Detriana dengan mata terbelalak.     

Menatap dengan bingung dan kurang paham. Monna sama terkejutnya dengan Belhart yang memilih diam.     

"Apa yang kau bicarakan, Neil? Kau ingin ikut dengannya kembali ke Amodimeda?"     

Sedikit menunduk dan memberikan jawaban ringkas.     

"Ya. Selama Putra Mahkota mengizinkannya. Dan tawaran Putri masih berlaku,"     

Senyum ceria penuh kebahagiaan muncul di raut wajah Detriana. Bertepuk tangan dengan bersemangat dan terharu.     

"Ow...! Jadi, kau masih ingat dengan tawaranku saat itu? Benarkah aku sedang bermimpi? Kau ingin ikut denganku? Ke kerajaanku dan menjadi pengawal pribadiku?" rundung Detriana dengan banyak pertanyaan yang sebenarnya memiliki satu inti jawaban.     

"Ya, Yang Mulia. Hanya sementara sampai Anda sudah menemukan pengawal baru,"     

Sedikit melirik Monna dan Belhart secara bersamaan. Neil melanjutkan.     

"Dan, sampai waktu kunjungan saya berakhir."     

Monna nampak terkejut dengan keputusan Neil. Seolah Neil akan pergi jauh dan tidak akan kembali.     

"Kau- akan meninggalkan Putra Mahkota? Pergi dari negeri ini dan meninggalkan istana?"     

Menunduk dan menjawab sekedarnya.     

"Hanya sementara. Sampai Putri Detriana menemukan pengganti saya," ulang Neil sangat tenang walau hatinya tidak.     

Senyum cerah Detriana tersungging. Seolah ingin mengatakan kalau dia tidak akan bersusah payah mencari pengganti Neil bagaimana pun caranya.     

Belhart segera memberikan komentar.     

"Itu terserah padamu. Karena ini adalah pilihanmu. Dan sama seperti ucapanku terhadap Detriana. Jika kau ingin kembali, pintu istana selalu terbuka untukmu."     

Monna justru merasa tidak nyaman.     

Tidak pernah mendengar dan membaca dalam buku, Neil akan pergi ke negara lain untuk alasan tertentu. Neil ternyata sudah memikirkan kemungkinan ini sejak lama?     

Dan mungkinkah alasannya sama dengan Detriana?     

Neil sudah lelah dengan kehidupan istana yang sering merendahkan statusnya. Sehingga dia ingin pergi menjauh?     

Pulang dengan senyum bahagia dan membiarkan Belhart mengantarnya. Kepergiaan Belhart dan Detriana langsung memunculkan kesempatan bagi Monna untuk bertanya pada Neil dengan serius sola pilihannya itu.     

"Kau yakin dengan keputusanmu? Kau akan ikut Detriana kembali ke negaranya? Meninggalkan pekerjaanmu di sini dan bermigrasi?"     

Monna tidak menemukan kalimat yang tepat untuk menyebutkan status perpindahan Neil.     

"Saya tidak bermigrasi, Putri. Hanya berkunjung dan menjadi pengawal sementara."     

Monna berucap dengan kesal.     

"Tapi kenapa? Apa alasannya? Dan kenapa begitu mendadak?"     

Memang tidak memiliki hal untuk tahu banyak hal soal Neil. Monna hanya tidak ingin Neil menanggung kesulitan karena kepergian Monna dari istana.     

"Seseorang berselisih denganmu? Setelah kau tidak menjadi pengawalku, mereka juga merundungmu?"     

Menatap dalam diam selama beberapa saat sebelum menjawab.     

"Saya hanya merasa, tempat ini kurang cocok dengan saya."     

Mendengarkan dengan seksama dan tidak ingin kehilangan informasi apapun.     

"Anda tidak perlu terlalu serius menangapinya, Putri."     

Menghela napas dan mengajukan protes.     

"Aku bukan putri! Dan berhenti memanggilku seperti itu!" ucap Monna mengingatkan.     

"Tapi Anda adalah putri dari keluarga Bourston yang terhormat. Dan saya patut meninggikan status Anda."     

Masuk akal. Tapi Monna mengibaskan tangannya asal.     

"Terserah. Selama hal itu membuatmu merasa nyaman," Monna tidak ingin berdebat untuk hal remeh karena ada hal yang lebih penting.     

"Tapi, ketika ada orang lain. Tolong cukup panggil aku dengan sebutan 'Nyonya'."     

Resiko sebisa mungkin harus diminimalisir agar salah paham tidak semakin merebak.     

Neil hanya diam dan kembali melanjutkan alasannya.     

"Saya ingin mencuci pikiran saya, Putri."     

Mengerutkan kening dan terlihat bingung.     

Mencuci pikiran?     

Memang pikiran sama dengan pakaian yang bisa dicuci dengan air?     

Menggeleng dan terus mendengarkan.     

"Saya ingin mencoba menghapus perasaan saya pada Anda."     

Berucap sangat serius dan seakan telah bertekat kuat. Monna tidak berani memberikan komentar.     

"Saya tahu bagaimana perasaan Anda terhadap Putra Mahkota. Tahu Anda mencintainya dan sudah menyadari itu."     

Monna lagi-lagi dibuat tidak bisa membalas.     

Bagaimana Neil bisa mengetahuinya? Apa semuanya terlihat jelas dan Monna terlalu bodoh dalam menyembunyikannya?     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.