Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 207 ( Membiarkan )



Chapter 207 ( Membiarkan )

0Mood yang Monna bangun susah payah pagi ini, buyar.     

Berganti dengan kekesalan yang Monna sendiri tidak bisa mengerti mengapa harus muncul.     

"Saya datang bukan untuk dikasihani. Tapi saya datang untuk bekerja!"     

Lelah terus dianggap lemah dan mungkin terkadang semua itu benar. Monna benci dengan tatapan yang bisa membuatnya salah paham.     

Ingin merangkai kata dan menyebutkan alasan yang bisa membuat perasaan Monna jauh lebih baik. Ketukan pintu memecah konsentrasi mereka.     

"Putri Detriana tiba, Yang Mulia. Beliau ingin bertemu dengan Anda dan sedang menunggu Anda di tempat biasa."     

Monna mendengar penuturan itu dengan perasaan campur aduk.     

Detriana datang dan ingin bertemu?     

Kenapa moment-nya pas sekali ketika dia juga datang berkunjung?     

Menatap Belhart dan menunggu jawaban darinya. Belhart tidak balik menatapnya.     

"Baik. Aku akan langsung ke sana untuk menemuinya."     

Menatap dengan ragu. Belhart tenyata langsung ingin menemui Detriana dan mengabaikan Cattarina?     

Tamu yang datang lebih dulu.     

Tapi dengan mungkin mempertimbangkan beberapa hal, Belhart lebih mengutamakan Detriana?     

Tidak ingin mengerti dan menyerah. Monna sadar dia telah diabaikan.     

"Tunggu aku di sini dan aku akan kembali,"     

Monna menatap dengan sedih.     

Berapa lama dan harus sampai kapan? Urusan mereka hanya sebentar dan sepertinya lebih penting?     

Menghela napas dan melihat bayangan punggung itu pergi. Monna menyandarkan tubuhnya dengan malas di tempat duduknya.     

Melihat ke sekeliling ruangan ketika ruangan itu rasanya sangat kosong.     

***     

Situasi berganti ke sebuah taman di paviliun.     

Berdiri seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna tosca. Sibuk menghitung waktu dan menatap Belhart dengan tatapan datar. Terus menunggu dan menunggu sampai pada batas waktu yang dia inginkan.     

Belhart yang nampak gerah dan tidak sabaran, bertanya.     

"Sampai kapan kita akan terus seperti ini? Dan sampai kapan aku harus terus membuatnya menunggu?"     

Menatap dengan santai dan terlihat acuh.     

"Kenapa? Kau sudah tidak tega meninggalkannya sendirian? Dan kau juga sudah ingin segera menemuinya?" goda Detriana.     

Membenarkan pertanyaan itu dalam hati. Namun tidak mengungkapkannya secara langsung.     

"Cattarina sudah menunggu selama dua jam! Dan itu belum juga cukup?"     

Berpikir sejenak dan membenarkan.     

"Ya. Karena aku ingin lebih membuatnya terpancing. Paling tidak, satu jam lagi. Biarkan dia menunggu selama itu."     

Belhart memberikan tatapan tidak percaya dan meninggikan alis.     

"Kau yang bilang sendiri ingin mengikuti keinginanku untuk mengetesnya dan membuatnya cemburu. Tapi kau juga yang malah menjadi gelisah?"     

Menelan ludah dan tidak bisa membalas. Tuduhan Detriana, Belhart benarkan.     

Tapi, bagaimana jika tindakan Detriana malah mengundang lebih banyak salah paham dan kehancuran hubungannya dengan Monna?     

Terdiam sejenak dan sadar, dia dengan Cattarina tidak punya kejelasan hubungan apapun untuk dihancurkan.     

Belhart menunjukkan sorot mata suram.     

"Ya. Tapi aku tidak bisa membiarkannya menunggu lebih lama lagi,"     

Menggeleng dan berdecak.     

"Aku sungguh tidak mengerti kau. Tidak pernah pusing memikirkan bagaimana perasaan orang lain dan selalu bertindak sesuka hati jika menurutmu itu adalah benar. Karena putri dari keluarga Bourston kau mematahkan seluruh kepercayaan dirimu?"     

Mengikuti Belhart berjalan ke arah istana dan ruang kerjanya kembali.     

Keduanya berhenti di tengah jalan. Melihat pemandangan yang tidak asing dan mengenali dua orang yang sedang duduk bersama untuk melakukan acara minum teh bersama.     

Detriana langsung bertanya.     

"Apa yang mereka lakukan di sana? Dan kenapa Neil bersama dengan Cattarina?" tanya Detriana penuh rasa ingin tahu dan memutar otaknya.     

Menutup mulut dengan ngeri ketika beberapa informasi penting terlintas. Detriana tidak bisa menutupi keterkejutannya.     

"Jangan-jangan, wanita yang dicintai Neil... adalah Putri Cattarina?" bertanya dengan serius.     

Lalu menebak dengan cepat dan tidak menginginkannya.     

Diam Belhart menjawab banyak hal.     

Menambahkan kegelisahan hadir di wajah Detriana yang tidak ingin mempercayainya.     

"Sainganku ternyata sangat berat."     

Hanya satu kalimat itu yang bisa ungkapkan.     

Detriana lalu menambahkan.     

"Sehingga, karena hal inikah Neil sulit aku dekati?"     

Melirik dengan tajam dan menyindir.     

"Neil sudah tidak melirikmu sejak awal pertama kali kalian bertemu. Dan perasaannya terhadap Cattarina, tidak ada kaitannya dengan hubungan kalian."     

Detriana membalas dengan kesal.     

"Bagaimana jika seandainya dia memilih Neil? Tidak ingin kembali padamu dan meninggalkanmu. Apakah kau akan membiarkannya begitu saja?" tanya Detriana sengaa memancing emosi.     

Namun pertanyaan yang Detriana ajukan, sudah pernah Belhart ajukan pada diri sendiri berulang kali. Dan jawabannya masih sama.     

"Sekalipun tidak ingin. Jika Cattarina memang menginginkannya. Maka aku akan membiarkannya,"     

Membulatkan tekad dan seolah telah mempersiapkan diri.     

Detriana membuka lebar matanya.     

"Jawaban macam apa itu? Kau sudah ingin langsung menyerah? Tidak ingin berusaha dan mengikhlaskannya.     

Belhart masih tidak menunjukkan perubahan mood.     

"Ya. Dan aku harap kau juga begitu!"     

Detriana mengibas rambutnya.     

"Aku berbeda. Tidak akan menyerah dan menciptakan kesempatan itu ada. Kita lihat, apakah mereka memang berjodoh!?"     

Melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampiri Cattarina dan Neil yang terkejut melihat kedatangannya.     

Detriana menyapa lebih dulu.     

"Maaf mengganggu acara kalian. Dan maafkan aku sudah membuatmu menunggu, Cattarina."     

Menyentuh dada dan sedikit membungkung.     

Detriana sepertinya sudah terbiasa memanggil seseorang dengan hanya menyebutkan nama tanpa embel-embel.     

"Saya baru tahu kalau Belhart membuat Anda lama menunggu. Dan tanpa sadar pembicaraan saya dengannya berlangsung panjang."     

Detriana lalu menatap Neil dengan wajah ceria.     

"Hai, Neil! Senang melihatmu lagi. Dan kau, semakin tampan saja!"     

Monna beberapa kali mengedipkan mata dan menatap tidak percaya.     

Seolah tidak memiliki beban, sehingga dia bebas mengatakan apapun yang dia inginkan. Detriana berani menggoda Neil di tempat terbuka?     

"Lalu, karena kita sudah berkumpul seperti ini. Bagaimana jika kita minum teh bersama?"     

Melirik sebuah meja kecil dan melihat dua cangkir teh terisi dengan beberapa cangkir lain yang masih kosong. Detriana mendadak meminta izin.     

"Boleh aku bergabung?" tanya pada Monna dan Neil secara bersamaan.     

Mengangguk dan mempersilahkan.     

"Tentu. Silahkan!"     

Hanya dua kata itu yang Monna pikirkan.     

Detriana lalu mengambil tempat duduk di samping Neil. Menunggu seseorang menuangkan teh untuknya. Neil yang tanggap segera menuangkannya.     

Menambahkan satu cangkir lagi dan mengisinya.     

Belhart duduk di bangku kosong yang tersedia.     

Mengundang senyum ceria dan tenang Detriana untuk memulai pembicaraan.     

"Aku tidak menyangka moment ini akan cepat tiba. Melihat kita berempat berkumpul di sini dan saling bercengkrama."     

Detriana yang dalam suasana hati senang, menolehkan kepalanya ke samping. Menatap Neil dan mengulaskan senyum sembari menopang wajahnya.     

"Jika aku boleh tahu, apa kira-kira yang sejak tadi terus kalian bicarakan?" tanya Detriana menaruh minat yang besar jika hal itu berhubungan dengan Neil dan hal-hal lain yang menurutnya menarik.     

Monna yang menyadari keakraban Neil dengan Detriana, menunjukkan tatapan minat.     

"Kalian sudah saling mengenal sejak lama?" tanya Monna tanpa sadar.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.