Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 204 ( Memanas-manasi )



Chapter 204 ( Memanas-manasi )

0Penghinaan kesekian kembali Monna terima. Mengikuti permintaan ibunya untuk lebih sering keluar rumah dan berbaur dengan banyak orang. Sambil meluruskan beberapa salah paham yang ditangkap orang lain.     

Rubylic yang tidak berhasil menahan emosi, berkesal hati.     

"Sungguh sebuah kesalahan yang sangat besar aku mengajakmu kemari, Catty! Tidak seharusnya aku berbaur dengan orang-orang yang tidak bisa menghargai dan mencoreng nama baik mereka sendiri dengan melakukan hal yang rendah!"     

Monna yang sedang tidak ingin mencari ribut, menghibur ibunya.     

"Sudahlah ibu! Jangan marah-marah dan berhenti terpancing. Mereka hanya sedang stres karena mendadak kekaisaran menghentikan aliran dalam dalam proyek besar yang mereka kelola. Sehingga mereka mencari pelampiasan,"     

Rubylic melipat kedua tangannya di depan.     

"Ibu bisa mengerti. Namun kenapa mereka harus mengundang Putra Mahkota dan Putri Detriana kemari? Ingin memanas-manasimu? Atau membully-mu? Mencari tahu bagaimana sebenarnya Kalian bisa bercerai dan memastikan dengan mata kepala mereka sendiri, apakah semua gosip itu adalah benar?"     

Rubylic sudah tidak bisa menahan emosinya.     

Aliran darahnya terus naik ke tingkat tinggi. Dan ini bukan satu atau dua kali. Tapi sudah beberapa kali dan itu sangat menjengkelkan.     

Semenjak perceraian Cattarina, para wanita bangsawan mulai menunjukan wajah asli mereka. Memandang keluarga Bourston sebelah mata dan terkadang menyalah gunakan kebenaran masa lalu dengan sebuah fitnah.     

Monna lalu berucap dengan sedih.     

"Apa ibu masih marah ketika mereka mengatakan bahwa ayah sengaja mengkambing hitamkan kakaknya sendiri untuk bisa selamat dari tuduhan pembelotan? Lalu soal keluarga kita yang tidak bisa menghargai jasa besar Belhart untuk menjernihkan nama keluarga? Mengkhianati kekaisaran dan memutuskan untuk berkhianat dengan memisahkan diri,"     

Rubylic berbalik. Menatap putrinya dan menyentuh wajah sang buah hatinya dengan lembut.     

"Itu tidak benar, Catty. Jangan salahkan dirimu atas semua penghinaan yang kita terima. Karena ibu yakin suatu saat semua akan berlalu dan dapat dijernihkan. Mereka akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah,"     

Monna membalas sentuhan itu.     

Mengelus lembut tangan Rubylic yang menyentuhnya dengan senyuman hangat.     

"Ya, Ibu. Karena itu jangan emosi dan kita biarkan mereka berpikir sesuka hati sampai puas. Dan aku akan.."     

Melihat Detriana memeluk Belhart dan mencium lembut kening Belhart. Monna menghentikan ucapannya. Merasakan pukulan yang hebat di dada sebelah kiri dan menyentuh bagian itu dengan separuh terenyuh.     

"Catty, kau baik-baik saja? Kenapa menyentuh dadamu sampai seperti itu? Ada yang terasa sakit dan apa kata-kata mereka melukaimu?" ucap Rubylic panik.     

Monna melihat Belhart dan Detriana berjalan ke arahnya. Sempat melihat wanita itu melirik ke arahnya ketika menyentuh pundak Belhart dan mencium keningnya.     

Monna berbalik dan menarik ibunya.     

"Ibu, lebih baik kita kembali karena sudah tidak ada yang perlu kita lakukan lagi di sini,"     

Rubylic terlihat kebingungan.     

"Catty?"     

Bermaksud bertanya kembali apa yang membuat suasana hatinya bertambah buruk dan mendadak ingin kembali. Rubylic dan Monna mendengar ada seseorang yang memanggil mereka.     

"Tunggu sebentar Nyonya-Nyonya dari keluarga Bourston," menyebutkan dua nama sekaligus dalam radius panggilannya. Detriana yang datang bersama dengan Belhart menyapa Monna dan Rubylic dengan ramah.     

"Putra Mahkota dan Putri Detriana?" sapa Rubylic kaku ketika berhasil mengenali mereka.     

Rubylic lalu memandangi Monna.     

"Salam hormat, Yang Mulia." Sapa Monna tetap mempertahankan tata krama seorang bangsawan wanita. Meski rasa sakit di dadanya belum bisa dia ajak berkompromi.     

Belhart nampak mencemaskan Monna.     

"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat pucat? Kau tegang?" tanya Belhart.     

Baru saja tiba belum lama dan ingin menyapa.     

"Kau tidak senang dengan kedatanganku?" tambah Belhatrt ketika hanya itu yang dia pikirkan.     

Monna menggeleng.     

"Itu tidak mungkin, Yang Mulia. Tapi saya mendadak teringat sesuatu hal penting yang harus saya kerjakan langsung,"     

Ingin menghindar namun malah melakukan percakapan ringkas.     

Monna tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Detriana. Wajah cantik dan manis. Berkulit lebih gelap dengan bulu mata yang sangat lentik. Dan sorot mata yang cerah, juga cerdas.     

Detriana tampil dengan pesona dan keanggunannya yang unik.     

"Saya Detriana Amoera. Calon ratu baru di kerajaan Amodimeda yang berada di sebelah barat negeri Geraldy. Senang bisa bertemu dengan Anda, Putri Cattarina."     

Mengulurkan tangan dengan lugas dan menawarkan persabahabatan.     

Monna mengangkat gaunnya dan sedikit membungkuk.     

"Senang bertemu dengan Anda juga, Yang Mulia Putri dan Calon Ratu!"     

Menarik kembali uluran tangannya karena mengira mungkin tata cara perkenalan mereka berbeda. Detriana Amoera memberikan senyum manis.     

"Ya. Dan saya sama sekali tidak mengira bahwa Anda akan secantik ini!" ucap Detriana senang.     

Dan keceriaannya itu mengundang perasaan iri.     

"Terima kasih, Yang Mulia." berucap sangat singkat dan ingin sekali pergi.     

"Anda juga sangat anggun, Nyonya Rubylic!"     

Detriana lagi-lagi bersikap akrab.     

Mengenali Monna dan Rubylic lebih dulu, Detriana memaparkan alasannya.     

"Aku mengetahui nama dan mengenali kalian dari Belhart. Jadi maafkan saya jika itu mengurangi kesopanan." Terangnya.     

Rubylic menggeleng. Hanya mengulaskan senyum sopan. Dan Monna merasakan kedekatan Detriana dengan Belhart.     

Putri negeri tetangga ini, bahkan memanggil Belhart dengan sebutan nama?     

Hal yang jarang Monna dengar dan mungkin hanya dia dan Kaisar Dominic yang pernah memanggilnya seperti itu.     

Monna lantas menjawab dengan berat hati, tanpa menunjukkan ekspresi.     

"Bukan masalah, Yang Mulia. Selama itu membuat Anda merasa nyaman," ucap Monna berpura-pura baik-baik saja.     

Detriana memberikan tatapan lebih dalam.     

"Sebaliknya, jika ada yang mengganggu pikiran Anda atau ada hal yang tidak Anda senangi dan bicarakan. Anda bisa mengatakannya langsung pada saya,"     

Sengaja tidak menatap Detriana atau Belhart. Dan hanya menatap titik kosong diantara mereka berdua. Monna membalas sekedarnya.     

"Ya. Baiklah,"     

Percakapan mereka ternyata mengundang beberapa perhatian. Baru saja sempat ribut dan bersitenggang dengan beberapa nyonya bangsawan yang terkadang sering berselisih dengan keluarganya.     

Kini keakraban mereka mengundang rasa ingin tahu.     

Merasa tidak nyaman dan rasanya ingin mengundurkan diri.     

"Tapi, tanpa mengurangi rasa hormat dan perhatian. Saya ingin pulang lebih dulu. Apakah itu diizinkan?" tanya Monna.     

Tidak mungkin menolak dan bersikap netral.     

Detriana seolah menjadi tuan rumah, dan menjawab.     

"Ya. Silahkan saja jika Anda memang sedang memiliki urusan yang sangat penting,"     

Monna tersenyum tipis. Menarik tangan ibunya dan hendak pergi. Belhart justru menahan tangannya yang lain.     

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Belhart benar-benar cemas.     

Sudah mulai pintar membaca ekspresi wajah Monna yang kurang menyenangkan dan sepertinya sedang marah padanya. Atau entah siapa.     

Monna menepis tangan itu.     

"Tidak. Saya baik. Dan tidak perlu cemas,"     

Bermaksud keluar dari neraka. Monna justru menciptakan neraka untuknya sendiri.     

Tidak memperhatikan sekeliling ketika tatapan banyak orang sudah mengganggunya. Terutama sikap Belhart. Monna menabrak seorang pelayan yang sedang membawa beberapa minuman.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.