Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 203 ( Permintaan Khusus )



Chapter 203 ( Permintaan Khusus )

0Tidak memberikan respon. Rubylic kembali meraih tangan Alliesia dan terlihat sangat berterima kasih.     

"Aku senang bisa melihat putrinya tumbuh menjadi wanita yang sangat hebat dan manis. Memiliki mata berwarna coklat gandum yang gelap dan pembawaan yang kurang lebih mirip. Aku senang bisa melihatmu, Alliesia."     

"Terima kasih, Nyonya dan saya cukup terkejut Anda ternyata mengenali orang tua saya."     

Rubylic berkata lagi.     

"Ya. Dan bagaimana dengan ibumu? Kau bisa mengatur pertemuan kami. Aku juga ingin bicara beberapa hal dengannya soal hubungan kalian."     

Asraff mewakili Alliesia untuk menjawab.     

"Orang tua Alliesia sudah meninggal, Ibu. Dan Alliesia saat ini hanya hidup sebatang kara karena kakeknya baru saja meninggal belum lama setelah dia masuk ke istana,"     

Kesedihan muncul dalam raut wajah Rubylic.     

Berpikir akan menjadi moment yang menyenangkan saat dia dan Merriayana membicarakan soal pernikahan putra putri mereka dengan akrab.     

Rubylic pada akhirnya harus bisa menerima, calon menantunya adalah seorang anak yatim piatu.     

"Aku ikut bersedih, Allie. Dan aku berharap kau bisa meluangkan banyak waktumu untuk menceritakan hal ini secara lengkap padaku. Atau hal lainnya. Aku bersedia mendengarkan,"     

Alliesia menunjukkan rasa haru dan terima kasihnya.     

"Ya, Nyonya. Dan saya sangat berterima kasih,"     

Mengangguk lemah dan melebarkan senyum pengertian.     

"Bukan masalah. Dan mulai saat ini kau boleh memanggilku dengan sebutan 'ibu' juga. Aku siap menggantikan Merriayana. Menjaga dan menyayangimu kapanpun!"     

Lomus Dominic yang sama sekali tidak tahu soal lamaran yang Asraff ajukan pada Alliesia, nampak heran.     

Seolah mengerti banyak hal walaupun tidak menyaksikan langsung acara lamaran yang belum lama berlangsung. Lomus berkata.     

"Asraff dan Alliesia akan menikah?" ucap Lomus cepat tanggap.     

Mengangguk sopan dan tersenyum.     

"Ya, Yang Mulia. Dan itu akan langsung dilakukan dalam waktu dekat,"     

Lomus Dominic spontan mengucapkan selamat. Sementara Alliesia menoleh.     

"Kita akan segera menikah?" tanya Alliesia.     

Belum sempat membicarakan soal pernikahan dan baru hanya lamaran. Asraff ternyata sudah merencakan pernikahan dalam waktu dekat?     

"Kalau begitu pas sekali. Bagaimana jika kita masuk dan membicarakannya di dalam?" tawa Lomus.     

Seperti mendapatkan alasan yang tepat dan berguna. Lomus Dominic masih menggunakan berbagai cara untuk mengajak semua orang berkumpul di istananya.     

Dan Alpen Bourston kembali berkelakar.     

"Ini adalah masalah keluarga kami, Yang Mulia. Tapi kenapa kami harus membicarakannya di istana Anda?" tanya Alpen merasa aneh.     

Karena permintaan Lomus memang kurang logis. Dan Monna membenarkannya dalam hati.     

Sementara Rubylic menengahi.     

"Baik. Karena kebetulan saya juga sedang haus dan lelah terlalu lama berdiri sambil berbicara. Kita ikuti keinginan Yang Mulia,"     

Alpen menatap istrinya penuh arti. Monna mengerucutkan bibir.     

Ibu! Apa yang ibu lakukan dan kenapa ibu terlena?!!     

***     

Berkumpul dalam ruangan yang sama dan dijamu dengan begitu baik.     

Kecanggungan jelas dirasakan oleh semua orang. Tidak terkecuali Alliesia sebagai anggota baru diantara dua keluarga yang terus membuatnya merasa tidak nyaman sejak awal.     

Monna berkali-kali menggoyangkan kakinya dengan gelisah.     

Bermaksud datang bukan untuk melakukan pertemuan semacam ini. Namun Monna sudah terjebak dan hanya bisa pasrah lalu mengikuti.     

Monna lalu melirik Belhart yang berada di sampingnya. Terlihat memberikan reaksi ketika dia melihat kegelisahan Monna.     

Monna yang canggung menghentikan goyangan kakinya.     

"Aku akan meminta banyak orang untuk membantu mengurus pernikahan Asraff dan Alliesia sebagai pihak dari wanita,"     

Memulai pembicaraan dengan hal yang mengejutkan.     

Apa yang baru saja Lomus Dominic sampaikan?     

Seolah ingin menjadi wali dan berjasa.     

Semua orang terkejut. Terutama Alliesia yang sama sekali tidak ditanya. Namun sudah ditentukan.     

"Anda ingin menjadi wali Alliesia, Yang Mulia?" tanya Asraff nampak tertarik.     

Mengangguk dan membenarkan.     

"Ya. Karena itu, buat pesta yang meriah dan berbahagialah!" perintah Lomus.     

Telah mendengar percakapan antara Rubylic dengan Alliesia soal kedua orang tua Alliesia yang sudah meninggal.     

Lomus Dominic tentu bisa melakukan sesuatu untuk mereka.     

Bukan karena sekedar ingin berbasa-basi atau menawarkan jasa secara cuma-cuma. Demi agar bisa meninggikan statusnya di mata orang lain. Lomus Dominic sebenarnya hanya ingin menebus kesalahan Belhart atas perceraian yang putranya lakukan.     

Dirundung perasaan sedih karena harus mencoreng sejarah keluarga kekaisaran yang tidak pernah melakukan perceraian. Lomus Dominic ingin menunjukkan pada khalayak ramai bahwa keluarganya masih memberikan dukungan penuh pada keluarga Cattarina.     

Melirik Belhart dengan tatapan kecewa dan tidak pernah puas.     

"Aku pikir... di sisa hidupku, aku bisa menimang cucu. Menikahkan Belhart dengan wanita terbaik dan memperbesar keluarga kami dengan keturunannya. Aku sungguh kecewa karena harus dibuat tidak berdaya," berucap dengan sangat sedih dan memprihatinkan.     

Lomus Dominic masih menceritakan uneg-unegnya.     

"Seperti yang kalian lihat. Aku hampir pernah tidak sadarkan diri. Namun diberikan kesempatan untuk bertahan, guna bisa melihat putra putri kita hidup bahagia. Tapi, kenapa seluruh kebahagiaan ini berhenti di tengah jalan dan lenyap?"     

Mengernyit dan tahu ayahnya sedang melampiaskan kekesalannya pada Belhart secara tidak langsung.     

Belhart melirik Monna.     

Menunggu reaksinya. Namun Monna nampak sama sekali tidak memberikan respon.     

"Aku yang membuat keputusan ini demi kami berdua, Ayah. Jadi jangan mengungkitnya lagi."     

Alpen dengan kompak mengangguk setuju.     

"Ya. Tapi ada satu permintaanku yang ingin kalian penuhi," ucap Lomus dengan tenang dan mengawasi.     

Semua orang menyimak.     

Monna merasakan firasat buruk.     

"Apa itu, Yang Mulia? Jika saya bisa melakukannya. Saya akan menyanggupinya,"     

Sebenarnya tidak terlalu serius mengatakan ingin menyanggupi permintaan Lomus yang sepertinya beresiko.     

Lomus menunjukkan senyum samarnya dan berkata.     

"Bukan hal yang sulit. Hanya ingin kau menjadi moderator antara kerajaan ini dengan kerajaan Methovenia,"     

Belhart segera saja bereaksi.     

"Ayah tahu soal kerja sama kami dan ingin Cattarina yang mewakili?"     

Mengangguk pelan dan membenarkan.     

"Ya. Karena aku sudah dengar dari Hulck bagaimana Kaisar di negeri sana memuji kepintaran dan kecakapan Cattarina."     

Monna dan Belhart saling pandang.     

"Itu sulit, Yang Mulia." Tolak Monna.     

"Kenapa? Apakah kau tidak punya waktu dan memiliki banyak urusan?"     

Terlihat ragu dan menggeleng.     

"Bukan seperti itu. Hanya saya.."     

Melirik keluarganya untuk mencari bantuan. Monna jelas tidak bisa mengambil alih pekerjaan negara.     

"Saya bukan siapa-siapa. Dan itu rasanya kurang etis,"     

Belhart mendadak menyanggah.     

"Aku menyetujuinya."     

Begitu mendadak dan bertolak belakang dengan pernyataannya sebelum ini.     

"Bukankah Anda bilang akan melimpahkan pekerjaan ini pada Hulck?"     

"Ya. Namun Hulck mengatakan dia tidak sanggup menggerjakan banyak pekerjaan sekaligus. Jadi kau yang akan membantuku melakukan komunikasi dengan pihak mereka."     

Monna tercengang.     

Sedangkan Lomus Dominic dan Belhart saling melirik tanpa menolehkan wajah. Sama-sama paham dengan taktik masing-masing. Lomus memberikan senyum senang.     

"Sangat bagus! Kalau begitu, aku percayakan sepenuhnya negosiasi itu padamu!"     

Terkurai lemas di tempatnya dan tidak ingin mengatakan apapun lagi. Monna tidak sanggup memikirkan masa depannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.