Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 201 ( Calon Menantu )



Chapter 201 ( Calon Menantu )

0"Alliesia Rustchel. Apakah kau ingin menikah denganku. Menjadi ibu dari anak-anakku dan menjadi pendamping hidupku selamanya?"     

Berucap dengan mantap dan yakin.     

Alliesia sungguh dibuat terkejut sekaligus terharu. Sementara Monna sontak menjadi terkesima. Tidak menyangka kakaknya akan melamar seorang wanita di depan banyak orang dengan begitu gagah dan berani.     

Alliesia yang perasaannya sedang meluap-luap, menutup mulutnya dengan kedua tangan     

"Asraff.."     

Sangat terenyuh dan sulit berkata-kata. Alliesia merasakan matanya memanas.     

"Alliesia Rustchel. Aku mencintaimu. Menginginkanmu seutuhnya dan berharap kau juga merasakan hal yang sama. Aku serius dan tidak pernah main-main!"     

"Mendekatimu memang untuk tujuan kurang baik. Namun hari-hari yang kita lewati bersama adalah nyata. Tumbuh dan berkembang secara tulus dari dasar hatiku tanpa ada sedikitpun kekeliruan."     

Monna dibuat ikut speechless.     

Menatap Asraff dengan takjub ketika untuk pertama kalinya Monna bisa menyaksikan pengakuan cinta kakaknya secara langsung.     

Tepuk tangan meriah menyebar. Dimulai dari Monna yang ikut bahagia ketika dapat menyaksikan pertunjukkan yang sangat menyenangkan.     

Beberapa pekerja istana yang melihat ikut mendekat. Menyaksikan acara lamaran ini dengan mata berkaca-kaca dan senyum.     

Beberapa orang ada yang berteriak dan bersiul.     

"Ayo terima, Dokter! Tuan As datang untuk meminang Anda dan bagaimana mungkin Anda bisa menolaknya?"     

Menitikkan air mata ketika haru bercampur perasaan senang menyerang.     

"As!! Bagaimana kau bisa merencanakan semua ini?!" protes Alliesia tidak percaya.     

Belum menjawab pertanyaan Asraff dan malah mempertanyakan tindakannya yang mengejutkan. Asraff yang tersenyum kikuk membalas.     

"Aku datang untuk melamarmu, Allie." Ucap Asraff.     

"Karena itu, apa kau tidak ingin langsung menjawab lamaranku ketika tangan ini rasanya sudah sangat lelah bergelantungan?"     

Terus memegang cincin yang Asraff hadapkan pada Alliesia. Posisi Asraff yang masih terus bersujud tentu membuatnya tidak merasa nyaman.     

Sementara Alliesia masih menunjukkan wajah bodoh dan belum merespon.     

Monna yang tidak percaya, menepuk kening dan menggeleng.     

Menyangsikan pertengahan lamaran yang sudah bagus dan indah di awal. Malah berjalan ke arah yang menyimpang.     

"Kakak! Keluhan macam apa itu? Kau merusak suasana romantis!" omel Monna kesal.     

Tertawa dan geli melihat tingkah parah anak muda.     

Alpen Bourston tidak bisa menghentikan ucapannya.     

"Haha... Kau memang putraku dan selalu unik,"     

Rubylic menyikut pinggang suaminya.     

"Ayah!! Kenapa berkata seperti itu dan tidak menegur?!" komplain Rubylic.     

Terkekeh dengan gaya yang sama dengan Alpen saat ini. Asraff tersenyum dengan hangat pada Alliesia.     

"Cincin ini sebagai bukti cintaku. Dan seluruh keluarga dan juga orang-orang yang berada di sini menjadi saksi cinta kita."     

Asraff akhirnya kembali normal dan beberapa orang bernapas lega.     

"Karenanya Alliesia, maukah kau menerima cinta dan pengorbananku? Hidup bersama denganku dan memulai segala cinta kita bersama-sama sampai akhir hayat?"     

Meraih cincin pemberian Asraff dengan cepat lalu menuntunnya berdiri. Alliesia yang bahagia memeluk Asraff.     

"Ya! Aku mau dan aku ingin!!" ucap Alliesia penuh semangat dan sumringah.     

"Aku mencintaimu, As. Sangat!! Karenanya jangan membuatku terluka kembali karena kata-katamu,"     

Asraff dengan cepat membalas pelukan Alliesia. Mengecup kening Alliesia dan bergelut manja dalam pelukannya.     

"Asraff hentikan! Itu geli dan membuatku tidak bisa menahannya..!"     

Berhenti berucap dan merasa malu ketika semua orang memperhatikan mereka. Terutama kedua orang tua Asraff yang terus menyimak pergulatan mereka.     

Asraff yang terlalu senang menggendong Alliesia. Berputar dan bersendung. Tidak mempedulikan protes Alliesia dan terus meluapkan kebahagiaannya yang tercermin jelasn Musik yang kompak dan cermat pun mengiringi mereka.     

"Astaga, Asraff!! Tolong hentikan!! Semua orang memperhatikan kita saat ini! Terutama ayah dan ibumu!"     

Harus tetap menjaga image yang baik di depan kedua calon mertua. Alliesia tentu tidak ingin dianggap sebagai wanita gampangan yang tidak bisa menjaga tata krama.     

Rubylic yang tidak keberatan, justru melambaikan tangan dan menghapus air mata harunya mendapatkan tontonan menarik secara gratis.     

"Tidak apa-apa, calon menantu. Untukmu kami bisa memakluminya!"     

Sementara Alpen Bousrton berdeham satu kali dan gerakan itu entah bagaimana bisa mengisyaratkan dengan jelas persetujuannya.     

Monna mengucapkan selamat.     

Tersenyum lebar dan selalu senang ketika melihat akhir bahagia bagi siapapun.     

"Selamat, Alliesia. Dan selamat bergabung dalam keluarga kami untuk ke depannya!" ucap Monna begitu welcome.     

Lalu berpikir sejenak.     

"Aku sungguh tidak menyangka akan menjadi iparmu. Dan yang terpenting. Kalian bahagia dan aku pun akan ikut senang!" tutur Monna tulus,     

Tidak peduli bagaimana masa lalu mereka di kehidupan terdahulu yang selalu berselisih dan tidak menemukan titik terang sekaligus hal baik bagi kedua belah pihak.     

Monna tetap akan ikut senang apabila mereka berdua bisa hidup senang dengan jalan mereka masing-masing. Tidak saling mengusik dan berusaha mencampuri penderitaan orang lain.     

Sebuah suara mengejutkan banyak orang.     

"Yang Mulia Putra Mahkota!"     

Mengarahkan semua perhatian dan tatapan pada nama yang disebut.     

"Yang Mulia Putra Mahkota?!"     

Semua orang sontak menyebut namanya dan memberi hormat.     

"Semoga sejahtera dan damai bagi Anda, Yang Mulia." Ucap Alpen yang ikut menyapa Belhart.     

Setelah semua orang menunduk dan memberi salajm, termasuk Monna, Alliesia dan Asraff.     

Belhart yang sudah disadari kedatangannya, menyapa balik.     

"Ada acara penting di sini?"     

Sudah sempat melihat bagaimana Asraff mengajukan lamaran pada Alliesia dari jauh. Hulck memberikan dukungan pada Asraff.     

"Selamat Tuan Asraff dan selamat untukmu juga Nona Alliesia,"     

Menunduk dan mengeratkan genggaman tangannya di lengan baju Asraff sembari menunduk.     

Alliesia yang merasa malu dan besalah pada Hulck membalas singkat.     

"Ya. Tuan Hulck. Terima kasih,"     

Monna dan Belhart tidak sengaja saling menatap. Memandang selama beberapa detik dan Monna lalu memalingkan tatapannya ke arah lain.     

"Aku baru saja berhasil melamar Alliesia. Dan semua ini berkat Anda, Yang Mulia. Jadi saya ucapkan terima kasih banyak dan maaf jika sempat membuat sedikit keributan."     

Beberapa orang menatap sekeliling.     

Ini yang Asraff katakan sebagai 'sedikit keributan'?     

Mengangguk pelan dan tidak mempermasalahkannya. Blehart justru menunjukkan tatapan iri karena Asraff bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.     

Berhasil meraih wanitanya dan melakukan lamaran yang tidak mungkin ditolak.     

Belhart melirik Monna sekali lagi.     

Bisik-bisik mengganggu pun terdengar.     

"Bukankah itu mantan Putri Mahkota?"     

Datang bersama petinggi istana dan para aristokrat yang terkadang rewel pada beberapa hal tidak penting dan juga tidak ada urusannya dengan mereka.     

Beberapa pendapat bermunculan ketika awalnya Belhart hanya sedang ingin mengantar para tamunya keluar istana sambil masih membicarakan beberapa hal.     

"Melewati istana para pekerja dan kerumunan yang Asraff bawa ke istananya.     

"Putri Mahkota masih bisa datang kemari? Mungkinkah dia sengaja datang untuk bertemu dengan Putra Mahkota?"     

Terus saling menatap dan tidak merasa nyaman. Monna sudah menduga firasat buruk ini akan terjadi.     

Tidak akan pernah mau ikut, jika Asraff mengatakan sejak awal bahwa mereka akan melakukan pertunjukan di istana.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.