Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 178 ( Hal yang Kau Tahu )



Chapter 178 ( Hal yang Kau Tahu )

0Chapter 173     

Carolus yang terbiasa memegang urusan pencatatan dan pembayaran. Merangkum seluruh biaya pemesanan Putra Mahkota.     

Menyebutkan akan mengirimkan tagihannya ke istana sekaligus mengirimkan langsung pakaian yang mereka pesan, setelah pakaian itu selesai mereka laundry.     

Carolus nampak memastikan satu hal sebelum dia melakukan kesalahan.     

"Aku harus mengirim kemana dua pakaian ini? Ke kediaman masing-masing?" tukas Carolus tanpa mempedulikan tatapan tajam yang Astrond layangkan padanya.     

Sudah akan memukul kepala Carolus, jika saja pria itu berada di dekatnya. Astrond memekik tajam dan menegur.     

"Apa yang barusan kau tanyakan, Carol?"     

Menatap dengan penuh arti dan memintanya mengatakan sesuatu, semacam permintaan maaf. Carolus justru menunjukkan ekspresi heran pada Astrond.     

"Kenapa? Bukankah pertanyaan ini penting agar tidak ada kesalahan dalam urusan pengirimannya?"     

Menghela napas dan tidak ingin menimbulkan keributan dan perasaan tidak mengenakan. Monna mewakili Belhart menjawab.     

"Kirimkan dua pakaian itu ke kediaman kami masing-masing. Dan selesaikan administrasi ini segera,"     

Carolus yang paham, memberikan anggukan. Mencatat apa yang Monna katakan dan menyudahi proses administrasi.     

Semua penghuni Astrond Holic, akhirnya bisa langsung bernapas lega. Tepat ketika dua tamu luar biasa mereka pergi.     

Duduk dengan lemas, sembari mengeluh. Salsa menyeka keringat yang bercucuran di dahinya.     

"Aku lemas Browndy," ucap Salsa kehilangan banyak tenaga dan selera.     

Sementara Browndy ikut bersandar di belakang Salsa. Melakukan hal yang sama dan memijat pelan pundaknya yang pegal.     

"Aku juga lelah, Salsa. Padahal pembelinya hanya dua. Tapi kenapa aku merasa seperti didatangkan puluhan pembeli dengan seratus keinginan berbeda?"     

Menyindir dengan sangat hiperbola. Tidak ada satupun yang membantah karena mereka seolah sepaham.     

Salsa lalu ikut melayangkan dilemanya lagi.     

"Kau benar, Brown! Dan apa-apaan Putra Mahkota itu! dia ingin mengenakan pakaian berpasangan di pesta ulang tahunnya? Ketika mereka bahkan sudah bercerai dan tidak ada alasan apapun untuk menunjukkan kemesraan mereka?"     

Menggeleng tidak mengerti dan tidak paham apa tujuan Putra Mahkota. Browndy hanya menunduk lemas. Lebih peduli pada kelelahan yang menyelimutinya dalam sekejap.     

Carolus yang memiliki sifat pendiam dan acuh. Tidak mengucapkan keluhan apapun seperti Salsa dan Browndy. Tapi ikut senang ketika pengusik mereka sudah pergi.     

Astrond malah nampak ingin menangis.     

"Apa aku selama ini kurang beramal? Karena itu, hari ini aku sangat sial dan diuji kesabarannya?"     

Carolus langsung merespon.     

"Ya. Itu benar. Dan Anda sebaiknya lebih banyak beramal pada saya," ucap Carolus dengan ekspresi datar.     

Pukulan pelan lalu dilayangkan pada punggung Carolus yang sedang berdiri di samping Astrond.     

Menjadikan kesempatan ini tidak hilang seperti tadi dan membuat jantungnya seolah akan lepas.     

"Kau yang seharusnya lebih banyak beramal dan menjaga mulut lancangmu itu, Carolus Lilac! Apa kau tidak takut atau cemas, jika tiba-tiba saja ada yang tersinggung dan merasa terhina dengan ucapanmu?"     

Memberikan peringatan keras ketika kenakalan ini bukan terjadi satu atau dua kali. Tapi sudah berkali-kali dan Astrond cukup lelah menegur Carolus yang tidak pernah mau mendengarkannya.     

Monna di dalam kereta kudanya, kembali merasa tenang. Senang ketika rutinitasnya dengan Putra Mahkota akan berakhir.     

Monna malah dikejutkan pada pernyataan lain.     

"Kau mau kemana?" baru akan menaiki kereta kerajaan Belhart yang katanya paling sederhana. Namun masih mengundang perhatian banyak orang. Bahkan ketika mereka baru saja keluar dari toko Astrond.     

Monna lalu berbalik ketika mendadak dihentikan.     

Menatap dengan heran dan berkedip.     

"Kenapa? Bukankah, kita akan langsung pulang setelah ini?" tanya Monna merasakan firasat buruk kedua.     

Belhart menarik tangan Monna.     

Tidak membiarkan kakinya melangkah naik dan menunjuk beberapa tempat.     

"Restoran itu nampak enak dan aku lapar. Kita makan siang di sana lebih dulu.     

Kini tahu, kenapa Belhart sengaja menunjuk waktu sebelum jam makan siang untuk pergi memilih pakaian pestanya.     

Belhart ternyata sengaja menggunakan kesempatan ini untuk bisa makan siang bersama Cattarina?     

Menggeleng dengan cepat dan yakin dirinya hanya berasumsi bodoh.     

Monna berucap sopan.     

"Saya masih kenyang, Yang Mulia. Dan saya akan makan di rumah."     

Belhart malah mengacuhkannya.     

Menarik Monna seenaknya dan masuk ke salah satu kedai makan yang Monna yakin tidak pernah Belhart datangi.     

Perhatian para pengunjung langsung tertuju pada mereka.     

Menimbulkan perasaan tidak nyaman dan bimbang dalam hati Monna yang sudah menundukkan wajahnya.     

"Saya tidak berselera, Yang Mulia."     

Tidak ingin mengangkat wajah. Namun tidak ada gunanya juga menunduk. Ketika semua orang sudah mengenalinya hanya dari model rambut dan penampilannya yang tidak mudah dilupakan.     

Belhart yang acuh, mencari tempat duduk dan menyuruh Monna untuk duduk di sampingnya.     

Memanggil pelayan dan menanyakan menu. Memesannya dan seperti melakukan dating, Belhart bertanya dengan serius makanan apa yang Monna sukai berdasarkan pada menu yang disediakan.     

Monna sampai beberapa kali mengerjap.     

Dating?     

Tidak-tidak!     

Pikirannya mulai melantur dan tidak pada semestinya.     

Menjawab lemah dan asal menu apa saja yang tidak sengaja Monna jumpai.     

Hidangan tiba tidak lama setelah Monna memesan.     

Belhart lagi-lagi menunjukkan perhatiannya yang tidak biasa.     

"Aku tahu kau tidak menyukai paprika. Jadi berikan paprikamu padaku,"     

Monna hanya mengikuti saja, pergerakan Belhart mengambil paprika dari atas piring Monna ke piringnya.     

Lalu hanya dalam satu kali suapan. Paprika itu melesat sangat lancar masuk dalam mulut Belhart.     

Menguyah dan tidak merasakan rasa aneh yang sering Monna rasakan. Ketika dia menelan bulat-paprika yang sudah dipotong-potong.     

Monna kemudian bertanya dengan penasaran.     

"Darimana Anda bisa tahu saya tidak menyukai paprika?"     

Tidak pernah bercerita. Dan mereka memang sudah beberapa kali makan bersama. Tapi Belhart tidak pernah...     

Oke!     

Monna mulai melarat isi pikirannya.     

Bukan tidak pernah memperhatikannya memisahkan makanan. Tapi, Belhart sering peduli pada apa yang dia sukai dan tidak.     

Itu sebabnya banyak koki istana menjadi repot.     

"Anda masih ingat apa yang saya sukai dan tidak?"     

Mengangguk yakin. Belhart memberikan tatapan bangganya.     

"Ya. Apapun itu. Aku masih ingat dan bisa menyebutkannya secara berurutan,"     

Monna spontan mengerutkan kening.     

"Berurutan semacam apa yang Belhart maksudkan?"     

Memang dia punya daftar apa saja yang Monna sukai dan tidak? Sehingga Belhart bisa mematokkan urutannya.     

"Berdasarkan pada urutan hal pertama yang aku ketahui sampai hal terakhir,"     

Monna setidaknya masih bisa bernapas lega karena Belhart ternyata tidak mencatatnya dalam sebuah buku daftar pengingat.     

Tapi, apa-apaan memorinya soal hal yang dia sukai dan tidak?     

Ingin mengetes dan mencari tahu kebenarannya.     

Monna yang menemukan sesuatu yang menarik bertanya dengan sedikit penasaran.     

"Apa saja yang Anda ketahui soal hal yang saya sukai dan tidak?"     

Menopang dagu dengan kedua tangan yang saling bertumpu di atas meja, Monna lalu mencoba mendengarkan dengan serius. Hal-hal apa saja yang akan Belhart sampaikan padanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.