Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 223 ( Darah dan Air Mata )



Chapter 223 ( Darah dan Air Mata )

0Dua tahun akhirnya berlalu tanpa adanya kendala.     

Hidup dengan damai, aman dan bahagia.     

Monna tidak pernah menyesali keputusannya untuk kembali ke istana.     

Tempat yang masih menyisakan banyak kenangan pahit. Namun semua kenangan itu adalah kenangan yang sudah berlalu dan tidak akan pernah terulang kembali.     

Monna dan Belhart akhirnya memiliki seorang anak.     

Emilyan Dominic Hartriana.     

Seorang bayi perempuan mungil yang memiliki mata dan rambut mirip ibunya. Wajah dan parasnya mirip ayahnya. Rambut keemasan dan mta biru serta sorot mata dingin mirip Belhart.     

Emilyan Dominic tumbuh dengan sangat sehat.     

Menambahkan keceriaan tambahan dalam kehidupan Monna yang bagaikan negeri dongeng.     

Seiring berjalannya waktu. Monna juga menemukan satu hal baru.     

Mengikuti jalan cerita yang telah digariskan padanya. Sesuai dengan ramalan Pendeta Agung. Monna benar-benar ditakdirkan menjadi seorang 'Dewi'.     

Entah apa alasannya dan faktor penyebabnya. Monna nampak heboh.     

"Bagaimana ini mungkin, Suamiku? Bagaimana ini bisa terjadi?" ucap Monna tidak percaya dan masih sangsi.     

"Air mataku bisa menyembuhkan luka. Dan satu tetes darahku bisa menyuburkan tanah?"     

Seperti bermimpi hebat untuk kedua kalinya.     

Sebenarnya kemampuan fantastis ini berasal darimana?     

Tidak pernah mencobanya dan tidak pernah berpikir akan memilikinya.     

Belhart memberikan jawaban yang tidak masuk akal.     

"Semua ini bisa terjadi. Nampaknya berkat kau yang sudah berhasil melahirkan Emilyan."     

Menautkan alis dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mata ungu Belhart.     

"Apa yang kau maksudkan, Bel? Aku punya kemampuan ini setelah berhasil melahirkan Emilyan?"     

Mengangguk dan mengingat kembali bagaimana percakapannya dengan Pendeta Agung beberapa tahun lalu.     

"Saat itu, ketika aku berada dalam kebuntuan dan hilang harapan. Aku menemui Pendeta Agung untuk menanyakan lebih lanjut soal ramalan aneh yang ayah ceritakan,"     

Monna tidak berhenti mendengarkan dan ingin tahu lebih banyak.     

Monna mengatur napas.     

Berusaha tenang dan menerima kemungkinan terburuk.     

"Apa saja yang dia katakan? Dan apakah itu baik atau buruk?" tanya Monna.     

"Sebagian baik dan sebagian tidak, Sayang."     

Monna merasakan ketegangan.     

"Tapi, hal buruk sudah lewat. Dan menyisakan hal baik yang saat ini kau alami."     

Monna tidak bisa berhenti fokus.     

"Pendeta itu mengatakan bahwa kau akan menjadi penyelamat. Dewi yang dipuja dan diagung-agungkan. Kau akan disembah dengan penuh cinta kasih dan juga rasa syukur. Itulah, hal baik yang Pendeta katakan."     

Monna mengerutkan kening dan belum ingin percaya.     

"Apa itu masuk akal?" tanya Monna ragu.     

"Aku? Cattarina Bourston?" ucapnya menambahkan.     

Seorang tokoh wanita jahat. Dan tidak pernah berakhir baik dalam 4 kehidupannya sebelum ini. Di kehidupan kelima, Cattarina secara ajaib menjadi seorang dewi dan wanita yang dipuja?     

Belhart mengangguk kecil.     

"Ya, Sayang. Dan itu adalah spesialnya dirimu."     

Monna mendatarkna ekspresinya.     

Entah ingin percaya atau tidak.     

Monna masih menebak-nebak apa yang direncanakan sang pembuat garis kehidupan padanya.     

Mungkin akan memberikan kebahagiaan kecil atau besar sebagai pengganti penderitaan berturut-turutnya. Tapi juga mungkin akan memberikan sesuatu yang mengejutkan lain nantinya.     

Monna lalu bertanya.     

"Jadi sekarang. Apa yang akan kita lakukan pada kemampuanku ini?"     

Menerima dan menyadarkan diri bahwa kemampuan unik yang dia punya harus dipergunakan sebaik mungkin.     

Belhart menunjukkan tatapan tidak nampak senang.     

"Kau ingin melakukan sesuatu dengan bakatmu itu?" tanyanya keberatan.     

Tidak ingin menyulitkan Monna dan membuatnya repot. Belhart mengingatkan kembali.     

"Kau harus tahu, bukan hanya air matamu yang berguna. Tapi juga darah yang menetes keluar dari dalam tubuhmu!"     

Monna mengerjapkan mata.     

Mengangguk dan mengerti.     

"Ya. Karena itu, ketika aku melahirkan Emilyan. Darah kelahiranku berguna untuk menyuburkan tanah taman belakang istana. Ketika seorang pekerja tidak sengaja membuang air bekas cucian ke Sana. Dan hasil siraman itu malah menghadirkan taman bunga yang indah."     

Belhart menimpali.     

"Lalu, saat kau tidak sengaja menangis karena tanganmu teriris di dapur. Berapa kalipun aku melarangmu untuk tidak menyentuh wilayah dapur jika kau hanya bisa menambah kesulitanmu. Kau berhasil menyembuhkan lukamu sendiri dengan air matamu!"     

Mengagumi kehebatannya.     

Monna sontak menepuk tangannya satu kali. Lalu memetik jari.     

"Jadi , ini sebabnya juga. Kenapa Alliesia tidak bisa menjadi penyembuhku? Karena aku bisa menyembuhkan diriku sendiri! Dan kemampuanku berada di atasnya?"     

Belhart menghela napas.     

"Ya. Tapi kemampuan itu bisa muncul ketika kau sudah melepaskan kesucianmu dan melahirkan Emilyan!"     

Penuturan tambahan Belhart membuka takbir rahasia baru.     

Sama-sama terkejut dan merasa hal itu aneh.     

"Demi apapun, ini sulit dipercaya!" ungkap Belhart.     

"Apalagi denganku yang mengalaminya sendiri!"     

Suara tangisan Emilyan memecah konsentrasi mereka.     

"Hoek..!! hoek..!!"     

Merasa lapar dan ingin meminta minuman. Monna langsung berjalan mendekat ke arah keranjang bayi. Mengendong Emilyan dan berusaha menenangkannya.     

"Tenang, Sayang. Jangan panik karena mendadak perutmu terasa perih atau melilit. Ibu sudah datang dan akan menyusuimu!"     

Belhart menggeleng tidak percaya ketika melihat Monna begitu telaten menghibur dan menyusui Emilyan.     

"Cara menghiburmu aneh!" runtuk Belhart spontan.     

Dan menambahkan perhatian lain.     

"Lalu, aku tidak percaya kalau nafsu makan Emilyan sebesar ini. Baru sekitar setengah jam yang lalu kau menyusuinya. Sekarang, dia meminta lagi?"     

Menganggap hal itu wajar bagi seorang bayi yang baru bertumbuh. Monna bersikap biasa.     

"Semua wajar, Belhart. Dan tidak perlu merasa heran,"     

Belhart hanya menarik garis bibirnya ke atas.     

"Lalu, kapan waktunya bagi kita hanya berdua?" tanyanya penuh harap.     

Sudah menghabiskan banyak waktu selama beberapa bulan ini untuk mengurus seorang bayi dan tidak punya kesempatan walau hanya beberapa jam untuk berduaan.     

Monna dengan tegas mengatakan bahwa dia akan memberikan perhatian penuh pda Emilyan. Akan mengurusnya sendiri dan tidak memberikan kepercayaan penuh pada pengurus bayi yang sudah mereka pekerjakan.     

Sebagian besar urusan mengurus Emilyan adalah pekerjaan Monna.     

Takut dan cemas jika Monna mungkin kelelahan.     

Dengan ide konyol. Monna mendadak ingin menambah lagi daftar pekerjaan amal yang ingin dia kerjakan?     

Memanfaatkan kemampuan hebat dan unik yang dia miliki untuk membantu orang-orang.     

Belhart tiba-tiba berucap.     

"Aku menentang keras keputusanmu untuk menolong orang lain!"     

Melipat tangannya di depan dada. Lalu bersandar di salah satu dinding kamarnya. Sambil mengawasi Monna menyusui putri kecil mereka.     

Belhart menambahkan.     

"Aku tidak ingin kau sampai kelelahan dan kekurangan tenaga," ucap Belhart memberikan alasan.     

Monna melirik Belhart.     

Tahu Belhart bermaksud baik dan bukan sedang ingin mengekangnya.     

"Kau harus mengerti satu hal, Belhart." Tukas Monna.     

Mendengarkan dengan seksama dan berencana akan terus menentang. Belhart menunggu asalan Monna lebih dulu.     

"Kemampuan ini diberikan kepadaku, pasti karena ada sebabnya. Bukan sekedar diberikan dan menyuruhku membiarkannya begitu saja tanpa memanfaatkannya."     

Belhart masih mengatakan keberatannya.     

"Tapi, aku sudah berjanji pada kedua orang tuamu untuk tidak membuatmu terluka atau menangis. Tidak ingin juga melihatmu harus berkorban. Aku tidak sanggup melihatnya, Monna."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.