Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 221 ( Hadiah Kecil Neil )



Chapter 221 ( Hadiah Kecil Neil )

0Argedaff mengangkat dua tangannya ke atas.     

"Oke. Aku minta maaf. Dan aku tidak bermaksud!"     

Memutuskan untuk mengaku salah dan kalah.     

Monna melihat Alliesia berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya.     

"Yang Mulia Putri!"     

Senang ketika ada yang memanggilnya seperti itu lagi.     

"Ya, Alliesia. Ada apa? Kenapa kau nampak terburu-buru dan tidak sabar?" balas Monna tidak kalah ceria.     

Alliesia ternyata sudah tidak sabaran ingin ikut mengucapkan selamat berbahagia pada Monna.     

"Saya datang untuk menguncapkan selamat. Mendoakan kebahagiaan kalian dan memberikan semangat. Sekaligus terima kasih!"     

Monna sedikit bergeming.     

"Terima kasih? Untuk apa?" tanya Monna.     

"Untuk semangat Anda mempertahankan hubungan Anda dengan Putra Mahkota. Lalu menjauhkan saja pada hubungan yang tidak mungkin dengan Putra Mahkota!"     

Argedaff yang tidak mengerti mengerutkan kening. Bingung dengan ucapan selamat yang aneh. Tapi tidak berusaha mengatakan apapun. Atau bertanya.     

Monna mengulaskan senyum.     

"Oke. Aku mengerti. Lalu?"     

Sadar Alliesia belum menyelesaikan ucapannya. Monna melihat Alliesia mengatur napasnya lebih dulu.     

Sementara Belhart merasa ucapan terima kasih Alliesia seperti sebuah sindiran yang tajam untuknya.     

"Saya juga ingin mengucapkan terima kasih karena Anda telah berani melawan takdir. Menujukkan cinta pasti akan menang dan merestui hubungan saya dengan As. Saya tidak tahu harus berapa banyak lagi saya mengucapkan terima kasih."     

Monna memberikan senyum penuh wibawa.     

"Bukan hakku untuk melarangmu berhubungan dengan Kakak, Alliesia. Semua keputusan ada pada kalian. Dan ayah ibu juga tidak akan mungkin menentang kalian. Karena mereka menyukaimu dan ingin Kakak bahagia."     

Alliesia menunjukkan senyum senang dan tenangnya.     

Monna justru menunjukkan ekspresi sedih ketika semua orang pergi. Pulang setelah acara berakhir dan masih ada satu orang yang tidak hadir di pesta perayaan mereka.     

"Aku sedih dengan keadaan ini, Belhart. Apakah benar Neil sudah pergi mengantar Putri Detriana dan tidak bisa ikut hadir di acara yang membahagiakan ini?" tanya Monna dengan sejuta kekecewaan.     

Padahal Monna sudah banyak merepotkan Neil.     

Belhart tidak segara menjawab.     

Bisa mengerti bagaimana Neil enggan melihat kebahagiaan yang membuatnya ikut senang. Tapi juga sedih dalam waktu bersamaan.     

Belhart mengelus pundak Monna untuk memberikan semangat dan penghiburan.     

"Dia akan kembali dan aku percaya," ucap Belhart.     

Berusaha memberikan keyakinan dan perkiraannya. Belhart yakin Neil bukan pria yang lemah.     

Mengangguk dan menerima keadaan. Monna tersenyum.     

"Baiklah. Aku mengerti dan tidak akan bertanya lebih banyak atau memikirkannya," janji Monna.     

Seorang pelan tiba-tiba saja membawakan sesuatu untuk Monna. Datang dengan sebuah kotak hadiah di tangannya. Dan meminta Monna untuk membukanya.     

"Hadiah ini dari Ksatria Neil, Yang Mulia! Dan dia meminta saya untuk langsung menyerahkannya pada Anda." Ucap sang abdi ketika menyerahkan kota merah itu.     

Bergeming dan menatap Belhart. Monna lantas bertanya padanya.     

"Dia sudah menyediakan sesuatu untuk kita?" tanya Monna terkejut.     

Mengoreksi dan mungkin pertanyaan Monna adalah salah.     

"Aku rasa itu hadiah khusus untukmu, Catty. Dan bukan untukku juga." Balas Belhart.     

Sama-sama terlihat tertarik dan ingin tahu.     

Monna bergerak maju untuk mengambil kotak pemberian Neil dan membukanya.     

Sepasang anting-anting cantik dan manis.     

Selera Neil sangat baik dan tidak buruk.     

Sepucuk surat tersemat di bawahnya.     

[ "Teruntuk Putri yang pasti paling bahagia saat ini." ]     

Melirik Belhart sejenak kemudian lanjut membaca.     

[ "Ketika surat ini sampai pada Putri. Mungkin saja sudah dalam setengah perjalanan menuju Amodimeda. Tidak bisa mengucapkan salam perpisahan dengan benar. Dan mungkin membuat Anda kecewa. Saya minta maaf karena tidak bisa hadir di pesta membahagiakan Anda." ]     

[ "Lalu anggap sepasang anting ini sebagai pengganti saya. Hadiah kecil yang memang mungkin tidak seberapa. Tapi saya harap bisa membuat perasaan Anda jauh lebih baik. Sekaligus merasakan kehadiran saya di sana." ]     

Air mata haru Monna berlinang.     

Tidak mengira akan menjadi terlalu sensitif hanya karena kata-kata sederhana Neil.     

"Dia hadir di sini, Bel. Aku salah," ucap Monna pada akhirnya.     

"Aku tahu," balas Belhart tenang. Sengaja tidak ikut membaca surat Neil dan membiarkan tulisan itu menjadi rahasia mereka berdua.     

"Aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku secara langsung," ungkap Monna jujur.     

"Tapi sangat disayangkan kesempatan itu entah kapan bisa aku wujudkan."     

Monna lalu memeluk Belhart. Menyembunyikan haru dan rasa bersalahnya karena telah membuat hati seseorang terluka.     

Belhart menghibur. Mengelus lembut kepala Monna.     

"Tenanglah, Sayang. Ini bukan salahmu. Dan kau tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Dia pergi karena ingin mencari udara segar dan mungkin mencari penggantimu. Kita lihat kabar gembira darinya nanti ketika dia kembali."     

Monna mengangguk setuju.     

***     

Istana Marienatta kembali heboh karena kepulangan Monna. Semua nampak senang dan menyambut kedatangan Nyonya lama mereka dengan tangan terbuka.     

Kepala pelayan istana Lulu, menunjukkan haru dan kegembiraannya.     

"Saya senang Anda kembali, Nyonya."     

"Begitu juga dengan saya!"     

Sengaja berbarisd an keluar dari tempat aktivitasnya bekerja setiap hari. Gugoloft Margenie, sang kepala dapur sekaligus juru masak. Menyambut kedatangan Monna dengan penuh keceriaan.     

Semua senang dan bahagia ketika melihat Putri Mahkota mereka kembali.     

Sempat dirundung kesepian karena Nyonya mereka yang ceria dan terkadang mengkhawatirkan tidak ada. Hari ini malah akan menjadi sejarah.     

"Selamat, Yang Mulia!"     

"Kami senang Anda kembali dan seharusnya sudah sejak dulu!"     

Ucapan selamat dan rasa syukur membanjir.     

Belhart yang mengawasi, terlihat ikut senang. Karena semua orang ternyata menyukai Monna dan mencintainya.     

Tidak terkejut dan heran karena sikap Monna selama ini sangat baik dan perhatian.     

Terkadang sering membuat kejadian-kejadian tidak biasa dan mencemaskan. Namun istana menjadi sangat ceria berkat kehadirannya. Kenakalannya dan keberaniannya.     

Tidak ada ketegangan. Dan seluruh pekerja juga bekerja dengan hati sangat senang.     

Lomus Dominic menunjukkan kesombongannya.     

"Lihat! Betapa mereka sangat peduli padamu. Dan menunggu kepulanganmu!" ucapnya sembari mengelus janggutnya yang semakin panjang dari waktu ke waktu.     

"Mungkin tidak henti-hentinya berdoa dan menyebutkan namamu dalam tidur mereka."     

Berlebihan memang. Namun imajinasi Lomus Dominic memang sedang liar dan mengarang bebas.     

Monna memprotesnya.     

"Yang Mulia! Itu terlalu berlebihan dan jangan bicara omong kosong yang tidak masuk akal!" runtuk Monna.     

Namun tatapan berkaca-kaca dan serius yang membenarkan ucapan Lomus Dominic, mampir di wajah semua orang.     

Membuat Monna sulit berkutik dan merasa aneh sendiri.     

"Kalian sudah menungguku dengan tidak sabaran?" tanya Monna pada akhirnya.     

Semua orang kompak mengangguk dan menautkan jari-jari mereka di depan seperti sedang berdoa. Dan harapan mereka langsung terpenuhi.     

"Itu benar, Yang Mulia! Kami senang ada Anda dan kami senang melayani Anda!"     

Menggelengkan kepala tidak percaya dan menyentuh keningnya.     

Monna berpikir dengan sangat keras.     

Sejak kapan kebahagiaan ini berlangsung?     

Mengapa Monna tidak menyadarinya selama ini?     

Dan kenapa dia terus terpuruk pada bayang-bayang masa lalu yang hanya bisa menyesatkannya?     

Membuat perhatiannya pada sekeliling berkurang dan tindakannya jelas adalah salah.     

Monna menyesalinya hari ini.     

Memeluk erat semua pekerja dan mengabaikan tata krama apapun yang perlu dia pertahankan di dalam istana.     

Tidak ada yang melarang dan tidak ada yang mengajukan keberatan.     

Karena kebaikan Putri Mahkota berhasil tersalurkan pada semua orang dan menyebar kemana-mana.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.