Pembalasan Gadis Peliharaan

Peri Kecil Bermuka Dua



Peri Kecil Bermuka Dua

0Seolah tersihir, Wen Xiangyang menyentuh wajah pria di depannya itu. Wajah Mu Lingqian yang tajam dan maskulin membuatnya perlahan mendekat dan berinisiatif untuk menciumnya. Kedua kakinya tidak menginjak tanah lagi saat ini dan seluruh tubuhnya telah berada di pelukan Mu Lingqian. Posisi ini membuat perbedaan tinggi antara keduanya tidak lagi menjadi masalah dan bahkan juga lebih memudahkan Wen Xiangyang untuk mencium bibir Mu Lingqian yang tipis.     

Wen Xiangyang menutup matanya dan berciuman dengan sangat serius. Tatapan mata Mu Lingqian menjadi sangat dalam dan rasa sakit dari lukanya yang terbuka membuatnya tidak bisa berdiri untuk waktu yang lama. Tetapi, peri kecil ini menunjukkan paras yang sangat memikat dan berinisiatif untuk merayunya. Mu Lingqian memandangi mata Wen Xiangyang yang sedikit tertutup, lalu dengan ragu mencium bibirnya yang merah seperti ceri.     

Mu Lingqian mencium balik dengan sedikit mengurangi memadatkan dominasi dan kekuatan bawaannya sehingga beberapa ciuman di antaranya hanyalah ciuman lembut. Keduanya sudah saling mencintai hingga lupa akan luka dan rasa sakit. Akhirnya, Wen Xiangyang membuka matanya karena mencium bau darah. Setelah itu, barulah ia menyadari bahwa Mu Lingqian masih menderita luka tembak dan kondisinya masih cukup lemah.     

Apa yang aku lakukan? Aku malah merayunya saat ini! Wen Xiangyang merutuk dalam hati, lalu buru-buru melepaskan diri hingga memaksa Mu Lingqian membuka matanya yang memerah.     

"Tuan Mu, maafkan aku. Aku…" gumam Wen Xiangyang terbata-bata dengan wajah yang memerah karena malu.     

"Naiklah sendiri," kata Mu Lingqian. Suaranya yang serak dan sunyi menjadi satu-satunya yang terdengar di ruang rawat inap.     

Mu Lingqian berbaring di tempat tidur hanya dengan berbalut mantel medis. Namun, mantel itu kini terbuka di tubuhnya sehingga sama saja seperti ia tidak memakainya. Cahaya bulan menerpa sosok Mu Lingqian yang sempurna dengan otot perut eight pack yang sempurna. Wen Xiangyang tidak berani melihat Mu Lingqian lagi.     

"Tuan Mu, lukamu…"     

"Jika kau tidak ingin aku terluka lagi, naik saja sendiri," kata Mu Lingqian lagi. Suara yang sedikit serak dan rendah itu seperti racun yang membingungkan. Saat ia melihat Wen Xiangyang masih belum menuruti perkataannya, ia sedikit menyipitkan matanya dan bertanya, "Atau, kau ingin aku turun lagi?"     

Wen Xiangyang mengangkat kepalanya lagi saat mendengar itu, namun matanya sedikit cemas sambil berpikir, Tapi, lukanya… Wen Xiangyang benar-benar gugup sampai tidak bisa menelan ludahnya dan tatapannya tertuju ke mata Mu Lingqian. Ada kesan bercanda di tatapan mata Mu Lingqian. Lain di mulut, lain di hati.     

"Naik atau tidak?" Mu Lingqian berbicara lagi sambil berpura-pura hendak duduk.     

Begitu Wen Xiangyang melihatnya, ia takut luka Mu Lingqian akan memburuk karena gerakannya. Ia pun melepaskan rasa malunya, menggertakkan gigi, dan naik ke atas tempat tidur. Karena luka Mu Lingqian ada di bagian perutnya, Wen Xiangyang mengendalikan dirinya untuk tidak menyentuh lukanya. Ia menatap Mu lingqian dengan cemas dan mau tidak mau, akhirnya ia hanya bisa menuruti perkataan Mu Lingqian.     

Mata Mu Lingqian yang dalam memerhatikan inisiatif Wen Xiangyang hingga tatapannya menjadi sedikit menakutkan. Rangsangan yang kuat membuat Mu Lingqian merasa berada di ambang batas dan dapat meledak kapan saja. Namun, ia tetap mengendalikan tubuhnya dan mencoba menahannya. Sebenarnya ini adalah satu dari sedikit kesempatan bagi Mu Lingqian untuk melihat Wen Xiangyang yang sangat jarang patuh dan berinisiatif. Peri ini...     

"Xiangyang, jangan duduk diam saja…"     

Suara Mu Lingqian tidak lagi terdengar dingin seperti dahulu, tetapi lebih seperti suara serak yang sedikit menyihir. Saat Wen Xiangyang mendengar Mu Lingqian yang masih memintanya untuk bergerak sendiri, ia menatap Mu Lingqian dengan galak. Jika bukan karena Mu Lingqian yang terluka akibat masalah adiknya, jika bukan karena ia tidak mengerti masalahnya hingga menendang dan memukul Mu Lingqian… Wen Xiangyang tidak akan pernah melakukan hal ini dengan Mu Lingqian di tempat seperti itu.     

Mu Lingqian melihat Wen Xiangyang yang benar-benar menatapnya. Lalu, ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara rendah, "Aku tidak akan memaksamu. Jika kau tidak bersedia, kau—"     

Sebelum Mu Lingqian selesai berbicara, ia melihat wanita kecil yang duduk di sampingnya mulai bertindak aneh. Hanya sepasang mata besar Wen Xiangyang yang masih menatapnya. Mu Lingqian pun tidak bisa menahan senyuman yang muncul di sudut bibirnya. Gadis kecil ini begitu kukuh di mulut, tetapi di dalam hati mengakui kekalahan, pikirnya.     

Mu Lingqian sengaja mendorong pinggangnya ke atas. Wen Xiangyang yang masih menatap Mu Lingqian tiba-tiba mengeluarkan air mata. Mu Lingqian! Kamu bajingan yang sangat serakah! batin Wen Xiangyang.     

Saat Mu Lingqian melihat bahwa Wen Xiangyang benar-benar akan marah, ia mengeluarkan suara rintihan tertahan yang terdengar seperti tidak sengaja menahan rasa sakit. Wen Xiangyang mendadak panik dan semakin cemas ketika mendengar suara itu. "Tuan Mu, di mana sakitnya? Jika kau menginginkannya, aku akan memikirkan cara lain untuk membantumu. Oke?" tawar Wen Xiangyang.     

"Cara lain?" ulang Mu Lingqian. Diam-diam, tatapan matanya agak menggelap.     

"Iya, cara lain," Wen Xiangyang mengangguk.     

Mu Lingqian tidak meminta cara lain. Sebagai gantinya, ia tiba-tiba berbalik badan sehingga mereka bertukar posisi. Saat Wen Xiangyang melihat luka Mu Lingqian, wanita kecil itu menangis dengan cemas. Tetapi, Mu Lingqian tiba-tiba sangat menginginkan Wen Xiangyang.     

"Hah…" Wen Xiangyang mulai gemetar.     

"Bisakah kau melakukan cara lain?" Mu Lingqian mengambil alih untuk berinisiatif dan membuat Wen Xiangyang kewalahan.     

Wen Xiangyang tidak bisa mengatakan sepatah kata pun yang berarti. Ia hanya bisa melihat perut Mu Lingqian yang berdarah lagi. Ia pun mengulurkan tangannya untuk menutupinya luka itu dan ingin meminta Mu Lingqian untuk berhenti, tetapi ia merasa tidak percaya dan hanya bisa memeluk Mu Lingqian dengan erat.     

Tepat ketika mereka berdua hendak bergairah, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu dan suara dari luar, "Kakak Qian, apakah kau sudah tidur? Aku membawakan air panas."     

Saat Wen Xiangyang mendengar suara Li Lanxi di luar pintu, tubuhnya mendadak tegang karena ketakutan. Ia segera memeluk Mu Lingqian dengan erat dan membenamkan diri dalam pelukan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.