Pembalasan Gadis Peliharaan

Nama Itu yang Dipanggilnya



Nama Itu yang Dipanggilnya

0Li Lanxi, yang berbaring di samping tempat tidur, memperhatikan gerakan di sampingnya. Ia membuka matanya dan langsung melihat bahwa Mu Lingqian ternyata sudah bangun. Begitu ia melihat Mu Lingqian yang sudah tersadar, air matanya tidak lagi terbendung dan langsung menetes. Tangisnya benar-benar seketika pecah.     

"Kak Qian, kau akhirnya sadar juga! Kau sudah koma sejak lama... Hua Yu bilang kau telah kehilangan terlalu banyak darah dan luka-lukamu semakin memburuk. Jika kau tidak sadarkan diri juga, itu artinya kau tidak akan pernah bangun lagi selamanya."     

"Aku baik-baik saja," jawab Mu Lingqian dengan suara yang sangat serak. Ia mengangkat tangannya dengan susah payah dan meletakkannya di atas kepala Li Lanxi. Namun, di saat ini, Mu Lingqian bahkan berharap bahwa orang yang sekarang berada di samping tempat tidurnya adalah Wen Xiangyang.     

Tidak, Mu Lingqian memejamkan matanya sedikit. Ia tidak ingin Wen Xiangyang tahu bahwa ia terluka, jadi lebih baik Wen Xiangyang tidak datang ke sini. Mu Lingqian terdiam beberapa saat, kemudian mengangkat matanya untuk melihat Li Lanxi dan bertanya dengan suara serak, "Di mana temanmu?"     

"Xiaoxin sudah bangun beberapa hari yang lalu, sedangkan Xiangyang… masih koma. Xiaoxin sedang menemani Xiangyang sekarang."     

Wen Xiangyang masih koma? Mu Lingqian mengerutkan kening setelah mendengar perkataan Li Lanxi. Kerutan di dahinya serta robekan di bagian perutnya membuat wajah Mu Lingqian tampak semakin buruk karena kesakitan.     

Li Lanxi tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Mu Lingqian sehingga ia masih terus berbicara, "Dokter bilang Xiangyang terkena pukulan keras di belakang kepala dan entah kapan dia akan bangun. Kalian semua koma selama setengah bulan. Aku sangat takut. Aku sangat takut kau juga akan meninggalkanku seperti orang tuaku dulu dan kau sudah tidak menginginkanku."     

Li Lanxi memikirkan kejadian yang menimpa mereka dan hal itu membuat hatinya sangat marah. "Kakak Qian, menurutmu siapa yang sebenarnya begitu kejam dan gila hingga memukul Xiangyang sampai begini? Bahkan, orang itu juga masih berani berniat membakarnya? Jika bukan karena Kak Qian yang akhirnya datang, mungkin sekarang Xiangyang sudah mati."     

Setelah mendengar pertanyaan Li Lanxi, Mu Lingqian teringat Lin Hao dan Chen Yunxi. Pandangan matanya langsung menjadi suram. Matanya sangat dalam, seperti tidak berujung. Sementara itu, Li Lanxi menundukkan kepala dan bergumam dengan sedih, "Kakak Qian, apakah menurutmu aku tidak seharusnya memiliki teman? Setiap kali aku memiliki teman, itu selalu membuatmu terluka."     

Mu Lingqian tidak menjawab, tetapi ia menyentuh kepala Li Lanxi dan bertanya dengan suaranya yang serak, "Apakah kau benci melihatku terluka untuk menyelamatkan temanmu?"     

Li Lanxi mengangguk, namun kemudian segera menggelengkan kepalanya, "Xiangyang juga tidak menginginkan hal seperti ini. Awalnya aku tidak ingin berteman lagi dengannya, tapi begitu aku melihat luka di tubuhnya… Lukanya begitu serius… Hatiku terasa sangat aneh dan aku juga ikut merasa menderita. Aku sangat menyukainya. Aku ingin terus berteman dengannya."     

Li Lanxi mengangkat kepalanya dan menatap Mu Lingqian, lalu berbicara dengan rasa bersalah, "Kak Qian, apakah kau akan menyalahkanku?"     

"Tidak mungkin aku akan menyalahkanmu."     

Mu Lingqian berharap Li Lanxi akan keluar dari bayang-bayang trauma psikologis masa lalu. Gadis ini terlihat sombong dan agresif terhadap orang lain, tetapi sebenarnya ia memiliki karakter yang begitu polos dan sangat mudah dibohongi. Jika Li Lanxi bisa berteman dengan kekasih peliharaannya, Mu Lingqian akan sangat senang melihatnya.      

Sejauh ini, Mu Lingqian hanya Qin Sha yang dapat membuat Li Lanxi menerima dan menyetujui, bahlan juga membiarkan wanita itu berada di sebelah Mu Lingqian. Karenanya, Li Lanxi memaksanya untuk berpacaran dengan Qin Sha untuk keselamatannya. Mu Lingqian berharap Wen Xiangyang akan menjadi wanita kedua yang diterima Li Lanxi.     

Di malam setelah Mu Lingqian akhirnya sadarkan diri, ia memaksa dirinya sendiri untuk bangun setelah Li Lanxi pergi untuk beristirahat. Ia mengerahkan kekuatannya yang belum pulih untuk berjalan menuju ruang rawat inap Wen Xiangyang. Benar saja, wanita kecil itu masih tertidur karena koma. Luka di wajah Wen Xiangyang sudah lebih membaik, tapi wajahnya masih terlihat buruk.     

Mu Lingqian berjalan ke tempat tidur Wen Xiangyang. Ia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Wen Xiangyang. Ia benar-benar ingin menghukum wanita kecil ini karena tidak menuruti perkataannya. Tetapi, tidak peduli seberapa kerasnya hati Mu Lingqian, ia tidak bisa menahannya saat melihat kondisi Wen Xiangyang seperti ini. Pria itu menutup matanya dan menghela napas tanpa daya.     

———     

Tiga hari kemudian, luka Mu Lingqian mulai perlahan membaik, tetapi Wen Xiangyang, yang masih terbaring di tempat tidur dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk sadarkan diri. Setelah Li Lanxi pergi, Mu Lingqian menemui Wen Xiangyang lagi di ruang rawat inapnya setiap hari pergi. Ia menemani wanita itu dan berbicara kepadanya setiap hari.     

Malam itu, Mu Lingqian datang ke ruang rawat inap Wen Xiangyang seperti beberapa hari sebelumnya. Ia hanya ingin menutupi Wen Xiangyang dengan selimut, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang meraih tangannya. Ada rasa suka cita yang mendadak merekah dalam hati Mu Lingqian.     

"Xiangyang…" Mu Lingqian memegang tangan Wen Xiangyang, menyentuh pipi Wen Xiangyang, dan matanya sedikit melembut, "Apakah kau baru saja terbangun?"     

Wen Xiangyang yang terbaring di tempat tidur perlahan meraih tangan Mu Lingqian. Ia memegang tangan Mu Lingqian dengan erat, seolah baru saja meraih sesuatu yang dapat menyelamatkan hidupnya. Wen Xiangyang seperti melihat lautan api tak berujung yang mengepungnya dari segala arah. Ketika seseorang berdiri tidak jauh darinya, ia melihat nyala api dan berteriak ketakutan.     

Wen Xiangyang tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan duduk, tetapi yang ia memanggil pria lain, "Kakak...!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.