Pembalasan Gadis Peliharaan

Tinggal Bersamanya di Pulau Tak Berpenghuni



Tinggal Bersamanya di Pulau Tak Berpenghuni

0Hati Wen Xiangyang terlonjak dan wajah cantik itu memerah. Ia mengambil napas dalam-dalam dan menundukkan kepalanya dengan gugup. Sementara itu, Mu Lingqian berdiri dan berjalan keluar. Wen Xiangyang mendengar suara langkah kaki Mu Lingqian yang pergi, lalu bangun dan mengangkat kepalanya dan hanya bisa melihat punggung Mu Lingqian yang meninggalkannya. Mengapa jadi seperti ini? Mu Lingqian tetap tidak menyentuhku? pikirnya.     

Wen Xiangyang tinggal sendirian di kabin sampai gelap dan Mu Lingqian belum kunjung kembali. Ia merasa khawatir dan saat ia pergi keluar, ia melihat bahwa Mu Lingqian masih berdiri sendirian di atas papan dan memandang laut dari kejauhan.     

"Masuk," kata Wen Xiangyang sambil berjalan ke depan Mu Lingqian dan menatapnya, "Aku barusan melihat ada bahan-bahan makanan di dalam kulkas. Aku akan membuatkan pangsit untukmu. Aku makan isiannya dan kamu makan kulitnya."     

Mu Lingqian langsung menatap Wen Xiangyang saat mendengar perkataan itu, lalu Wen Xiangyang mengangguk ke arahnya. Walaupun pangsit buatan Wen Xiangyang jelas-jelas tidak seenak ikan buatannya, Mu Lingqian jarang makan sampai semangkuk besar. Wen Xiangyang melihat Mu Lingqian duduk di sisinya seperti ini dan perlahan memakan pangsitnya. Setelah beberapa saat, ia merasakan pencapaian yang tak bisa dijelaskan.     

Mu Lingqian tampaknya tidak berniat untuk pulang. Wen Xiangyang membereskan semua yang ada di kabin. Karena hanya ada satu tempat tidur, tentu saja keduanya tidur bersama. Malam itu, Wen Xiangyang mengambil inisiatif untuk memeluk Mu Lingqian. Ia terus bergerak ke sana dan kemari agar segera terlelap karena tidak ingin menunggu Wen Xiangyang lepas kendali.     

Ketika Mu Lingqian mendengar suara napas lembut Wen Xiangyang, ia mengulurkan tangan dan mengusap rambut gadis itu. Tatapan mendalamnya jatuh pada tangan Wen Xiangyang yang terbakar.     

———     

Keesokan harinya, sinar matahari datang dari luar kapal hingga membuat seberkas bias cahaya yang menawan. Wen Xiangyang bangun dan menggosok matanya yang mengantuk, lalu pandangannya tertuju pada pemandangan di luar kapal. Langit biru dan laut biru bertemu dalam satu garis. Ternyata kapal pesiar itu sudah menepi.     

Ketika Mu Lingqian sedang berganti pakaian, ia melihat bahwa Wen Xiangyang sudah bangun dengan wajah yang masih tampak kebingungan. Mu Lingqian seketika terdiam dan ini pertama kalinya ia berbicara dengan Wen Xiangyang dengan nada bertanya, "Bisakah kau menemaniku ke suatu tempat?"     

Wen Xiangyang menemani Mu Lingqian ke sebuah pulau kecil di seberang Pulau Changning. Pulau kecil ini tidak berpenghuni dan penuh ditumbuhi rumput liar. Sepertinya belum ada yang pernah datang ke sana. Namun, jika semakin masuk ke dalam, terdapat jalur khusus yang sekilas tampak dikelola dengan hati-hati.     

Wen Xiangyang mengikuti Mu Lingqian sampai ke dalam pulau. Entah berapa lama mereka sudah berjalan, akhirnya Mu Lingqian berhenti tepat di depan batu nisan. Wen Xiangyang turut berhenti dan tatapannya jatuh pada nama di batu nisan itu.     

Sebuah batu nisan tanpa nama. Batu nisan tanpa foto dan tanpa nama. Saat ia masih melihat batu nisan itu dengan kebingungan, suara Mu Lingqian yang sedikit berat terdengar di telinganya, "Hari ini adalah hari kematian kakakku."     

Wen Xiangyang terkejut. Ternyata Mu Lingqian begitu muram akhir-akhir ini karena momentum ini. Ia pun turut teringat bahwa ia juga mempunyai adik laki-laki. Saat ia mengingat kepeduliannya terhadap adiknya dan memikirkan perasaan Mu Lingqian saat ini, ia mengulurkan tangan dan memegang tangan Mu Lingqian.     

Mu Lingqian menoleh dan menatap Wen Xiangyang yang memegang tangannya. Wen Xiangyang tidak berkata apapun dan hanya membungkuk pada batu nisan itu sambil berkata, "Halo, Kakak. Namaku Wen Xiangyang. Aku dan Mu Lingqian datang untuk melihatmu. Ini pertemuan pertama kita. Tolong jaga aku dengan baik. Kakak tenang saja. Aku akan membantu Kakak untuk menjaganya. Kakak juga jaga diri Kakak dengan baik di sana."     

Wen Xiangyang tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dan bagaimana caranya menghibur Mu Lingqian. Ia hanya bisa melakukan apa yang bisa dilakukannya. Ia membantu menyapu makam dan setelah itu, ia melihat Mu Lingqian sambil berkata, "Tunggu aku sebentar."     

Mu Lingqian melihat Wen Xiangyang yang sibuk hingga wajahnya penuh dengan keringat. Ini pertama kalinya Mu Lingqian membawa seseorang ke sini, namun ia sendiri tidak mengerti mengapa ia membawa gadis itu ke sini.     

Wen Xiangyang berlari kembali ke kapal pesiar, membuat beberapa sesajen secepat mungkin, dan membawanya untuk diletakkan di depan batu nisan. Kemudian, ia mendengar suara berat Mu Lingqian, "Kakak paling suka tahu."     

Gerakan Wen Xiangyang seketika berhenti. Apa hal ini yang membuatnya mengusirku saat dia melihatku membuat tahu? batinnya.     

"Aku akan kembali dan membuatnya sekarang," kata Wen Xiangyang sambil berbalik. Ia melangkah maju dan hendak kembali lagi, tapi Mu Lingqian menarik pergelangan tangannya. Wen Xiangyang pun menatap Mu Lingqian.     

"Tidak perlu," kata Mu Lingqian.     

Wen Xiangyang berhenti dan kembali melangkah mundur. Ia tidak tahu mengapa orang seperti Mu Lingqian memakamkan kakaknya di tempat seperti ini, bahkan tanpa batu nisan yang layak. Namun, suasana hati Mu Lingqian yang terlihat begitu tertekan membuktikan bahwa pria itu tidak ingin mengingat hal ini.     

Karena Mu Lingqian bilang tidak, Wen Xiangyang juga tidak ingin mencari masalah dan mencari tahu lebih dalam. Seperti kata pepatah, rasa ingin tahu yang berlebihan hanya akan menempatkan dirinya dalam situasi berbahaya dan pada akhirnya ia mungkin akan terbunuh oleh keingintahuannya. Bagi Wen Xiangyang, bertanya tentang sesuatu tidak ada manfaatnya sama sekali untuk dirinya.     

Wen Xiangyang tidak bertanya dan hanya menemani Mu Lingqian. Jika Mu Lingqian ingin membicarakannya dengan seseorang, pria itu tentu akan mengatakannya sendiri.     

Wen Xiangyang menemani Mu Lingqian di pulau selama dua hari. Mereka mendirikan tenda di pulau itu serta makan dan tinggal bersama. Mu Lingqian bahkan membawanya berjalan-jalan di pulau. Di hari ketiga, barulah Mu Lingqian membawanya meninggalkan pulau dan naik ke kapal pesiar. Waktu Wen Xiangyang untuk menyewa Mu Lingqian akan berakhir pagi ini.     

Sudah tiga hari Wen Xiangyang tidak melihat ponselnya. Begitu mereka kembali ke kapal pesiar, ia mencari ponselnya di sekitar dan akhirnya menemukan ponselnya yang sudah lama mati. Ia segera mencari pengisi daya dan begitu ponselnya menyala, ia menemukan 80 panggilan tak terjawab dan 80% panggilan itu dari Yan Junyi.     

Sejak awal, Yan Junyi tidak pernah meneleponnya begitu sering. Apakah ada sesuatu yang terjadi? pikir Wen Xiangyang dengan khawatir. Tiba-tiba, ponselnya berdering lagi dan layar ponselnya menunjukkan nama kontak 'Kak Junyi'.     

Saat Wen Xiangyang hendak menjawab telepon, Mu Lingqian berjalan dari luar. Ia sangat takut sehingga tanpa sadar langsung mematikan panggilan masuk itu. Namun, setelah terputus, ponselnya berdering lagi. Mu Lingqian tertarik dengan nada dering itu. Matanya tertuju pada ponsel Wen Xiangyang dan ia bertanya dengan santai, "Siapa yang menelepon?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.