Waktu Bersamamu

Omong Kosong, yang Aku Pukul adalah Selingkuhan



Omong Kosong, yang Aku Pukul adalah Selingkuhan

0"Kamu… Kamu siapa? Lepaskan aku!"     

Pergelangan tangan Wan Weiwei dicengkram oleh wanita bertopi itu. Dia ingin mendorong wanita itu, tapi kekuatannya tidak sebanding dengannya. Dirinya sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari belenggu wanita tersebut.     

Wan Weiwei yang selama ini selalu pintar dalam menganalisa situasi, segera berkata, "Aku… Aku Wan Weiwei, aku adalah artis papan atas Wan Weiwei! Tadi yang bersamaku adalah Tuan Muda Lu! Walaupun kamu tidak mengenalku, tapi kamu pasti mengenal Keluarga Lu, kan? Sebaiknya kamu jangan menyentuhku, kalau tidak, hati-hati…"     

Belum selesai Wan Weiwei bicara, tiba-tiba semua kata-katanya tersangkut di tenggorokan saat wanita itu menarik syalnya turun dan membuka topinya. Melihat wajah Su Qing di hadapannya, wajah dia seperti melihat hantu.      

"Xiao… Xiao Qing… Kamu, kapan kamu kembali?" Wan Weiwei bertanya dengan terbata-bata.     

Su Qing memaksakan diri mengangkat sudut bibirnya, dia tersenyum tipis. Namun, dia tidak tahu jika senyumannya ini terlihat lebih buruk daripada saat dirinya menangis. Dulu, ibu kandung Su Qing meninggal karena selingkuhan ayahnya, sehingga sejak kecil dia tidak mendapatkan kasih sayang dan besar secara mandiri. Walaupun dia adalah putri Keluarga Su, tapi tidak jarang mengikuti program magang studi-kerja dari sekolah, kemudian dia juga bergabung di dalam klub taekwondo. Tapi bisa dibilang kalau dalam berkelahi, sepuluh orang Wan Weiwei juga bukanlah lawan dari Su Qing.     

"Huh, kapan aku kembali itu tidak penting tapi. Sekarang yang penting adalah, begitu aku pulang aku langsung bertemu dengan kalian pasangan pezina!" Selesai bicara, Su Qing meremas pergelangan tangan kanan Wan Weiwei dengan sekuat tenaga.     

Wan Weiwei kesakitan dan menjerit terisak minta ampun. Dia berkata, "Bu, bukan… Xiao Qing kamu salah paham. Xinluo dan Hao sudah bercerai, jadi aku dan Hao sekarang sedang lajang, kamu bukan pezi..."     

"Pezina atau tidak, bukan kamu yang menentukan!" Su Qing memotong pembicaraan Wan Weiwei, sementara matanya terlihat suram menatap perut wanita itu yang masih terlihat rata.     

"Kamu… Apa yang akan kamu lakukan…" Wan Weiwei yang ketakutan mundur selangkah dan melindungi perutnya dengan tangan kiri.     

"Aku tidak ingin melakukan apa pun." Su Qing mendorong Wan Weiwei ke samping dan menekan tombol darurat di dalam lift.     

Lift yang sedang turun, seketika berhenti di tengah-tengah.     

Gawat! Dalam benak Wan Weiwei sekarang hanya tersisa satu pikiran saja. Dia menyesal, sangat sangat menyesal. Jika sejak awal dia tahu akan bertemu Su Qing saat membuka kamar hotel, bagaimanapun dia tidak akan berani merayu Lu Qinghao untuk datang kemari.     

Beberapa hari ini, Lu Qinghao sering bertemu dengan pasangan kencan buta yang dicarikan Gong Xuemei untuknya. Jika bukan karena ini, Wan Weiwei juga tidak akan mengambil resiko bercinta di hotel dengan pria itu saat usia kandungannya belum mencapai tiga bulan. Walaupun dia takut pria itu direbut orang lain, tapi dia lebih takut kalau terjadi sesuatu pada kandungannya. Jika tidak ada anak ini, Keluarga Lu, Gong Xuemei dan Lu Zhihe, mereka pasti tidak akan menerima dirinya.     

"Xiao Qing, aku mohon padamu, aku mohon padamu… Kamu boleh melakukan apa pun, tapi tolong jangan…"     

Plak!     

Su Qing menampar wajah Wan Weiwei. Seketika terlihat bekas lima jari berwarna merah di wajah polos aktris satu itu.     

"Kamu…" Wan Weiwei tidak percaya jika dirinya ditampar dan terbelalak menatap Su Qing. "Beraninya kamu memukulku!"     

Su Qing tidak banyak berbasa-basi lagi, dia menampar satu sisi pipi Wan Weiwei sekali lagi.     

"Arrghh… Xiao Qing, kamu tidak boleh…"     

Plak! Satu tamparan lagi.     

"Su Qing, hentikan…"     

Plak! Plak!     

"Su Qing, aku akan membalasmu…"     

Plak! Plak! Plak!     

"..." Sampai akhirnya, sikap arogan Wan Weiwei sudah benar-benar dipadamkan oleh Su Qing.     

Di dalam lift itu, Su Qing menatap Wan Weiwei dengan dingin. Wan Weiwei yang tidak berkutik, selain menangis dan memohon ampun, dia hanya bisa membiarkan sahabatnya itu menamparnya terus-terusan.     

Tolong… Hao, cepat datanglah, jerit Wan Weiwei dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.