Waktu Bersamamu

Selembar Foto Lama



Selembar Foto Lama

0Tang Xinluo melihat pesan yang dikirim Sutradara Zhang Pingsheng itu berkali-kali sambil menekan-nekan matanya tidak percaya. Yue Ze, benar-benar adalah… Yue Ze? Yeu Ze yang paling tampan dan berwibawa sedunia itu?! Pria nomor satu di dunia hiburan, aktor pertama di Tiongkok yang mendapat penghargaan di tingkat A di dalam dan di luar negeri?! Batinnya.     

Tang Xinluo merasa hatinya berdebar. Yue Ze adalah idola pria pertama yang paling terkenal selama lima tahun ini. Bahkan dia sendiri, juga sangat mengaguminya. Dia tidak bisa menahan diri untuk memegangi wajahnya yang terasa hangat. Gawat, apa sebenarnya yang aku pikirkan! Batinnya lagi.     

***     

Tang Xinluo akhirnya kembali ke Blue Bay Villa. Saat baru sampai rumah, Bibi Zhang menyambutnya dan membantunya untuk membawa tas.     

"Nyonya Muda, apakah Anda lelah? Aih… Anda terlihat sangat letih. Kalau menurut saya, Nyonya Muda kan sedang mengandung, seharusnya Anda istirahat di rumah saja. Tuan Muda juga bukan tidak mampu membiayai Anda, jadi untuk apa Anda bekerja di luar dalam kondisi mengandung seperti ini?"     

Setelah masuk ke dalam rumah, Tang Xinluo duduk dan melepaskan sepatunya. Dia hanya tersenyum datar untuk menanggapi ucapan itu. Dia mengetahui bahwa Bibi Zhang memperhatikannya, tapi dia bukanlah 'Nyonya mMda Lu' yang sesungguhnya. Dia ini adalah 'Nyonya Muda Lu' dengan batas waktu, jadi mana bisa dia diam saja di rumah dan tidak memedulikan apa pun. Apalagi kini dia sudah berhutang terlalu banyak dengan Lu Yuchen. Kalau bukan terpaksa, dia tidak ingin berhutang apa pun lagi padanya.     

"Nyonya Muda, jangan salahkan kalau saya cerewet, tapi sebaiknya Anda segera membereskan pekerjaan Anda dalam beberapa waktu ini. Tuan Muda sudah pergi ke negara M untuk dinas, saat dia kembali nanti jangan berkeliaran di luar lagi. Lebih baik Anda berada di sisi Tuan Muda saja," ucap Bibi Zhang. Di negara M, terdapat siluman rubah, yakni Gu Xuan'er. Ketika dia menerima telepon dari Lu Yuchen yang mengabarkan jika pria itu akan pergi ke negara tersebut, hatinya menjadi resah. Tapi di depan Tang Xinluo, dia juga tidak berani mengungkit tentang wanita itu.     

"Lu Yuchen pergi ke negara M untuk dinas?" Tang Xinluo tercengang karena Lu Yuchen ke luar negeri dan dia tidak mengetahuinya sama sekali.     

"Iya. Tuan Muda berkata kalau ponselmu terus sibuk, sehingga dia menelepon ke rumah ini untuk memberitahumu."     

Tang Xinluo dari tadi terus menelepon serta berkomunikasi dengan Sutradara Zhang dan orang lainnya menggunakan Wechat. Jadi, dia sama sekali tidak melihat pesan masuk. Begitu membuka pesan masuk, dia baru melihat banyak pemberitahuan panggilan dari providernya.     

"Aku akan menelepon dia dulu." Seketika Tang Xinluo ingin menghubungi Lu Yuchen.     

"Tuan Muda sekarang masih di pesawat. Nyonya Muda, Anda baru pulang, jadi makanlah terlebih dulu. Kalau Tuan Muda sudah sampai, dia akan menghubungimu."     

Mendengar hal itu, Tang Xinluo mengangguk setuju. Sudahlah, lebih baik menunggu Lu Yuchen sampai saja, pikirnya.     

***     

Sebuah pesawat pribadi sedang terbang stabil di udara. Di dalamnya, Lu Yuchen tengah duduk bersandar di kursi yang terbuat dari kulit asli. Dia yang seharusnya sedang beristirahat saat ini, malah tidak ingin tidur sama sekali. Dia terus bangun karena tidak terbiasa jika tak ada wanita mungil itu di pelukannya. Namun, dia yang tidak bisa tidur mungkin juga disebabkan oleh hal lain.     

Saat ini, Lu Yuchen setengah berbaring di kursinya, sementara tangannya mengeluarkan ponsel. Dia menyentuh layar ponsel tersebut untuk membuka album di dalamnya. Setelah itu, dia memasukkan password album dan selembar foto lama muncul di layar ponselnya. Sebuah foto beberapa anak kecil yang tengah mengambil gambar bersama. Anak-anak di dalamnya terlihat memiliki usia yang berbeda-beda. Dari satu tahun sampai 12 tahun, semuanya berkumpul menjadi satu.     

Di ujung kiri bawah foto itu, terdapat seorang anak berusia tujuh atau delapan tahun sedang tersenyum ke arah kamera dengan tatapan malu-malu. Kerah baju anak itu terbuka, sehingga memperlihatkan kalung di dadanya. Itu adalah sebuah kalung kristal kuning yang sangat langka.     

Lu Yuchen menatap kalung tersebut. Ingatan masa kecilnya sudah memudar. Namun, ingatan tentang malaikat kecil yang mengenakan kalung tersebut selamanya tidak akan memudar. Jarinya pun meraba wajah anak perempuan tersebut. Lalu, dia mengerutkan keningnya saat menatap foto itu.     

Gu Xuan'er… Bagaimana aku harus menghadapinya? Gumam Lu Yuchen dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.