Waktu Bersamamu

Aku Ingat, Aku Didorong Oleh Orang



Aku Ingat, Aku Didorong Oleh Orang

0Lu Yuchen pergi meninggalkan kamar itu dan akhirnya Tang Xinluo memiliki ruang untuk menenangkan pikirannya. Dia baru saja sadar dan pikirannya kacau, bahkan dia nyaris lupa kejadian sebelum dirinya pingsan. Ketika hampir mengingatnya, ciuman Lu Yuchen yang datang tiba-tiba membuatnya lupa lagi.      

Sekarang Tang Xinluo sudah benar-benar sadar, sementara Lu Yuchen kebetulan juga kembali ke dalam kamarnya. Kali ini, suaminya itu membawa bubur dari kediaman besar Keluarga Lu.     

"Lu Yuchen, aku ingat kejadian sebelum aku pingsan. Ada orang yang mendorongku, dia adalah bi…" Nyaris saja Tang Xinluo menyebutkannya, namun dia berhasil menahan mulutnya. Masalah ini berkaitan dengan mertuanya, Zhuo Yarong, jadi dia ragu untuk mengatakan kebenarannya.     

Lu Yuchen mengulurkan tangan untuk mengelus wajah kecil Tang Xinluo dan menghiburnya dengan lembut, "Aku tahu siapa yang melakukannya. Kamu tenang saja, aku akan mengurus masalah ini, aku tidak akan membiarkanmu ditindas begitu saja."     

"Kamu benar-benar akan mengurusnya?" tanya Tang Xinluo. Bukannya dia tidak memercayainya, hanya saja yang berkaitan dengan masalah ini semua adalah keluarganya. Walaupun dia didorong oleh Song Xiulan, tapi sekarang tubuhnya sudah tidak apa-apa. Apa Lu Yuchen benar-benar akan mempersulit bibi dan ibu kandungnya sendiri hanya untuk istri kontraknya? Pikirnya.     

"Kenapa? Kamu tidak memercayai aku?" Lu Yuchen menatapnya dalam hingga terasa sedikit dingin.     

Tan Xinluo otomatis menggelengkan kepala, dia tentu tidak berani berkata kalau dirinya tidak memercayai Lu Yuchen di depan orangnya sendiri.     

Namun, Lu Yuchen tidak marah, dia malah tertawa. Awalnya dia sedikit marah, tapi setelah melihat wajah kecil wanita tersebut hatinya melunak. Sudahlah, wanita kecil ini masih dalam pemulihan, lebih baik tidak menindasnya, batinnya.     

Mereka pun akhirnya tidak melanjutkan topik ini. Lu Yuchen mengeluarkan termos makanan dan menuangkan bubur yang dibawanya ke dalam mangkuk kecil. "Kamu lapar tidak?"     

Semenjak Lu Yuchen membuka tutup termos tersebut, mata Tang Xinluo sudah terus tertuju pada tangan suaminya itu. Melihatnya membawa mangkuk kecil mendekat, dia dengan semangat berusaha duduk. Namun, begitu bergerak sedikit, tubuh bagian bawahnya lemas hingga akhirnya dia kembali berbaring.     

"Bodoh, jangan terburu-buru." Lu Yuchen meletakkan mangkuk itu di meja, lalu berjalan mendekati Tang Xinluo dan membantunya duduk. Dia menaikkan bagian atas ranjang pasien agar istrinya bisa duduk, meletakkan bantal di pinggang sebagai ganjalan, kemudian mengambil mangkuk bubur itu lagi.     

Kali ini, Tang Xinluo mengulurkan tangan untuk menerima mangkuk itu. Tapi Lu Yuchen tidak memberikannya. Dia duduk di pinggir ranjang dan menyendok bubur tersebut dan meniupnya dengan hati-hati, lalu berkata padanya, "Ayo, buka mulutmu."     

Wajah Tang Xinluo memerah, dia tak menyangka kalau Lu Yuchen akan menyuapinya. Melihat sendok yang mengarah ke bibirnya, dia hanya bisa membuka mulutnya, tapi bola matanya melihat ke kanan dan ke kiri tidak berani melihat wajah pria itu dengan teliti. Hatinya pun berdebar. Dia tiba-tiba sadar kalau sepertinya dirinya tidak waspada, maka hatinya dapat tergerak.     

Tang Xinluo pun akhirnya memakan bubur yang disuapkan oleh Lu Yuchen. Bubur tersebut lebih enak dari bubur-bubur yang pernah dia makan. Bubur itu pun habis dimakan olehnya. Lu Yuchen menatapnya makan suapan terakhir, tampak sisa bubur yang menempel pada bibir merah muda istrinya itu. Tiba-tiba, dia merasa hatinya gatal dan tidak bisa menahannya.     

"Enak?" tanyanya dengan suara serak.     

"Ehmm," jawab Tang Xinluo sambil menganggukkan kepala. Dia tidak mendengar arti dalam suara serak itu, jadi dia hanya menjawabnya dengan datar.     

Sedetik kemudian, Lu Yuchen sudah menunduk dan mencium bibir yang menawan itu. Dia menciumnya dengan lembut, tidak berani terlalu kuat karena takut lepas kendali lagi. Saat dia sudah mendapatkan ciuman itu, dia memanggil orang untuk membereskan peralatan makan dan berkata, "Sepertinya memang lebih enak dari biasanya."     

Tang Xinluo saat itu sedang memakan buah. Dan nyaris tersedak mendengar perkataan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.