Waktu Bersamamu

Saat Lu Yuchen Mengkonsumsi Obat Itu (1)



Saat Lu Yuchen Mengkonsumsi Obat Itu (1)

3"Wow, Lu Yuchen… Priamu itu?" Kedua mata Saidi seketika berbinar. "Alice, aku tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya. Jarang bisa mendapatkan kesempatan seperti ini, bagaimana kalau kamu membawaku untuk bertemu dengannya?"     

"Saidi, dengan hubunganku saat ini dengannya, sama sekali tidak mungkin membawamu untuk menemuinya. Selain itu, kamu tidak dengar tadi aku bilang apa? Dia tidak sendirian, ada wanita yang bersamanya." Raut wajah Yue Xinluo terlihat menjadi kesepian dan sedih.     

Lu Yuchen masuk bersama seorang wanita, mereka terlihat… sangat dekat. Dalam ingatanku, Lu Yuchen selalu bersikap sangat dingin kepada wanita lain, selain aku. Bahkan, dia juga tidak bersikap berbeda kepada Qiao Yinyin yang tumbuh besar bersama dengannya… Tapi, wanita yang tadi masuk ke dalam sana bersama dengannya bukanlah Qiao Yinyin. Walaupun aku tidak melihat wajah wanita itu, tapi melihat bayangan punggungnya, aku tahu dia pasti adalah wanita yang masih muda. Sekarang, aku tahu kenapa hari ini Lu Yuchen pulang kerja lebih awal. Ternyata karena dia mau berkencan dengan wanita itu di sini… Pikir Yue Xinluo.     

Yue Xinluo tiba-tiba merasa sangat sedih dan dadanya terasa berat. Selama beberapa hari ini, aku terus menghipnotis diriku dengan mengatakan kalau aku akan menebus kesalahanku kepada Lu Yuchen secara perlahan dan dia pasti akan menerima permintaan maafku. Tapi, aku sama sekali tidak pernah berpikir kalau ternyata semua itu hanyalah apa yang ada di dalam pikiranku saja… Lu Yuchen yang dulu akan pulang lebih cepat untuk diriku, saat ini sudah berubah, dia pulang lebih cepat untuk wanita lain… Gumamnya dalam hati.     

Sorot mata Yue Xinluo semakin lama menjadi semakin redup. Sejak aku bertemu lagi dengan Lu Yuchen, aku sudah berusaha untuk meneguhkan hatiku. Tapi saat ini, semuanya dihancurkan oleh kenyataan yang kejam ini… Tidak heran Lu Yuchen berpura-pura tidak mengenalku, bagaimana aku bisa lupa… Aku sudah mati dan aku hanyalah wanita yang sudah tidak ada di dunia ini lagi. Sedangkan dia adalah duda yang sangat diinginkan oleh banyak wanita… Mungkin, ini adalah waktuku untuk menyerah… Batinnya.     

"Alice, ada apa dengan raut wajahmu itu? Kamu mau berkompromi dengan wanita itu?" kata Saidi. Saat melihat raut wajah putus asa dan tatapan kosong Yue Xinluo itu, dia langsung merasa tidak senang. Alice yang aku kenal adalah wanita yang pintar, cantik, percaya diri, dan tenang. Dia tidak pernah menunjukkan wajah putus asa seperti ini. Walaupun seorang pria, selama dia menyukainya, maka dia harus mengejarnya, itu baru adalah Alice yang aku kenal, batinnya.     

"Saidi, kamu tidak mengerti. Aku… aku bukan berkompromi, tapi aku tidak memiliki hak untuk melakukan apa pun." Yue Xinluo tidak ingin sahabatnya itu khawatir. Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. Namun, dia tidak menyadari bahwa senyumannya saat ini membuatnya terlihat lebih buruk daripada saat dia menangis.     

Saidi yang melihat itu langsung marah. Dia memukul meja dan bangkit berdiri. Dia lalu berkata, "Hm! Aku tidak percaya di dunia ini ada wanita yang lebih baik daripada dirimu!"     

"Saidi, kamu mau melakukan apa?!" Saat Yue Xinluo melihat Saidi bangkit berdiri, dia seketika merasa bahwa keadaan akan memburuk.     

Dan benar saja, satu detik kemudian, Yue Xinluo mendengar Saidi berkata, "Aku mau pergi melihat wanita yang disukai oleh pria itu. Seberapa hebat dia memangnya, sekaligus untuk melihat apa pria itu sudah buta!"     

Alice adalah wanita yang cantik dengan kulit putih, dan kaki yang panjang, bahkan dia juga sudah melahirkan tiga anak untuk pria itu. Dia tidak menginginkan istri seperti ini, tapi malah kencan dengan wanita lain! Pikir Saidi.     

Sebagai orang luar asing, Saidi sangat terbuka dalam hal perasaan. Dia selalu mendukung Yue Xinluo mengejar pria yang disukai olehnya. Namun, walaupun Saidi mendukung sikap optimis Yue Xinluo dan berusaha mencari kesempatan di dalam hidupnya itu, bukan berarti dia bisa melihat pria itu menindasnya.     

Setelah Saidi selesai mengatakan hal itu, dia langsung berlari keluar, sedangkan Yue Xinluo tidak sempat menahannya dan hanya bisa melihatnya pergi keluar begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.