Waktu Bersamamu

Menolaknya, Lalu Dalam Sekejap Menyesal



Menolaknya, Lalu Dalam Sekejap Menyesal

0Lu Yuchen membalas dengan singkat dan jelas, 'Tidak bisa'.     

Saat Yue Xinluo melihat dua kata di layar ponselnya, dia memang tidak merasa kecewa. Namun, dia juga tidak merasa senang. Dia tentu saja mengetahui bahwa Lu Yuchen tidak akan mungkin langsung menyetujui permintaannya, namun penolakan langsung seperti ini benar-benar membuatnya merasa seperti kepalanya dibasahi oleh air dingin. Setelah bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk melakukan hal ini, keberanianku malah dipadamkan begini, gumamnya dalam hati.     

Yue Xinluo memeluk bantal dan menghibur dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa yang terpenting Lu Yuchen tidak bersikap cuek dan masih menghiraukan dirinya, itu adalah hal yang baik. Dia melamun melihat layar ponselnya, dia tidak tahu apa dirinya harus meneruskan pembicaraan ini atau tidak. Apa aku harus mengirimkan pesan singkat yang lebih berani dan terus terang lagi? Tapi… Aku takut hal ini akan membuat penolakan Lu Yuchen kepadaku menjadi semakin kuat. Lalu, apa aku harus mengirim pesan singkat yang lebih serius? Tapi apa yang harus aku tulis? Pikirnya.     

Saat ini, Yue Xinluo berusaha berpikir keras sambil memeluk bantalnya. Akhirnya, aku bisa mengobrol dengannya… Kalau aku menggunakan topik pembicaraan yang terlalu biasa, maka dia bisa merasa bosan… Tapi, kalau bicara terlalu keterlaluan, nanti dia bisa marah… Pikirnya lagi.     

Yue Xinluo sama sekali tidak sadar bahwa dirinya sama seperti gadis remaja yang sedang melalui cinta pertamanya. Dia terus melihat ponselnya untuk waktu yang lama. Padahal dia sangat menyukai Lu Yuchen, tapi dia hanya bisa saling bertukar pesan singkat untuk mencari tahu apa isi pikiran pria itu.     

Di sisi lain…      

Setelah Lu Yuchen mengirim pesan singkat yang hanya berisi dua kata, entah kenapa dia merasa kecewa dan kosong. Dia merasa menyesal karena sudah menolak Yue Xinluo seperti itu Dia tersenyum dingin dan mengolok dirinya sendiri. Aku menyesal? Hm! Tidak mungkin, pikirnya.     

Lu Yuchen mengesampingkan perasaannya dan meletakkan ponselnya ke samping, kemudian meneruskan pekerjaannya.     

Setelah beberapa saat berlalu, ponsel Lu Yuchen terus tenang dan tidak berbunyi ataupun menyala lagi. Sorot matanya terlihat dingin dan perlahan dia terlihat kecewa. Dia mengerutkan alisnya dan sorot matanya menjadi muram hingga bola matanya yang hitam itu terlihat seolah semakin pekat. Apa penolakanku tadi yang sangat terus terang itu melukai harga dirinya? Atau karena penolakanku membuatnya kehilangan keinginan untuk 'bermain' denganku? Batinnya.     

Saat sedang memikirkan itu, tiba-tiba Lu Yuchen memicingkan matanya yang berbentuk seperti phoenix itu. Namun, apa pun alasannya, dia hanya tahu, saat ini dia merasa sangat tidak senang. Setelah merasa ragu-ragu selama dua detik, akhirnya dia mengambil ponselnya, kemudian kembali mengirimkan pesan singkat kepada Yue Xinluo.     

Di dalam hotel, Yue Xinluo yang sedang memikirkan apa dia harus mengirim pesan singkat lagi atau tidak, tiba-tiba mendengar suara dari ponselnya. Dia langsung bangkit duduk dan dengan antusias membuka pesan singkat itu. Itu pesan singkat dari Lu Yuchen, hanya berisi tiga kata sederhana tanpa tanda baca apa pun lagi.     

'Ganti yang lain', tulis Lu Yuchen dalam pesannya.     

Namun, otak Yue Xinluo berputar dengan sangat cepat dan dalam sekejap dia dapat menangkap maksud dari pesan singkat Lu Yuchen itu. Maksud Lu Yuchen, dia mau aku meminta ganti rugi dengan cara lain, kan? Iya, pasti itu maksudnya, batinnya.     

Yue Xinluo berpikir sejenak. Aku tidak boleh bersikap terlalu berterus terang lagi seperti sebelumnya, jadi aku akan mengirim pesan singkat dengan cara yang berbeda, batinnya lagi.     

Yue Xinluo berpikir cukup lama. Dia merasa sebaiknya dia melakukan semua ini secara perlahan dan tidak terburu-buru. Lalu, akhirnya dia mengirim pesan, 'Aku baru saja kembali dari luar negeri, jadi tidak punya pekerjaan dan aku memerlukan uang… Apa Tuan Chen memiliki pekerjaan yang sesuai untukku? (Emotikon jari telunjuk tangan kanan dan kiri bersentuhan)'     

Setelah Yue Xinluo mengirim pesan singkat itu, dia langsung memeluk bantalnya lagi dan menunggu balasan dari Lu Yuchen dengan perasaan tidak tenang. Walaupun raut wajahnya terlihat penuh percaya diri dan kuat, tapi sebenarnya itu semua adalah kamuflase yang dilakukannya untuk menutupi dirinya yang sebenarnya. Setiap menghadapi Lu Yuchen, perasaannya menjadi tidak tenang dan rasa bersalah meluap di dalam dirinya. Namun, dia terus mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa Lu Yuchen masih mencintainya dan masih memiliki perasaan kepadanya. Oleh karena itu, dia bisa memiliki keberanian dan membuang rasa malunya untuk mendekatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.