Waktu Bersamamu

Kamu adalah Milikku



Kamu adalah Milikku

0"Baiklah, baiklah… Karena hari ini kamu sudah mengatakan hal yang manis, maka aku akan menggunakan ini," tutur Yue Xinluo. Perasaannya saat ini sedang baik. Aku merasa Lu Yuchen yang sekarang jauh pintar bicara daripada Lu Yuchen yang dulu. Dia bisa memujiku dengan suara yang begitu tulus, dia sama sekali tidak terlihat sengaja mengatakan itu hanya untuk membuatku merasa senang, batinnya.     

"Hm, anak baik…" Lu Yuchen mengusap rambut Yue Xinluo dengan lembut, lalu mencium bibirnya. Baguslah dia penurut, dengan begitu aku bisa membungkus tubuhnya dan tidak akan membiarkan siapa pun untuk melihat tubuhnya, batinnya.     

"Duduklah dengan baik, aku akan membantumu menggunakan pakaianmu," tutur Lu Yuchen.     

Aku sudah tahu, dia masih memiliki 'penyakit' yang suka membantuku menggunakan pakaian, pikir Yue Xinluo.     

Yue Xinluo tidak memberontak dan membiarkan Lu Yuchen untuk membantunya menggunakan pakaian. Kemeja putih lengan panjang itu sesuai dengan dugaannya, membuatnya merasa tua dan terlalu tertutup. Lu Yuchen mengaitkan kancing kemeja itu hingga kancing paling atas, lalu membiarkan rambutnya terurai sehingga bisa menutupi bekas gigitan dan ciuman di lehernya secara sempurna.      

Untuk hal ini, Yue Xinluo merasa tidak keberatan. Dia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Lu Yuchen melakukan ini bukan untuk menutup kulit di lehernya, namun karena pria itu tidak ingin ada orang yang melihat lehernya. Setelah itu, dia menggunakan celana panjang berwarna hitam. Celana itu longgar dan tidak menunjukkan bentuk pinggang ataupun pinggulnya. Di matanya, dia menggunakan pakaian yang terlihat terlalu tertutup. Namun walaupun begitu, ketika dia melihat sorot mata Lu Yuchen saat ini, dia tidak berani untuk membantah.     

"Ada apa?" tanya Yue Xinluo sambil memegang kancing kemejanya yang paling atas. Tadi Lu Yuchen yang mengaitkannya secara langsung untuknya.     

"Tidak apa-apa…" Lu Yuchen baru mendapatkan akal sehatnya lagi sesaat kemudian. Saat membantu Yue Xinluo menggunakan pakaian, dia merasa kecantikannya kembali memikat dirinya. Barusan, dia hanya memiliki dua pemikiran di dalam kepalanya, yaitu entah dia melemparkan Yue Xinluo ke atas ranjang lagi lalu merobek pakaiannya dan kembali melakukan hal itu untuk membuatnya menangis, memohon, dan merintih atau dia akan mengurungnya agar tidak ada orang lain yang bisa melihat kecantikannya.     

"Kamu sudah lapar? Mau makan apa?" tanya Lu Yuchen sambil membantu Yue Xinluo merapikan pakaian dan rambutnya secara langsung. Dia membungkukkan tubuhnya dan menyentuh wajah wanita itu. Kemudian, dia memberikan ciuman yang hangat ke pipinya. Setelah bibirnya yang dingin menyentuh pipi wanita itu, dia dengan cepat berhenti menciumnya. Pasalnya, dia takut dirinya tidak akan bisa mengendalikan dirinya jika menciumnya terlalu lama.     

"Aku ingin makan dimsum di Xilong," jawab Yue Xinluo. Restoran Xilong adalah restoran masakan Kanton yang sangat terkenal di Kota A. Dia sangat menyukai makan dimsum di sana. Lu Yuchen dulu pernah menemaniku makan di sana beberapa kali dan dia juga merasa makanan di sana tidak buruk, batinnya.     

"Hm, kalau begitu kita pergi ke sana…" ucap Lu Yuchen. Dia tidak memiliki tempat makan khusus yang sangat dia sukai. Selama makanan itu tidak memiliki aroma atau rasa yang aneh, maka dia tidak masalah.     

Lu Yuchen menggandeng tangan Yue Xinluo dan mereka berjalan keluar. Mereka berjalan keluar dari kantor direktur hingga ke lift dengan tangan yang terus bergandengan.     

"Yuchen, saat di luar kita jangan bergandengan tangannya ya, bagaimana kalau kita bersikap tidak mencolok saja?" Yue Xinluo selalu merasa ada yang janggal, namun dia sama sekali tidak mengerti apa yang membuatnya merasa begitu. Yang jelas dia merasa ada yang janggal.     

"Tidak perlu, kamu adalah milikku," kata Lu Yuchen. Sorot matanya terlihat muram, dia lalu menggenggam tangan kecil Yue Xinluo dengan lebih erat. Sebuah sifat posesif yang kuat terlihat dari sorot matanya yang dingin.     

"Hm… Baiklah, yang penting kamu senang." Yue Xinluo perlahan menyandarkan kepalanya ke pundak Lu Yuchen dan membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya.     

"Hm…" Lu Yuchen memeluk Yue Xinluo lalu mencium atas kepalanya.     

Mereka bukan hanya tidak berusaha untuk tidak tampak mencolok, namun gerakan mereka bahkan menjadi jauh lebih dekat dari sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.