Waktu Bersamamu

Hamil



Hamil

0Di kamar tidur lantai paling atas, Lu Yuchen baru saja selesai melakukan hal itu dengan Yue Xinluo. Dia kemudian menggendong wanita yang sudah setengah sadar itu ke kamar mandi, lalu dengan hati-hati memandikannya. Dia membersihkan sekaligus menyentuh tubuh indah Yue Xinluo yang kini penuh dengan bekas ciuman dan gigitannya dengan lembut. Setelah itu, dia menggendongnya kembali ke ranjang, lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut tipis. Dia pun berbaring di samping Yue Xinluo. Dia menyangga pipinya dan terus melihat wajah wanita yang dicintainya itu.     

Yue Xinluo yang sedang tidur itu memejamkan kedua matanya, namun keindahannya tetap saja terlihat. Yue Xinluo terlihat begitu cantik dan begitu tenang. Bahkan Lu Yuchen yang merupakan pria seperti itu, seketika memiliki sebuah perasaan tenang, perasaan yang sangat jarang dia rasakan itu. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk mengusap pipi wanita itu dengan tangannya yang besar. Dia dapat merasakan kulit yang lembut seperti putih telur rebus. Sorot matanya tiba-tiba berubah menjadi sedikit muram. Setelah aku melihat Dudu, aku baru tersadar kalau Luoluo mungkin adalah anak perempuan yang dulu memberikanku harapan ketika aku pertama kali muncul di tubuh ini. Dia membuatku tahu kalau di dunia ini bukan hanya dipenuhi oleh sebuah keputusasaan, tapi cahaya juga masih ada di dunia ini, batinnya.     

Lu Yuchen ingin tahu apakah Yue Xinluo benar-benar adalah anak perempuan itu atau bukan. Hanya saja, setiap dia hendak menanyakan hal itu, dia selalu berhenti. Malam di mana Lu Yuchen kecil diculik, kepribadian yang melihat Yue Xinluo sepanjang malam bukanlah hanya dirinya, si 'Kepribadian Kedua', namun juga 'Kepribadian Pertama'. Dia tiba-tiba memicingkan matanya, perasaan marah membuat kedua matanya menjadi merah dan terlihat berbahaya. Perasaan cemburu itu membuat matanya yang berwarna hitam itu, seolah terlihat merah. Karena ada ingatan yang tidak dimilikinya, dia tidak tahu apa yang terjadi malam itu antara Yue Xinluo dan 'Kepribadian Pertama'. Sebuah situasi yang tidak bisa dikendalikan itu membuatnya merasa cemburu dan takut. Seberapa kuat dan mendominasi sikap 'Kepribadian Kedua' itu, maka sebesar itu pula perasaan gelisahnya. Semakin dia menunjukkan sikap arogannya, sebenarnya dia merasa semakin rendah diri. Tentu saja perasaan gelisah dan rendah dirinya itu hanya dia rasakan untuk orang-orang tertentu. Hanya orang yang dia pedulikan yang bisa menyakitinya.     

Saat Lu Yuchen sedang berpikir untuk membangunakn Yue Xinluo dan berpura-pura bahwa dia mendapatkan ingatannya kembali untuk mencari informasi apa yang terjadi malam itu, terdengar suara ketukan pintu yang sangat panik.     

"Tuan Muda Lu, Tuan Muda Han dan Komandan Shen tiba-tiba datang, sekarang mereka sudah ada di luar vila," tutur Lu Qi. Dia adalah orang yang sudah lama ikut dengan Lu Yuchen. Jika itu Lu Jiu, maka saat ini dia tidak akan berani datang dan mengetuk pintu.     

Lu Yuchen seketika langsung mengerutkan alisnya. Tuan Muda Han…? Han Cangyan, bagus sekali. Aku belum melakukan apa pun untuk mencarinya, dia malah sudah datang ke sini dengan sendirinya, pikirnya.     

Lu Yuchen melirik pada Yue Xinluo yang belum bangun, dia lalu mencium matanya yang sedikit bengkak dan merah karena menangis. Setelah itu, dia bagkit berdiri, menggunakan pakaiannya, lalu baru berjalan keluar dari kamar.     

"Suruh Meng Ze naik dan menjaga kamar ini, dia lelah jadi jangan biarkan siapa pun masuk atau mengganggunya," ujar Lu Yuchen. Aku sudah melakukan itu dengannya satu hari satu malam, mungkin saat ini di dalam perutnya sudah ada bayi yang tumbuh, gumamnya dalam hati.     

Saat Lu Yuchen turun ke bawah, Han Cangyan dan Shen Yi sudah ada di ruang tamu. Di dalam ruang tamu itu, mereka berdua duduk di sebuah sofa. Sedangkan Lu Qilin sebagai tuan rumah, duduk di sisi lain yang berlawanan dengan mereka. Zheng dan Yue Tiantian juga berada di sana, mereka duduk di sofa yang paling jauh. Saat melihat Lu Yuchen datang, Yue Tiantian langsung bangkit berdiri. Tubuhnya yang kecil dan berisi itu berlari ke ke arah Lu Yuchen dan langsung memeluk kaki panjangnya.     

"Paman Lu, akhirnya paman datang, Dudu takut…" Mata Yue Tiantian terlihat merah, dia menggigit bibirnya yang berwarna merah muda dan raut wajahnya terlihat sedikit pucat, dapat terlihat bahwa dia merasa takut.     

Lu Yuchen mengerutkan alisnya, lalu membungkukkan tubuhnya dan menggendong Yue Tiantian. Kemudian dia melihat ke arah Han Cangyan yang berwajah dingin dengan sorot mata muram. Setelah itu, tatapannya beralih ke arah Shen Yi yang terlihat khawatir. Dia kemudian dengan suara pelan menenangkan Yue Tiantian, "Jangan takut, sekarang katakan kepada Paman Lu, apa yang terjadi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.