Waktu Bersamamu

Cukup Dengan Satu Nyonya Lu



Cukup Dengan Satu Nyonya Lu

0Di sofa yang paling jauh dengan pintu, tampak dua orang pria dan wanita dengan pakaian tidak lengkap sedang berpelukan. Sejak pintu ruangan istirahat itu dibuka, suara desahan Lin Shiman yang keras memenuhi ruangan. Seperti yang dibayangkan, suara wanita itu terdengar sangat bergairah.     

Melihat dari arah pintu, Lin Shiman sedang ditindih oleh seorang pria di atas sofa. Kemejanya yang tidak rapi membuat orang tidak tahan melihatnya. Sedangkan punggung telanjang kemerahan pria itu terpampang nyata. Terutama pinggang belakangnya, terlihat jelas ada sebuah tanda lahir merah sebesar telapak tangan di sana.     

"Ckck, Tuan Lu benar-benar ganas. Hanya saja, aku tidak menyangka kalau di punggung Tuan Lu ada tanda lahir sebesar itu," kata seseorang.     

Ketika pintu didorong keras, Tang Xinluo langsung memejamkan mata tanpa sadar. Adegan pria dan wanita yang tumpang tindih melintas di benaknya, dia tiba-tiba merasa tidak berani untuk terus berada di sana. Aku ingin lari... Tapi… Tanda lahir? Sejak kapan di punggung Lu Yuchen ada tanda lahir?! Batinnya.     

Kemudian, Tang Xinluo pun membuka matanya. Dia ingin melihat dengan jelas keadaan di dalam ruang istirahat tersebut. Namun, tiba-tiba sebuah telapak tangan menutup kedua matanya. Ada orang yang memeluknya dari belakang, dagunya menekan kepalanya, sementara lengannya merangkul bahunya dari belakang dengan erat untuk masuk ke dalam pelukannya. Punggungnya pun otomatis menempel ke perut dan dada pria tersebut. Saat ini, aroma pria yang familiar menyerbak masuk ke dalam hidungnya.     

"Tidak boleh melihat pria lain..."      

Suara pria itu terdengar di telinga Tang Xinluo, serak dan rendah seperti memiliki magnet di dalamnya.     

Sementara itu, tatapan semua orang terpaku pada adegan panas di dalam ruang istirahat. Jadi, tidak ada satu pun di antara mereka yang menyadari kapan Lu Yuchen muncul.     

"Tu… Tuan Lu…"     

"Kenapa Tuan Lu di sini?"     

Terdengar tarikan napas dalam semua orang. Orang-orang yang tadinya menertawakan kejadian ini, sekarang terlihat kebingungan.     

Tang Xinluo sendiri tercengang. Dia nyaris tidak percaya aroma yang diciumnya benar-benar adalah aroma pria itu. Beberapa saat kemudian, dia baru terdasar. Sejak tadi, dirinya terus menahan air matanya, lalu pada saat pria di belakangnya muncul, air mata itu akhirnya tak terbendung lagi.     

"Bodoh, jangan menangis," kata Lu Yuchen sambil memeluk Tang Xinluo dari belakang dan mencium kepalanya dengan lembut. "Wanita murahan itu, mana bisa naik ke ranjangku. Aku, Lu Yuchen, sudah cukup dengan satu Nyonya Lu saja."     

Ucapan cinta Lu Yuchen yang lembut seperti sumber air paling hangat yang mengalir ke dalam hati Tang Xinluo dan menyembuhkan hatinya yang berlubang sedikit demi sedikit. Dia tidak pernah merasa seperti ini. Air matanya masih tidak berhenti mengalir, jika bukan karena di sana masih ada orang lain, dia mungkin sudah menangis dengan keras. Semenjak ibunya meninggal, tidak pernah ada orang yang memperhatikannya dengan begitu lembut. Kini, dia terisak dan berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.     

Lu Yuchen tidak ingin membuat Tang Xinluo semakin merasa tertindas. Dia pun berusaha menghiburnya dengan lembut. Dia mencium telinga, leher dan rambut panjangnya. Lalu, dia membenamkannya dengan hati-hati di dalam pelukannya.      

Orang lain tentu tidak pernah melihat Lu Yuchen yang bersikap selembut ini. Tidak, lebih tepatnya mereka memang belum pernah bertemu dengan Tuan Lu. Tapi meskipun belum pernah bertemu, tapi mereka sudah sering mendengar kekejaman dan sifat dingin dari Tuan Lu. Hanya saja, pria di hadapan mereka ini sama sekali tidak menunjukkan sifat dingin. Semua orang pun akhirnya terpaku melihat Tang Xinluo dan Lu Yuchen. Bahkan adegan panas di ruang istirahat itu tidak menarik lagi bagi mereka. Mendapatkan kesempatan melihat Tuan Lu yang dingin dan tanpa perasaan memanjakan seorang wanita, adalah sebuah hal yang sangat jarang terjadi.     

Tapi saat itu, hanya satu orang di sana yang tidak tertarik dengan ini semua. Sepasang matanya terbelalak tidak percaya melihat pria di sofa. Walaupun dia diperhatikan oleh orang di sekelilingnya, pria itu...     

Tanda lahir di pinggang belakang… Tanda lahir itu…     

Semakin dilihat… Semakin mirip tanda lahir di punggung Su Zheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.