Waktu Bersamamu

Tidak Boleh Berteman dengan Pria Lain



Tidak Boleh Berteman dengan Pria Lain

0Wajah Lu Yuchen terlihat semakin suram dan otomatis mendekap Tang Xinluo semakin erat. Lalu, dengan wajah dinginnya, dia memberi isyarat pada kakak beradik Qiao untuk pergi.     

"Hari ini aku tak punya waktu, kalian pergi dulu saja."     

"Kak Yuchen, kita baru saja bertemu, kenapa kamu…" ujar Qiao Yinyin.     

Lu Yuchen mengangkat wajahnya, lalu menunjukkan matanya yang penuh kegelapan dan peringatan kepada Qiao Yinyin. Hal itu membuatnya ketakutan sampai memilih untuk menelan kembali kata-katanya yang belum selesai.     

"Kalau begitu… Aku dan kakak pergi dulu, lain hari saja kita bertemu," tutur Qiao Yinyin. Dia pun keluar dari ruangan itu walaupun tidak rela. Sesekali dia menoleh ke belakang karena berharap Lu Yuchen menahannya pergi.     

Sementara Qiao Mohan tetap santai. Dia berdiri dan mengangkat bahunya santai, lalu berkata, "Ipar, aku pergi dulu ya. Jika ada waktu, kita ngobrol lagi."     

Tang Xinluo ingin berpamitan pada Qiao Mohan, tapi tangan Lu Yuchen malah menekan kepalanya terus ke arah dadanya. Pria itu seolah tidak ingin membiarkan dia bangun dari pelukannya. Sampai akhirnya kakak beradik itu keluar, barulah dia melepaskan tangannya.     

"Lain kali, kamu tidak boleh berhubungan dengan Qiao Mohan." Setelah mereka berdua pergi, Lu Yuchen berkata pada Tang Xinluo.     

Tang Xinluo yang merasa aneh bertanya, "Bukankah dia temanmu?" Keduanya kan berteman baik, dia tidak mengerti kenapa Lu Yuchen tidak mengizinkannya berteman dengan Qiao Mohan.     

"Tidak boleh, ya tidak boleh, apa kamu mempertanyakan keputusanku?" Suara serak Lu Yuchen mengandung peringatan.     

Mendengar hal itu, Tang Xinluo merasa kesal, namun dia tidak berani mengungkapkannya. Jadi, dia pun terpaksa menyetujui permintaan Lu Yuchen.     

"Aku mau ke toilet, turunkan aku dulu," pinta Tang Xinluo. Sebenarnya dia merasa tidak puas, tapi tidak berani mengatakannya.     

Tatapan dalam Lu Yuchen jatuh pada wajah Tang Xinluo, seolah sedang mengamatinya. "Pergilah," ucapnya yang akhirnya melepaskan tangannya.     

Tang Xinluo dengan cepat turun dari pangkuan Lu Yuchen dan pergi ke toilet. Ternyata, pergi ke toilet dengan mengenakan gaun bukanlah hal yang mudah. Beruntung toilet hotel kelas atas cukup mewah dan sangat luas, di sampingnya juga ada ruangan untuk membetulkan riasan. Dia duduk sebentar di ruangan itu, sampai perasaannya kembali tenang, baru akhirnya dia keluar.     

Baru keluar dari toilet, begitu berbalik badan, Tang Xinluo bertemu dengan Nyonya Su, Deng Meizhen.      

"Xinluo, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Apa kamu masih ingat dengan bibi? Kita pernah bertemu waktu kamu masih sekolah." Deng Meizhen baru saja membetulkan riasan, kebetulan sekali dia bertemu dengan Tang Xinluo.     

Tang Xinluo mundur selangkah, lalu menjawab, "Ingat."     

"Aih, bertahun-tahun tidak bertemu, kamu sudah berubah. Ckckck benar-benar cantik, tadi aku dan Paman Su hampir tidak berani mengenalimu." Entah Deng Meizhen mencari topik dari mana, tapi jelas-jelas mereka tidak dekat, bahkan hubungan keduanya sedikit tegang. Tapi semenjak kebetulan ini, dia terus menariknya dan mengajaknya berbincang.     

Tang Xinluo sebenarnya sangat tidak menyukai Keluarga Su, tapi Su Zheng adalah ayah dari sahabatnya, Su Qing. Walaupun dia tidak menyukai Keluarga Su, tapi karena Deng Meizhen terus mendekatkan diri, dia terpaksa menjawab dengan senyuman. Apa lagi wanita itu terus mengajaknya berbincang mengenai Su Qing yang sedang melanjutkan pendidikan di luar negeri.     

Sudah setahun Su Qing ke luar negri, semenjak itu dia belum pernah kembali. Sepertinya dia sangat sibuk di sana. Selain mengirimkan email sesekali, dia nyaris tidak memiliki waktu, bahkan untuk menelepon.     

Tang Xinluo menahan diri dan menemani Deng Meizhen, tapi semakin lama hatinya semakin tak tenang. Entah kenapa, hatinya berdebar semakin kencang seperti nyaris keluar dari dadanya.     

"Bibi, ada teman yang menungguku, aku pergi dulu," pamit Tang Xinluo. Hatinya yang tidak tenang membuatnya tidak mau tinggal berlama-lama lagi.     

"Aih… Xinluo, jangan terburu-buru. Sulit sekali kita bertemu, ayo duduk lagi!"     

Tang Xinluo tidak merasa kalau sebuah ruang rias di sebelah toilet ini adalah tempat yang bagus untuk mengobrol. Dia tidak mau tinggal lebih lama, jadi tanpa memedulikan Deng Meizhen, dia mengangkat gaunnya dan berjalan ke ruang istirahat. Jantungnya berdebar keras, perasaan tidak tenang itu membuatnya ingin segera kembali ke sisi Lu Yuchen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.