Waktu Bersamamu

Mendengar Rencana Jahat



Mendengar Rencana Jahat

0Beberapa nyonya yang mendengar sanjungan Tang Xinluo tentu saja sangat senang. Ditambah dengan statusnya sebagai Nyonya Muda Lu, mereka semakin menjadi-jadi dan terus memujinya di depan Zhuo Yarong.     

Sampai akhirnya Zhuo Yarong tidak tahan untuk pergi dulu dengan alasan sakit kepala. Tang Xinluo pun memapahnya untuk beristirahat sebentar di ruang istirahat. Pesta kalangan atas pasti akan menyiapkan kamar untuk beristirahat untuk para tamunya.     

Tang Xinluo dan salah satu nyonya menemaninya naik ke ruang istirahat di lantai dua. Zhuo Yarong pun setengah berbaring di kursi. Melihat menantunya itu, kepalanya semakin sakit. Tiba-tiba, terdengar suara musik dansa. Sebenarnya, dia sudah menghitung waktu, kalau berhasil, sekarang Song Jiani sedang berdansa bersama Lu Yuchen.     

Begitu membayangkannya, Zhou Yarong berkata pada Tang Xinluo, "Tak perlu menemaniku di sini, aku akan berbincang sebentar dengan Nyonya Li, kamu pergilah menikmati pesta di bawah."     

"Baiklah, aku pergi dulu kalau begitu." Tang Xinluo segera berdiri dan berkata pada Nyonya Li, "Nyonya Li, kalau ibuku masih tidak enak badan, tolong suruh orang untuk memanggilku. Aku akan berada di bawah di daerah sekitar tangga. Terima kasih banyak." Setelah selesai berbicara dia segera meninggalkan kamar itu.     

Tak disangka Tang Xinluo masih memerhatikannya. Melihat kepergiannya, Zhuo Yarong tiba-tiba merasakan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Dia merasa menantunya ini, sepertinya tidak seburuk yang dipikirkan olehnya.     

***     

Tang Xinluo keluar dari sana dan berdiri di koridor lantai dua sambil melihat ke lantai dansa di bawah. Di sana sudah ada beberapa pasangan yang mulai berdansa. Dia pun mencari-cari, tapi tidak menemukan Lu Yuchen, begitu juga dengan Song Jiani. Apa Lu Yuchen belum datang? Pikirnya.     

Setelah berpikir, Tang Xinluo memutuskan untuk menunggu di bawah. Tangga berada di dekat jalan masuk, jadi kalau Lu Yuchen datang, mungkin dia bisa menemuinya sebelum Song Jiani. Walaupun tadi dia tenang-tenang saja karena berpikir bahwa Song Jiani tidak akan bisa menggaet suaminya. Tapi setelah sampai di sini, entah kenapa dia selalu merasa tidak tenang. Mungkin juga karena musik di lantai dansa terlalu kencang, jantungnya ikut berdebar dengan kencang pula.     

Tang Xinluo kemudian berjalan menyusuri ke arah tangga dan bersiap turun tangga. Namun, tiba-tiba dari ruang istirahat yang paling dekat dengan tangga itu terdengar percakapan dua wanita. Suara itu tidak kecil, tapi karena ada musik di luar, membuatnya terdengar samar-samar. Penglihatannya selama ini memang tidak baik dan hal itu membuatnya memiliki pendengaran yang lebih baik dari orang lain. Dia mengenalinya, suara tersebut adalah milik Song Xiulan dan wanita yang mengincar Lu Yuchen, Song Jiani. Dia pun kemudian mendekati ruangan itu pelan-pelan.     

"Bibi, kenapa kamu membuatku melakukan hal seperti ini?! Apa kamu tidak melihat? Kak Yuchen tadi melihatku dengan wajah dinginnya, bahkan tidak memedulikan aku dan langsung pergi. Aku… bagaimana aku mau memberinya obat?!"     

Tak disangka baru saja mendekat, Tang Xinluo sudah mendengar percakapan yang menggemparkan itu. Tapi Lu Yuchen sudah datang? Kenapa aku tidak melihatnya? Gumamnya dalam hati.     

"Jiani, jangan khawatir, injeksi ini tidak berwarna dan berbau. Aku mengeluarkan biaya mahal untuk mendapatkannya. Kamu nanti diam-diam masukkan obat di suntikan itu ke dalam gelas bir, lalu berikan gelas itu kepada Lu Yuchen. Bilang saja kamu bersalah dan ingin menebusnya. Tenang saja, Lu Yuchen sudah kenal denganmu dari kecil, dia tidak mungkin marah padamu," tutur Song Xiulan.     

"Tapi, apa kamu tidak melihat kalau Kak Yuchen sudah menikah? Wanita itu… Dia berwajah jelek, tidak pantas dengan Kak Yuchen."     

Tang Xinluo awalnya merasa Song Jiani tidak jahat dan mengira hanya Song Xiulan yang terlalu menyebalkan, sampai membawa orang lain berbuat jahat. Namun, sekarang setelah mendengar kata-kata ini, kesannya terhadap wanita itu berkurang banyak.     

Sial, wajahku memang sedikit dewasa, kalau tidak mana mungkin ibu mendandaniku dengan dandanan tua. Tapi wajahku ini mana bisa dibilang jelek? Apa aku harus menjadi seperti Song Jiani, yang terlihat polos kekanakan, baru bisa dianggap bermartabat?! Pikirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.