Waktu Bersamamu

Kamu Perlu Olahraga



Kamu Perlu Olahraga

0Sebenarnya Tang Xinluo sudah lapar sekali. Mie yang awalnya dia kira tidak akan bisa menghabiskannya, ternyata dengan cepat dimakannya sampai habis ke dalam perutnya.     

"Fiuuh, kenyang sekali..." Tang Xinluo meletakkan sumpitnya dan mengusap mulutnya dengan puas. Walaupun perutnya sudah kenyang, tapi begitu dia teringat kalau yang dimakannya sebenarnya bahan-bahan makanan yang dibelinya untuk Yue Ze, hatinya langsung merasa resah. Tadi sebelum naik ke atas, dia sudah mengirimkan pesan diam-diam pada Yue Ze untuk memberitahunya bahwa hari ini dia tidak bisa ke sana. Semoga setelah menerimanya, pria itu tidak marah.     

Saat Tang Xinluo berpikir, tiba-tiba Lu Yuchen meletakkan sumpitnya. Dia mendengar suara datar pria itu berkata, "Kalau sudah kenyang, naiklah ke atas, kamu perlu berolahraga sehabis makan."     

"Berolahraga… Setelah makan?" Tangan Tang Xinluo gemetar. Dia sangat ingin bertanya apa yang dimaksud Lu Yuchen dengan 'olahraga setelah makan' adalah olahraga seperti yang ada di dalam pikirannya atau bukan. Tapi pertanyaan itu menyangkut di bibirnya dan tidak terungkap.      

Belum sempat Tang Xinluo membuka mulut, Lu Yuchen sudah berdiri dan berjalan ke sampingnya. Dia membungkuk dan menggendongnya lagi. Di ruang makan itu masih ada Bibi Zhang dan dua orang pelayan lainnya, seketika wajah Tang Xinluo yang baru saja kembali normal berubah menjadi merah kembali.     

"Turunkan aku… Aku bisa jalan sendiri." Tang Xinluo berkata lirih pada Lu Yuchen.     

Namun, Lu Yuchen menunduk untuk memandang wajah mungil wanita yang terlihat resah itu. Sudut bibirnya terangkat dan memperlihatkan senyuman yang sangat datar, lalu dia berkata, "Kamu ingin naik dengan kaki telanjang?"     

Begitu mendengar perkataan Lu Yuchen, Tang Xinluo baru ingat. Tadi dia digendong oleh suaminya saat turun, jadi sama sekali tidak memakai alas kaki. Sekarang sedang musim dingin, walaupun ada penghangat di dalam rumah, tapi tetap saja tidak enak jika berjalan dengan telanjang kaki di atas lantai. Wajahnya merah, bibirnya sedikit terbuka dan akhirnya dia memilih untuk diam.     

Melihat Tang Xinluo terdiam, sorot dingin di wajah Lu Yuchen terlihat sedikit berkurang. Dia menggendong wanita mungil itu dan membawanya naik ke atas.     

Begitu melihat sikap dua orang itu, Bibi Zhang sudah mengetahui bahwa Lu Yuchen akan melakukan hal yang luar biasa. Aiyoo, hanya beberapa hari lagi kandungan Nyonya Muda sudah genap tiga bulan, Tuan Muda kenapa tidak bisa menahannya? Batinnya.     

Bibi Zhang merasa cemas, tapi tidak berani menghalangi Lu Yuchen. Dia hanya bisa menatapnya yang menggendong Tang Xinluo ke lantai atas.     

***     

Tang Xinluo digendong Lu Yuchen kembali ke kamar. Kali ini, lebih baik dari yang dibayangkannya. Paling tidak, pria itu tidak menekannya di balik pintu dan menciumnya begitu mereka masuk ke kamar. Lu Yuchen hanya meletakkannya di atas ranjang, sementara dirinya berdiri di sisi ranjang.     

Tang Xinluo baru saja menghela napas lega, tapi sedetik kemudian, dia tercengang. Lu Yuchen tak disangka mulai melepaskan pakaiannya. Pria itu mulai melepas jas yang dipakainya, kemudian perlahan melepas kancing kemejanya. Kemeja putihnya yang setengah terbuka memperlihatkan otot-otot dada dan perutnya. Kemudian, tangannya sampai ke ikat pinggangnya. Setelah ikat pinggangnya dilepaskan, celana kainnya juga ikut terlepas dan menunjukkan kedua kakinya.     

Tang Xinluo hanya melihat sampai di sini dan tidak berani terus melihat lagi. Seluruh wajahnya termasuk telinganya kini juga menjadi merah. Bahkan tangan yang menutupi mukanya juga memerah. Dia takut jika dirinya melihat bagian yang tidak seharusnya dilihat. Walaupun bagian tersebut, dia sudah pernah menyentuhnya dengan intim, tapi Lu Yuchen saat itu, sangat berbeda dengan pria yang sekarang mengeluarkan aura dingin di depannya ini. Dia bersedia membantunya saat pria itu menginginkannya, tapi kondisi seperti saat ini malah membuatnya merasa takut.     

Baru saja menutup mata, tiba-tiba terdengar suara di telinga Tang Xinluo. Hatinya bergetar, dia tidak tahu Lu Yuchen mau berbuat apa. Dia berharap semoga pria itu tidak tiba-tiba melepas helai terakhir dari pakaiannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.