I'LL Teach You Marianne

Mencari bantuan



Mencari bantuan

0Anne terbangun dari tidurnya saat merasakan ada tekanan yang cukup besar di perutnya yang belum terisi apa-apa sejak tiba di Tromso, Anne hampir berteriak saat menyadari benda apa yang menekan perutnya itu. Tangan kekar Alan nampak posesif melingkar di tubuh Anne, rupanya setelah mandi Alan langsung bergabung dengan Anne diranjang. Meski awalnya ia tak berniat untuk tidur, akan tetapi karena tak ada siapapun yang bisa diajak berbicara di kamar akhirnya rasa kantuk mulai datang dan membuatnya memejamkan mata sambil memeluk Anne.      

Dengan sekuat tenaga Anne berusaha melepaskan diri dari Alan, Anne berniat untuk mencari tahu soal Erick dan Alice Oslo.      

Setelah berusaha selama hampir 15 menit akhirnya Anne berhasil melepaskan diri dari Alan, tanpa memakai jaket Anne lalu pergi meninggalkan kamar. Sebagai orang terpelajar Anne tahu kalau ia tak mungkin bisa lari dari Alan, tanpa uang dan identitas ia akan menjadi gelandangan di negeri orang dan Anne tak mau itu terjadi. Karena itulah ia berniat untuk mencari tahu soal Erick dan Alice, Anne berharap kedua orang kepercayaan Jack itu masih ada di hotel yang ada di Oslo sehingga ia bisa meminta bantuan pada mereka. Anne tahu menghadapi Alan dengan tangan kosong sama saja dengan bunuh diri, maka dari itu Alan berusaha mencari cara lain.     

Kedua mata Anne berbinar saat melihat seorang staf hotel berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, tanpa berpikir dua kali Anne lalu menghampiri staf hotel itu dan bertanya apakah ada komputer yang bisa ia gunakan untuk melihat-lihat keindahan kota Tromso. Biasanya di hotel-hotel tertentu, disediakan komputer secara gratis untuk digunakan anak-anak.     

"Ada di lantai dua nona, tempat bermain anak-anak di samping klinik. Anda bisa menggunakan komputer disana secara gratis,"ucap staf hotel yang berdiri di depan Anne.     

Anne tersenyum lebar. "Terima kasih informasinya."      

"Senang bisa membantu anda nona, baiklah kalau begitu saya permisi."      

Anne menganggukkan kepalanya, ia lalu menggeser posisi berdirinya dan memberikan jalan pada staf hotel itu untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Setelah pria itu itu pergi, Anne bergegas menuju lift untuk turun ke lantai dua seperti yang dikatakan staf hotel tadi. Anne terlihat penuh semangat, harapannya untuk bisa lepas dari Alan pun semakin besar. Seandainya Alan tak menyita ponselnya mungkin Anne tak akan mengalami hal seperti ini, terperangkap di sisi Alan sepanjang waktu. Ketika lift berhenti di lantai dua Anne langsung keluar dan mencari keberadaan ruangan tempat dimana komputer-komputer itu berada.      

"Akh itu dia,"peki Anne girang.      

Dengan setengah berlari Anne menghampiri ruangan bermain anak-anak, tujuannya adalah satu meja kosong tempat dimana komputer dengan internet kecepatan tinggi berada. Beruntung saat Anne tiba, tempat itu sedang kosong. Tak ada anak-anak yang sedang bermain. Karena komputer itu tak dikunci dengan mudah Anne berhasil mengakses internet, Anne mengingat dengan jelas nama hotel tempat Erick dan Alice turun. Anne kemudian berselancar di dunia maya mencari nomor telepon dari hotel tempat Erick dan Alice menginap.      

"Thanks God, ok sekarang aku hanya perlu mengirim pesan pada Linda dan…"     

Anne tak melanjutkan perkataannya karena ia akhirnya mengingat bahwasanya Linda tak memiliki sosial media apapun sejak ia menikah dengan Paul, Anne benar-benar lupa akan hal itu. Anne menahan diri agar tidak menangis, ia harus tenang dan tak panik agar semua rencananya berjalan lancar. Setelah berhasil menenangkan diri Anne lalu meninggalkan ruangan bermain anak-anak itu dan pergi menuju lantai satu, tujuannya kali ini adalah resepsionis.      

Meski sedikit canggung Anne akhirnya memberanikan diri meminta izin untuk menggunakan telepon.      

"Hanya ke Oslo? Tentu saja bisa nona,"jawab seorang resepsionis dengan ramah.     

"Oh syukurlah, sebelumnya terima kasih."      

"Sama-sama nona, kalau begitu saya permisi."      

Resepsionis hotel itu pun pergi meninggalkan Anne sendirian di sebuah ruangan tempat para resepsionis briefing, di ruangan itu juga terdapat sebuah telepon. Setelah sang resepsionis pergi Anne lalu menekan nomor telepon hotel tempat Erick dan Alice berada, meski sedikit gugup akhirnya Anne berhasil berbicara dengan resepsionis Karl Johan Hotel yang berseberangan dengan Grand hotel Oslo.      

"Maaf nona, rombongan dari Muller Finance Internasional sudah berangkat menuju Tromso beberapa jam yang lalu. Mungkin saat ini mereka sudah tiba di Tromso."      

Anne menggigit bibirnya, jantungnya berdetak sangat cepat mendengar perkataan resepsionis dari Karl Johan Hotel. "Anda serius Nona?"     

"Iya, apa anda tidak tahu kalau …     

Anne langsung menutup teleponnya karena ia melihat Alan dan Nicholas tengah berbicara dengan resepsionis, kedua mata Alan berkilat menatap ke arah ruangan dimana Anne berada. Seluruh tubuh Anne mendadak lemas saat melihat Alan dan Nicholas berjalan ke arahnya.     

Brak     

"Damn it, apa yang kau lakukan Anne?!!"pekik Alan dengan keras begitu ia membuka pintu dengan kasar.      

Secara perlahan Anne melangkah mundur, mencoba menjauh dari Alan yang berada tepat di depan matanya.      

Menyadari sang tuan sangat marah Nicholas pun langsung bertindak cepat. "Apa yang anda lakukan disini Nyonya?"     

Anne menelan ludahnya dengan susah payah, ia sudah seperti pelaku kejahatan yang kepergok basah saat ini. Ketakutan dan tertekan dalam satu waktu.      

"Anne, jawab pertanyaanku!!"Bentak Alan kembali.     

"A-aku lapar,"jawab Anne jujur.      

Alan menaikan satu alisnya. "Lapar kau bilang, aku bukan anak kecil yang bisa kau bohongi Anne."     

"Aku serius, aku ingin bertanya pada staf hotel di Oslo apa nama makanan yang sebelumnya aku makan itu,"jawab Anne berbohong, wajahnya merah padam saat ini karena panik.      

"Jadi anda menggunakan telepon ini untuk menghubungi hotel di Oslo untum bertanya soal nama makanan nyonya?" Nicholas kembali mengulang perkataan Anne.     

Anne menatap Nicholas dengan mata berkaca-kaca. "Iya, kalau kau tak percaya tanya saja pada resepsionis hotel ini. Tadi aku sempat bertanya kepadanya apakah telepon ini bisa digunakan untuk menghubungi sampai Oslo atau tidak."     

Alan masih tak mengendurkan tatapannya pada Anne, Alan yakin sekali kalau Anne berbohong saat ini.      

Nicholas yang tak mau melihat tuan dan nyonya bertengkar lagi lalu keluar dari ruangan itu dan memanggil resepsionis yang tadi memberitahu mereka keberadaan Anne.     

"Iya tuan, tadi nona ini sempat bertanya pada saya apakah telepon ini bisa digunakan untuk menghubungi sampai Oslo atau tidak."      

"Baiklah nona, terima kasih waktunya. Maaf mengganggu jam kerja anda,"jawab Nicholas dengan cepat.     

Sang resepsionis pun berpamitan pada Nicholas dan Alan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara itu Anne yang berdiri di pojok nampak ketakutan. Ia takut kalau kebohongannya akan terbongkar saat ini.      

"Keluar Nick, aku perlu bicara empat mata dengan istriku." Suara Alan terdengar penuh intimidasi mengusir Nicholas pergi.      

Nicholas menundukkan kepalanya merespon perkataan Alan, tanpa bicara ia kemudian keluar dari ruangan itu dan berdiri didepan pintu. Berjaga dari orang-orang yang akan masuk.      

Seluruh tulang yang ada ditubuh Anne terasa lunak saat ini, berada satu ruangan dengan Alan saja membuat Anne tak nyaman. Ia masih marah dan benci dengan perbuatan terakhir Alan kepadanya.      

"Jangan sakiti aku Alan, ini ditempat umum."     

Kalimat yang langsung keluar begitu saja dari bibir Anne saat melihat Alan berjalan kearahnya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.