I'LL Teach You Marianne

I'm not gay



I'm not gay

0Sesampainya di kantor Alan langsung naik ke lantai paling atas dimana ruangannya berada dengan Nicholas yang mengekor di belakang.      

"Kita masih ada waktu tiga puluh menit lagi sebelum meeting dengan designer perhiasan itu tuan,"ucap Nicholas pelan memberitahukan jatuhnya kepada Alan yang baru duduk di kursinya.     

"Terima kasih atas infonya Alan, kalau begitu aku akan memeriksa beberapa dokumen yang lain terlebih dahulu sebelum meeting,"jawab Alan penuh semangat.     

Nicholas tersenyum lebar, ia senang sekali melihat semangat kerja sang tuan. "Baiklah saya permisi Tuan."      

Setelah berpamitan Nicholas kemudian berjalan menuju ke pintu untuk keluar dari ruangan Alan dan kembali ke ruangan pribadinya, yang berada tepat di samping ruangan Alan. Sepeninggal Nicholas tiba-tiba Alan teringat akan gadis yang beberapa saat yang lalu ia tolong di     

depan restoran.      

"Mata gadis itu indah sekali,"ucap Alan tanpa sadar dengan kedua tangan yang saling mengepal di atas meja.      

Ingatan Alan kembali memutar kenangan yang terjadi beberapa saat yang lalu, dimana ia dengan sigap langsung menolong seorang wanita yang tiba-tiba hampir jatuh di hadapannya. Entah mengapa Alan menjadi tak tenang setelah melihat gadis itu, gadis cantik tanpa make up itu benar-benar memberikan kesan tersendiri di hati Alan. Perlahan Alan meraih ponselnya dan terlihat memainkan jemarinya di atas layar ponselnya sebelum akhirnya ia memasang earphone wireless ditelinganya.      

"Kirimkan rekaman cctv sekitar 30 menit yang lalu di depan restoran kalian padaku, kuberi waktu 5 menit untuk mengerjakannya." Alan terlihat berbicara dengan suara tegas pada seseorang di ujung telepon.      

"Siap Tuan, sa-saya akan mengerjakannya sekarang."      

Alan tersenyum mendengar perkataan manager restoran tempat ia makan beberapa saat yang lalu, tanpa bicara lagi akan lalu mematikan panggilannya dan langsung duduk dengan serius menatap ponselnya, menunggu rekaman cctv yang ia minta. Belum ada lima menit sebuah pesan masuk, nomor tanpa nama terlihat mengirimkan sebuah video. Alan pun langsung menonton rekaman video itu setelah disambungkan ke laptopnya, kedua matanya membulat sempurna melihat video yang sedang berputar di hadapannya.      

"Wait...fuck!!! Jadi dia seorang wartawan, dasar wanita penyihir. Berani-beraninya dia menguntitku sampai ke restoran, benar-benar wanita tak tahu diri,"umpat Alan dengan keras saat melihat kamera yang dibawa Anne.      

Brakk     

Dengan penuh emosi Alan melempar laptopnya ke samping sehingga laut laptop itu hancur seketika, saat beradu dengan dinding yang keras. Tepat saat itu juga pintu ruangan kerja Alan pun terbuka dari luar dan masuklah Nicholas yang membawa beberapa dokumen di tangannya, ia terlihat kaget saat melihat tuannya membuang laptop seperti itu.     

"Semua orang sudah menunggu anda di ruang meeting tuan,"ucap Nicholas pelan memberitahukan jadwal selanjutnya pada Alan yang terlihat marah.     

"Ok." Alan menjawab singkat, kemudian bangun dari kursinya dan berjalan menuju ke pintu.      

Nicholas hanya menghela nafas panjang, ia pun melirik ke arah laptop yang sudah hancur di lantai. Karena tak mau membuat Alan bertambah marah, Nicholas pun mempercepat langkah kakinya menyusul Alan menuju ruang meeting yang berada tak jauh dari ruang pribadi Alan. Begitu pintu ruangan meeting dibuka dari luar oleh Nicholas, hawa dingin langsung menyeruak masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu sehingga membuat para staf dan klien yang akan melakukan presentasi bergidik ngeri. Mereka bisa merasakan hawa kemarahan yang sangat besar dari seorang Alan Knight Clarke, menyadari perubahan mood sang tuan Nicholas akhirnya bertindak cepat dengan memulai meeting dan mempersilahkan klien yang akan melakukan presentasi memulai pekerjaannya.      

Selama meeting berlangsung kedua mata Alan memang tidak lepas dari layar tempat dimana beberapa orang designer perhiasan muda tengah melakukan presentasi, akan tetapi pikirannya tidak sedang ada di ruangan itu. Alan masih membayangkan gadis cantik yang ditolongnya ternyata adalah seorang wartawan, ia masih menyesalkan tindakannya yang terburu-buru mencari tahu tentang gadis itu melalui rekaman cctv kepada pemilik restoran. Rasa simpatinya kepada gadis itu pun langsung hilang seketika berubah menjadi kemarahan yang besar, Alan menganggap gadis itu sudah melanggar privasinya karena sudah mengikutinya saat sedang makan. Alan memang sangat tidak menyukai wartawan, karena selama ini wartawan selalu memberikan berita-berita yang buruk tentang dirinya. Mulai dari kejadian kecelakaan dua tahun yang lalu, sampai beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan mentalnya, termasuk hubungan dengan para gadis yang berada di sekitarnya. Alan merasa privasinya sangat terganggu oleh para pencari berita itu.     

Brak     

"Meeting kita sudahi sampai disini, saya sangat kecewa sekali dengan presentasi kalian. Bukankah kalian adalah designer-designer pilihan? Tapi kenapa persentasi yang kalian tunjukkan padaku sama sekali tidak ada yang menarik,"hardik Alan ketus setelah memotong persentasi salah seorang desainer yang masih berbicara dengan memukul meja dengan keras."Kalau begini caranya mungkin aku akan mencari designer lain dari luar negeri, kalian tahu kan pameran perhiasan perusahaan Clarke akan dimulai dalam waktu beberapa bulan lagi? Kita tidak punya banyak waktu, kalau kalian masih memberikan presentasi hancur seperti ini lalu bagaimana kita akan memulai produksi perhiasan-perhiasan itu? Apa kalian semua mau menanggung kerugian perusahaan jika sampai memundurkan pameran yang sudah dijadwalkan itu?"     

Sekitar sepuluh orang tim designer yang melakukan presentasi itupun langsung terdiam, tak ada satupun diantara mereka yang berani bicara dan mengangkat wajah. Semuanya tertunduk ketakutan, termasuk seorang wanita yang masih berdiri di depan. Kemarahan Alan yang begitu besar nyatanya mampu membuat semua orang kreatif itu kehabisan kata-kata, Nicholas yang sudah menduga akan terjadi hal seperti ini nampak menghela nafas. Ia kemudian menyentuh lengan Alan dan bangun dari kursinya, saat Nicholas akan membuka mulutnya tiba-tiba terdengar suara pintu terbanting dengan keras karena Alan bangun dari kursinya dengan tiba-tiba dan langsung berjalan pergi meninggalkan ruangan meeting dengan wajah yang sangat kesal.      

"Lebih baik kalian revisi semua persentasi ini, memang dari hasil presentasi kalian masih banyak kekurangan. Oleh karena itu aku minta dalam waktu 1 kali 24 jam kalian merevisi semuanya dan serahkan hasil revisi kalian padaku, Aku Yang Akan mengoreksinya dan menyerahkannya langsung kepada Tuan Alan. Kalau begitu meeting kita sudahi sampai disini, semuanya boleh kembali melanjutkan pekerjaannya dan jangan lupa yang aku minta tolong dikerjakan,"ucap Nicholas bijaksana sambil tersenyum, setelah bicara seperti itu Nicholas lalu bergegas pergi menyusul Alan yang pergi menuju balkon. Tempat favorit Alan menghabiskan waktu jika sedang kesal, pasalnya dari balkon itu pemandangan hampir sepertiga kota Luxembourg terlihat jelas.      

"Aarggghh fuck…"jerit Alan dengan keras melampiaskan semua kekesalan dalam hatinya.      

Nicholas yang sedang berjalan mendekati balkon itu hanya bisa tersenyum saat mendengar tuannya marah, ia yakin sekali ada hal besar yang sudah terjadi pada tuan mudanya itu. Yang pasti kekesalannya itu tak ada hubungannya dengan hasil presentasi yang ditunjukkan oleh para designer muda itu, sebagai orang yang paling mengenal sang tuan Nicholas merasa perubahan besar pada sikap Alan terutama setelah tuannya itu sembuh dari kecelakaan mobil. Satu hal yang bisa dilakukan Nicholas adalah mendiamkan tuannya dan tak mengganggunya sampai sang tuan muda itu benar-benar puas melampiaskan kekesalannya, barulah ia akan mendekatinya dan mengajaknya berbicara.      

"Wartawan sialan,"umpat Alan penuh amarah, ia kembali teringat akan salah satu artikel yang diterbitkan oleh salah satu wartawan yang menyebutkan dirinya adalah seorang gay karena belum juga menikah saat ia sudah memiliki semuanya dan menganggap hubungannya dengan para wanita cantik yang selama ini dekat dengannya itu adalah sebuah kedok yang ia gunakan untuk menutupi orientasi seksualnya yang sesungguhnya.     

"Aku masih menyukai vagina wanita brengsek!"dengus Alan jengkel.      

Dari belakang Nicholas hanya tersenyum tanpa suara mendengar perkataan sang tuan muda, ia tahu betul betapa marahnya tuannya itu saat artikel yang menyebutkan dirinya gay muncul di beberapa platform berita. Meskipun tak lama kemudian berita itu di take down, namun tegap saya Alan sangat kesal. Ia merasa nama baiknya telah di coreng, karena itulah rasa bencinya pada wartawan semakin besar.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.