I'LL Teach You Marianne

Anne's little question



Anne's little question

0Setelah berbagai hidangan super lezat silih berganti datang, menggantikan tiap piring yang kosong akhirnya Anne pun menyerah. Ia menolak untuk makan lagi, perutnya sudah tak mampu menampung makanan lebih banyak lagi. Padahal menurut Jack, Anne tidak makan terlalu banyak. Karena tak mau makannya terbuang sia-sia akhirnya Jack melarang para pelayan untuk membawa makanan lagi dan saat ini hanya ada beberapa dessert saja yang tersedia di atas meja, dihadapan Anne dan Jack yang belum tersentuh oleh keduanya.     

"Kenapa kau pesan banyak sekali makanan Jack?"tanya Anne pelan saat melihat beberapa orang pelayan membawa masuk makanan yang hampir mereka letakkan di atas meja.     

"Ini tidak banyak Anne, kita hanya makan beberapa porsi saja dan sebenarnya masih ada beberapa hidangan yang harus kau nikmati setelah makan daging steak yang tak kau habiskan itu," jawab Jack enteng sambil meraih gelas wine yang ada di hadapannya.     

"Nah aku saja sudah tidak menghabiskan steak itu, lalu bagaimana bisa kau memintaku untuk makan makanan lainnya lagi!!"sahut Anne dengan suara meninggi menimpali perkataan Jack. "Kalau makanan itu tidak habis kita makan maka akan terbuang sia-sia Jack dan itu sangat tidak baik, diluar sana masih banyak orang yang tidak bisa makan. Jadi kau jangan sembarangan memesan makanan sebanyak ini, saat kau tak bisa menghabiskannya seorang diri Jack."     

Melihat Anne marah-marah seperti itu membuat Jack tersenyum, perlahan ia meletakkan gelas winenya kembali diatas meja dan meraih tangan Anne dengan memberikan tatapan penuh kasih.     

Ditatap seperti itu oleh Jack membuat Anne salah tingkah, ia berusaha menarik tangannya yang sedang digenggam oleh Jack. Namun sayang usahanya sia-sia, pasalnya Jack sudah menggenggam erat tangan kanannya itu.     

"Saat kau marah, kau terlihat lebih cantik,"ucap Jack pelan menggoda Anne.     

"Pendusta,"jawab Anne ketus dengan membuang muka ke arah lain     

"Lho aku serius Anne, apa kau mau melihat wajahmu ketika sedang marah? Aku bisa meminta pelayan untuk mengambilkan kaca untukmu supaya kau bisa bisa melihat…"     

"Jack!!! Berhenti menggodaku atau aku marah padamu!!"Anne memotong perkataan Jack penuh emosi.      

"Hahaha ok, ok. Aku tak akan menggodamu lagi, ya sudah lebih baik kita pindah tempat duduk disofa. Rasanya tak nyaman duduk berhadap-hadapan seperti ini,"ucap Jack pelan sembari mengulurkan tangannya ke arah Anne.      

Anne awalnya tak mau mengikuti kemauan Jack, namun karena tangan Jack cukup lama berada di hadapannya Anne pun meraihnya dan mengikuti langkah kaki Jack yang membawanya ke sebuah sofa yang cukup nyaman tak jauh dari tempat mereka makan.     

Saat Anne akan duduk, tiba-tiba Jack meraih pinggangnya dan membuat Anne terjatuh tepat diatas paha Jack. Menyadari posisinya tak nyaman Anne langsung turun dari pangkuan Jack dan ingin duduk menjauh dari Jack, namun dengan sigap Jack menahan pergerakan Anne menggunakan tangannya yang langsung mencengkram pinggang Anne.      

"Duduklah berdekatan denganku, kita nikmati pemandangan ini bersama,"bisik Jack lirih tepat ditelinga Anne.     

"Jack, jangan begini. Kita bisa duduk dengan normal Jack, banyak orang yang sedang melihat kearah kita Jack."Protes Anne pelan, ia terlihat sedang berusaha melepaskan tangan Jack yang masih bercokol di pinggangnya.     

"Kemarin kau tidur pulas di pelukanku saat kita sedang ada di bioskop, lalu kenapa sekarang kau minta untuk dilepaskan?"tanya Jack pelan mencoba untuk mengingatkan Anne tentang kejadian di bioskop.      

Anne mengangkat wajahnya yang tertunduk dan menatap Jack dengan kedua pipi yang bersemu merah.     

"Jack,"erang Anne lirih, kedua matanya melirik ke arah empat orang yang sedang memainkan alat musik. "Kita tak perlu mengumbar-umbar kemesraan seperti ini, bukankah hal-hal seperti ini seharusnya menjadi privasi kita?" Dengan lembut Anne memberikan pertanyaan yang tak pernah terbayangkan akan ia ucapkan pada seorang pria itu.     

Detak jantung Jack berpacu dengan sangat cepat saat ini, dadanya bahkan terasa sakit karena kerasnya organ utama dalam tubuhnya itu bekerja pasca mendengar pertanyaan lembut seperti itu dari Anne.     

"Ini bukan sebuah hal yang berlebihan Anne, aku hanya akan memelukmu saja dan tak melakukan hal-hal lainnya. Aku ingin menikmati alunan musik yang dimainkan oleh mereka denganmu yang bersandar di tubuhku, tidak lebih Anne,"jawab Jack pelan mencoba menjelaskan apa yang akan ia lakukan di sofa dengan Anne.      

Anne tersenyum, tangannya meraih jemari Jack yang masih kuat bercokol di pinggangnya. Tanpa perlu banyak tenaga Anne akhirnya bisa melepaskan jeratan Jack, ia lalu membawa tangan Jack kesebelah tubuhnya dan menautkan jari jemarinya dengan jari-jari Jack yang ukurannya dua kali lipat dari ukuran jari-jarinya.      

"Kita bisa menikmati musik dengan cara seperti ini,"ucapnya pelan sambil mengangkat tangan Jack yang sedang ia genggam.     

Jack mendekus. "Baiklah, baiklah. Kalau itu maumu, aku tak akan memaksamu lagi. Padahal menurutku apa yang aku lakukan tadi akan membuatmu lebih nyaman, tapi kalau kau ingin kita duduk seperti ini aku tak akan banyak bicara lagi selain mengikuti kemauanmu."     

Jawaban Jack membuat Anne tersenyum, pria yang ada di sampingnya itu kini menjadi lebih banyak mengalah pada dirinya akhir-akhir ini. Karena para pemusik itu mulai memainkan lagu lagi, Anne lalu merebahkan tubuhnya di sofa, tepat di samping Jack dengan tangan yang saling bertautan.      

Karena restoran yang ada di rooftop tempat mereka berada saat ini menggunakan kaca, alhasil mereka bisa melihat butiran salju yang turun dari langit. Sebuah suasana romantis yang tak pernah Anne bayangkan sebelumnya, bisa duduk di restoran mewah dengan iringan musik romantis bersama seorang pria tampan yang selama dua tahun terakhir ia kenal sembari menikmati pemandangan luar biasa indah.      

"Terima kasih untuk hari ini Jack, aku benar-benar senang."Anne bergumam lirih dengan mata terpejam.      

Jack yang merasa tak ada yang spesial terlihat mengangkat satu alisnya ke atas. "Kau senang hanya karena semua ini?"     

Anne menghela nafas panjang saat mendapat pertanyaan seperti itu dari Jack, ia terlihat sulit menjelaskan apa yang ada dalam dadanya saat ini.      

"Ada apa?" Jack menundukkan kepalanya dan menatap Anne yang tiba-tiba diam di sebelahnya. Anne bersandar dengan pipi yang menempel di lengannya dengan mata terpejam.     

Jack mengusap pipi Anne dengan lembut sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Apa yang mengganggu pikiranmu?"bisiknya lirih.      

"Jangan berikan aku banyak kebahagiaan seperti ini Jack, aku tak mau merasakan kekecewaan lagi."Anne menjawab pelan mencoba untuk mengutarakan isi hatinya.      

"Apa maksudmu Anne?"     

"Jack." Anne membuka mata dan mendongakkan kepalanya ke arah Jack yang sedang menatapnya tanpa berkedip. "B-bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"     

Jack meraih dagu Anne dan kembali mendaratkan sebuah kecupan kecil kembali yang tak dihindari oleh Anne.      

"Bicaralah, kau ingin bertanya apa?" Suara lembut Jack terdengar jelas saat ia bicara seperti itu pada Anne.      

Anne menelan ludah, ia melepaskan cengkraman tangannya di tangan Jack dan meletakkannya di dada bidang Jack. Kedua mata sendunya berkilat, menunjukkan sebuah beban yang ingin ia lepaskan.      

"Aku harap kau tak marah padaku, aku hanya ingin menenangkan hatiku saja atas pertanyaan-pertanyaan yang berlalu-lalang di pikiranku selama ini." Anne menghentikan ucapannya dan menarik nafas panjang sebelum melanjutkan pertanyaannya lagi. "Se-seandainya mantan kekasihmu datang lagi, apa kau akan meninggalkan aku dan kembali padanya? Kau tak perlu menjawabnya sekarang...atau kau tak usah menjawabnya jika kau merasa terganggu atas pertanyaan kecilku ini."      

Jack tertegun menatap Anne yang sedang salah tingkah, ia tahu dengan pasti bahwa Anne merasa tak nyaman bertanya hal sangat pribadi seperti itu. Pasalnya ia tahu Anne adalah orang yang sangat tak mau ikut campur dalam urusan orang lain, namun hati kecilnya sangat bergembira karena pertanyaan dari Anne itu. Hal ini berarti Anne mulai peduli pada dirinya dan ini sebuah kemajuan besar dari Anne yang sangat apatis itu.     

Dengan perlahan Jack mendorong tubuh Anne untuk berbaring di sofa dan mendekati wajah Anne yang sudah memerah, nafasnya mendarat tepat di pipi Anne yang akhirnya membuat sisi lain dalam diri Anne bergetar hebat.      

"Sejak pertemuan pertama kita di pinggir sungai dua tahun yang lalu di Newcastle Upon Tyne, aku sudah memutuskan untuk membuatnya menjadi wanitaku Anne,"jawab Jack lembut, bibirnya menyentuh pipi Anne yang lembut saat bicara seperti itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.