I'LL Teach You Marianne

Demi Anne



Demi Anne

0Mendengar perkataan Aaron membuat Anne hampir tertawa, namun saat melihat wajah Aaron yang pucat serta keringat dingin yang mengucur dari keningnya Anne lalu menarik tangan Aaron masuk ke dalam kamarnya.      

"Duduk, jangan kemana-mana," ucap Anne dingin.     

"Huum," jawab Aaron seperti anak kecil.     

Setelah memastikan Aaron duduk di sofa, Anne lalu ke pantry. Ia mengambil mangkuk dan sendok bersih untuk mengambil sup ayam yang ada di dalam kulkas, beruntung Anne masih memiliki sup ayam yang ia simpan rapat di kulkas. Setelah menghangatkannya di microwave Anne lalu membawa sup nya ke sofa dimana Aaron berada, dengan hati-hati Anne meletakkan sup nya yang masih panas di atas meja. Saat meletakkan sup-nya Anne melirik ke arah Aaron yang semakin pucat ia pun mempercepat gerakannya, Anne masih ingat dengan jelas saat Aaron mengatakan kalau dirinya punya maag kronis. Dan Anne sangat tau sekali kalau penyakit maag itu sangat berbahaya.      

"Buka matamu Aaron," pinta Anne lembut.      

Aaron yang sedang bersandar di sofa sambil memejamkan kedua matanya perlahan membuka kedua matanya, ia tersenyum saat melihat Anne yang sedang duduk di depannya dengan membawa gelas berisi air putih.     

"Minumlah dulu, sedikit saja," ucap Anne kembali sambil mengarahkan gelas yang ia pegang pada Aaron.      

Aaron lalu meraih gelas yang ada ditangan Anne dan langsung meminumnya dengan perlahan.     

"Ok, cukup. Jangan banyak-banyak, kau harus makan," ucap Anne kembali sambil meraih gelas dari tangan Aaron.     

Tak lama kemudian Aaron terlihat makan dengan perlahan sup ayam yang sudah dihangatkan oleh Anne sebelumnya, ia mengunyah dengan sangat perlahan sehingga membuat Anne tersenyum. Sesekali Anne menyeka sisa kuah sup yang tertinggal di sekitar bibir Aaron dengan menggunakan tissue.      

"Aku sudah kenyang Anne," ucap Aaron perlahan saat sudah memakan sepertiga sup yang ada di mangkuk.     

"Berikan mangkuknya biar aku yang membantumu makan," jawab Anne lembut sambil meraih mangkuk yang ada dipangkuan Aaron.     

Seperti anak kecil yang menurut Aaron hanya diam saja saat Anne kembali memintanya untuk makan lagi, ia tak mau membuat Anne marah padanya. Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya sup ayam yang ada di mangkuk pun sudah berpindah sepenuhnya ke perut Aaron dan hal ini membuat Anne senang.      

"Duduklah dengan tenang, biarkan perutmu mencerna makanan tadi," titah Anne pelan pada Aaron dengan lembut.     

"Aku mau membantumu di pantry…"     

"Jangan macam-macam Aaron, lebih baik kau duduk di sofa," sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Aaron.     

"Baiklah, aku akan duduk di sofa saja," jawab Aaron mengalah.     

Anne hanya menggelengkan kepalanya perlahan merespon perkataan Aaron, ia lalu meneruskan pekerjaannya mencuci piring beberapa alat makan yang belum ia cuci sejak pagi karena tadi pagi terlalu buru-buru saat mengantar bunga ke pelanggan.     

Setelah semua pekerjaannya selesai Anne lalu kembali bergabung dengan Aaron di sofa, ia lalu meletakkan dua gelas air hangat yang sudah diberikan madu sebelumnya diatas meja. Untuk dirinya sendiri tentunya dan untuk Aaron.      

"Maaf Anne," ucap Aaron pelan memecah keheningan.     

"Maaf untuk apa?"tanya Anne singkat.     

"Maaf karena membuatmu sibuk seperti ini, maaf juga karena mengganggu waktu tidurmu," jawab Aaron singkat.     

"Kau tak menggangguku, aku kebetulan juga baru bangun tidur. Hari ini aku tidur jauh lebih cepat," sahut Anne pelan sambil tersenyum.     

"Tidur cepat?"tanya Aaron bingung.     

"Huum, hari ini terlalu banyak kegiatan yang aku lakukan. Sehingga aku memilih tidur cepat tadi sore," jawab Anne kembali.     

"Oh jadi begitu rupanya, syukurlah jika kedatanganku tak mengganggu waktu istirahatmu...awwww"      

Aaron tak dapat menyelesaikan perkataannya karena pahanya dicubit dengan keras oleh Anne secara mendadak.      

"Anne…"     

"Itu hukuman untukmu karena berani macam-macam lagi, bukankah dokter sudah mengatakan padamu untuk makan tepat waktu. Lalu kenapa kau cari masalah dengan telat makan seperti ini lagi, bagaimana jika aku sedang gak ada dia apartemen jika kau datang seperti tadi. Atau misalnya aku sedang tak ada stok makanan di rumah, coba bayangkan jika hal itu terjadi. Ayolah Aaron kau sudah cukup dewasa untuk tau bagaimana kondisi tubuhmu sendiri, seharusnya kau bisa mengetahui mana yang baik dan buruk untuk kesehatanmu," ucap Anne dengan nada meninggi memotong perkataan Aaron, Anne sebenarnya ingin marah sejak tadi namun ia harus memastikan Aaron menghabiskan makanannya terlebih dahulu.     

"Aku terlalu sibuk hari ini dengan pekerjaanku Anne sehingga aku tak sempat makan malam." jawab Aaron jujur.     

"Isshhh...aku ingin sekali bertemu dengan atasanmu, aku ingin melihat orang yang memaksa anak buahnya bekerja dengan sangat keras itu. Aku ingin tau seperti apa orangnya." sahut Anne dengan cepat      

"Kenapa kau ingin marah dengan atasanku?"tanya Aaron bingung.     

"Ya tentu saja aku ingin marah, seharusnya sebagai atasan ia tak perlu memberikan banyak pekerjaan pada anak buahnya seperti ini sehingga membuat anak buahnya tak ada waktu untuk makan. Bukankah itu sudah menyalahi aturan, memaksa anak buah bekerja dengan keras," jawab Anne penuh emosi.     

Mendengar perkataan membuat Aaron tersenyum, sosok gadis di depannya ini benar-benar berbeda dengan gadis yang lainnya. Padahal seharusnya dengan melihat penampilan Aaron saja orang bisa tau kalau ia adalah sang bos, namun entah mengapa Anne tak bisa melihat itu. Dan hal inilah yang Aaron suka, Anne tak langsung silau pada benda-benda mewah yang ada ditubuhnya. Tak seperti gadis kebanyakan yang akan terpesona dengan jam tangan atau setelan jas yang dipakai Aaron.     

"Bukan salahnya Anne, ini murni karena kecerobohanku. Aku terlalu bersemangat mengerjakan tugasku sampai lupa kalau belum makan malam, tapi sebenarnya tadi aku itu ingin makan Anne namun tiba-tiba ada kejadian yang malas sekali untuk diingat tiba-tiba terjadi di ruang kerjaku. Sehingga aku kehilangan mood untuk makan."ucap Aaron pelan membuka cerita.     

"Kejadian yang malas untuk diingat, kejadian seperti apa itu?" tanya Anne penasaran.      

"Kalau aku cerita kau akan marah tidak padaku?"tanya balik Aaron dengan cepat.     

"Untuk apa aku marah, itu kan tak ada hubungannya denganku. Jadi aku tak perlu marah bukan," jawab Anne sambil tersenyum tipis.     

Setelah yakin Anne tak akan marah, Aaron lalu mulai menceritakan apa yang terjadi di ruang kerjanya beberapa saat yang lalu. Saat Aaron bercerita Anne nampak beberapa kali menutup mulut, ia tak percaya ada perempuan yang bisa nekat seperti itu.      

"Kau tidak sedang mengarang bebas bukan?"tanya Anne lirih.     

"Tak mungkin aku mengada-ada Anne, karena itulah aku jadi kehilangan nafsu makan. Banyak diluar sana perempuan gila yang rela melakukan apapun agar keinginannya bisa terwujud, walaupun harus merendahkan dirinya seperti itu," jawab Aaron jujur, ia benar-benar kehilangan mood untuk melakukan apapun setelah apa yang dilakukan oleh Amanda tadi.     

Anne tersenyum mendengar perkataan Aaron, tiba-tiba ia teringat akan Steffi yang juga melakukan cara rendahan untuk ada di posisinya saat ini.     

"Ya sudah tak udah dibahas lagi, aku ingin melupakannya. Oh ya hari ini kau bilang sangat lelah, memangnya ada kegiatan apa lagi dikampus Anne?" tanya Aaron pelan mengalihkan pembicaraan.     

"Dikampus tak ada acara apa-apa, hanya saja tadi kami mendapatkan berita menyenangkan. Salah satu tamu undangan yang hadir dalam acara pertunjukan kemarin memberikan hadiah kepada kami semua tiket liburan gratis ke Irlandia selama tiga hari, maka dari itu tadi kami dikumpulkan di kampus untuk mengumpulkan data diri," jawab Anne jujur.     

"Liburan ke Irlandia gratis selama tiga hari untuk kalian semua waww...siapa yang memberikan liburan itu Anne?"tanya Aaron penasaran.     

"Tuan Leonardo Ganke," jawab Anne singkat, menyebut nama Leon kembali kini terasa berbeda untuknya, tak ada rasa kesal atau marah lagi pasca ia sudah meluapkan semua rasa di dalam dadanya.     

"Leonardo Ganke dari Jerman maksudmu Anne," ucap Aaron pelan mengulang perkataan Anne.     

Anne menganggukan kepalanya perlahan mendengar perkataan Aaron, sebuah senyum hangat pun tersungging di bibir Anne saat ini.     

"Hebat sekali pria itu, memberikan liburan mewah seperti itu untuk semua mahasiswa yang ikut dalam…"     

"Aku tak ikut Aaron, aku baru saja bekerja. Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaanku demi liburan seperti itu," sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Aaron.     

"Bekerja, kau baru bekerja dimana Anne?"tanya Aaron kaget.      

"Aku bekerja di toko bunga, tak mungkin bukan aku meninggalkan pekerjaanku untuk berlibur. Mencari uang itu lebih menyenangkan daripada harus menghamburkan uang seperti itu," jawab Anne penuh semangat.     

"Iya kau benar tapi kan acara liburan bersama teman kuliah seperti itu tak akan datang dua kali Anne, pasti banyak hal menyenangkan yang akan terjadi disana. Kau harusnya menikmati waktumu bersama teman-teman kuliahmu Anne, tinggalkan saja pekerjaanmu sementara waktu dan pergilah berlibur Anne," ucap Aaron pelan.     

"Aku mau akan tetapi Linda temanku dia tak ikut karena harus bekerja juga, jadi aku juga memilih bekerja saja," sahut Anne dengan cepat sambil meraih gelas yang berisi air hangat yang dicampur madu diatas meja lalu meminumnya dengan perlahan.     

Aaron semakin terpana dengan gadis yang ada didepannya saat ini, baru kali ini ia menemukan seorang gadis yang memilih tetap bekerja daripada liburan menyenangkan.      

Sementara itu di kediaman barunya Jack baru saja selesai bekerja, ia memeriksa beberapa dokumen yang harus ia tandatangani untuk diserahkan ke pengacara besok pagi berkaitan dengan pendirian kantor Muller Finance Internasional yang baru di London. Membuka anak cabang perusahaan di negara lain bukanlah yang mudah, banyak yang harus diurus mulai dari surat ijin usaha, surat rekomendasi dari pemerintah setempat dan lainnya. Dan itu semuanya harus ia selesaikan secepatnya sebelum kantor barunya beroperasi, membuka kantor pembiayaan yang cukup besar di London dengan nama besar yang cukup terkenal sebelumnya bukan hal mudah bagi Jack. Ini seperti sedang mempertaruhkan nama besarnya lagi, ia harus membawa Muller Finance Internasional yang baru ini sesukses yang ada di Swiss, karena jika tidak maka nama baiknya akan jelek dimata rekan bisnisnya yang lain dan Jack tak mau jika hal itu terjadi. Ia harus membuat anak cabang Muller Finance Internasional yang baru ini sesukses induknya, karena itulah ia membawa semua team inti sementara waktu ke London.      

"Ok Erick, semuanya cukup untuk malam ini. Kau istirahatlah, besok pagi masih banyak yang harus kita urus di kantor," ucap Jack pelan sambil memijat tengkuknya yang terasa pegal.     

"Saya belum lelah Tuan, saya masih bisa mengerjakan yang lain juga." jawab Erick dengan cepat menolak secara halus perintah Jack untuk istirahat.     

"Mulutmu bisa bicara tak lelah, tapi wajah dan matamu tidak. Cepatlah tidur atau aku akan marah."sahut Jack ketus.     

"B-baik tuan, saya tidur," ucap Erick tergagap, setelah berkata seperti itu Erick kemudian merapikan berkas-berkas yang ada di hadapannya dan menyimpannya kembali dalam satu file.     

"Permisi Tuan, saya ke kamar terlebih dahulu," pamit Erick singkat.     

Jack hanya mengangkat satu tangannya ke atas menjawab perkataan Erick, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak itu seorang diri. Semua team yang datang hari ini bersama Erick pun sudah istirahat lebih dulu sebelum Erick tadi, sehingga saat ini hanya tinggal Jack yang masih bekerja.     

"Aku harus menyelesaikan semuanya tepat waktu, setelah itu aku bisa mengganggu Anne lagi. Aku melakukan ini untukmu Anne, untuk bisa lebih dekat denganmu aku rela memulai lagi bisnisku dari nol di negara orang." ucap Jack pelan sambil tersenyum, mengingat Anne membuatnya kembali memiliki tenaga tambahan untuk menyelesaikan pekerjaannya lagi.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.