I'LL Teach You Marianne

Harga untuk kebebasan



Harga untuk kebebasan

0Melihat Anne makan dengan lahap membuat Alan langsung kenyang, padahal ia baru makan beberapa potong daging saja. Kedua matanya berbinar menatap Anne yang sedang makan.     

"Pelan Anne, dagingnya masih banyak. Ini semua untukmu,"ucap Alan lembut, mengingatkan Anne untuk tak makan terburu-buru.     

Sialan, aku tak akan selapar ini kalau kau tak membuatku kelelahan dari semalam!     

Dalam hati Anne mengumpat Alan yang sudah membuatnya tersiksa dari tadi malam, mencapai pelepasan luar biasa berkali-kali membuat semua energinya habis dan sangat kelaparan. Meskipun sedang makan namun Anne tak mengalihkan pandanganny sedikitpun dari Alan yang terus menatapnya tanpa berkedip saat mereka mulai makan.     

Alan menyeka bibirnya menggunakan sapu tangan kecil yang berada diatas nampan. "Apa kau bisa menjawab pertanyaanku tadi Anne?"     

Anne mengangkat satu alisnya. "Pertanyaan apa?"     

"Apakah kau sangat membenciku Anne?"     

Anne yang baru saja minum lalu menatap Alan dengan tajam tanpa berkedip. ��Menurutmu apakah pantas aku membencimu?"     

"Jangan melempar pertanyaan itu padaku Anne, aku yang sedang bertanya padamu,"jawab Alan dengan cepat, ia terlihat tak senang saat Anne membalik pertanyaan kepada dirinya kembali.     

"Tentu saja aku membencimu, kau sudah merusak semua rencana-rencana yang aku buat dengan baik. Kau sudah menghancurkan hidupku, kau sudah membuatku terjebak bersamamu dalam ikatan pernikahan yang sama sekali tak kuinginkan. Kau sudah merusak hidup seorang gadis Alan, lalu menurutmu apakah salah jika aku membencimu?"     

Alan terdiam mendengar kata demi kata yang terucap dari bibir Anne, semua kata-kata yang baru saja diucapkan Anne membuat Alan sangat sakit. Dadanya terasa sesak saat ini. "Maaf, maafkan aku Anne."     

"Maaf? Semudah itu?"     

"Lalu aku harus bagaimana Anne? Aku tak punya kemampuan untuk kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya, aku tak bisa merubah apa yang sudah terjadi. Karena itulah aku minta maaf, maaf karena aku sudah jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, maaf juga sudah menjadi egois karena aku ingin membuatmu terus berada disampingku Anne. Terdengar konyol memang, akan tetapi aku benar-benar sangat menyukaimu Anne dan perasaan ini tak pernah aku rasakan sebelumnya dengan wanita lain,"jawab Alan penuh semangat, kedua matanya berkaca-kaca menunjukkan penyesalannya yang teramat sangat.     

Anne menatap dalam kearah kedua mata Alan. "Kalau begitu biarkan kau kembali ke London, dengan itu maka aku akan memaafkanmu."     

"Tidak!! Ingat Anne kita sudah menikah dan kau tak bisa pergi seenaknya seperti itu, sebagai istri kau harus patuh padaku,"sahut Alan dengan cepat. "Dan belajarlah untuk mencintaiku, seperti aku yang sangat mencintaimu."     

"Cinta..."     

"Ya, aku sangat mencintaimu dan aku bersumpah tak akan melepaskanmu dari sisiku selamanya. Hanya kematianlah yang mampu memisahkan kita." Dengan cepat Alan langsung memotong perkataan Anne.     

"Ini bukan cinta Alan, ini pemaksaan,"ucap Anne lirih tanpa sadar.     

Alan meraih gelas yang berisi wine dan langsung menenggaknya sampai tandas. "Kau harus menerimaku Anne, seperti saat kau menerima setiap sentuhan yang aku berikan padamu saat kita bercinta. Karena aku bersumpah tak akan melepaskanmu dari sisiku, kau adalah milikku selama-lamanya."     

Setelah berkata seperti itu Alan kemudian bangun dari ranjang dan memakai semua pakaiannya dihadapan Anne tanpa sungkan, tak lama ia pun pergi kelaur dari tenda meninggalkan Anne sendirian yang masih menggunakan selimut untuk membungkus tubuhnya.     

"Egois!!! Kau benar-benar jahat,"pekik Anne dengan keras sesaat setelah Alan keluar dari tenda.     

Karena tenda yang ditempati mereka kedap suara alhasil Alan tak bisa mendengar apa yang Anne baru saja teriakan, Alan terus melangkahkan kakinya untuk menenangkan diri. Ia takut akan melukai Anne jika terus menerus berdebat dengannya, pasca perdebatannya dengan Alan semua nafsu makan Anne hilang. Ia pun memutuskan untuk mandi, membersihkan tubuhnya dari semua jejak yang Alan tinggalkan padanya sejak tadi malam. Karena sudah bercinta beberapa kali dengan Alan kini Anne tak merasa kesakitan kembali, hanya seluruh tubuhnya sajalah yang terasa bagai tanpa tulang. Lemas dan tak bertenaga. Anne tak mau berlama-lama di kamar mandi, ia harus segera secepatnya memakai pakaian supaya Alan tak menyentuhnya kembali.     

Setelah 15 menit berlalu Anne memutuskan untuk keluar dari tenda setelah ia teringat akan pertemuannya tadi malam dengan Erick, Anne berharap bisa bertemu dengan Erick lagi meskipun kemungkinannya sangat kecil. Akan tetapi Anne tak mau menyerah, ia ingin mencari informasi tentang Erick dari petugas yang berada di gedung kesenian yang berada di dekat komplek Camp North Tour.     

"Semoga petugas ditempat itu masih memiliki daftar tamu yang hadir dalam acara tadi malam,"ucap Anne dalam hati penuh harap.     

Dengan harapan yang besar Anne melangkahkan kakinya keluar dari tenda, ia memutuskan untuk mengambil resiko mencari tahu soal Erick dan Alice selama Alan tidak ada. Anne yakin sekali Erick akan menolongnya, karena itulah ia kini memiliki semangat yang tinggi menembus dinginnya hujan salju yang tiba-tiba datang. Saat Anne baru saja melangkahkan kakinya menuju jalan setapak yang menjadi jalan penghubung antar tenda tiba-tiba ada tangan besar yang mencengkram tangannya dari belakang.     

"Kak Anne!!"     

Anne yang sudah menunduk karena ketakutan langsung tersentak saat mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya itu, secepat kilat Anne lalu membalik tubuhnya dan hampir berteriak keras saat melihat Alice dan Erick berada didepan matanya. Secara spontan Anne langsung memeluk Alice yang sebelumnya menghentikan langkahnya.     

"Alice...terima kasih sudah mau kembali, terima kasih."     

"Tentu saja aku dan Erick pasti kembali, kami tak mungkin meninggalkanmu sendiri lagi seperti dua tahun lalu kak,"sahut Alice dengan suara serak.     

Erick yang tersenyum melihat kekasihnya berpelukan dengan Anne lalu menghela nafas panjang, ia kemudian mengangkat wajahnya kelangit dengan mata tertutup mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena sudah mempertemukan mereka kembali.     

"Ayo kita masuk, jangan diluar seperti ini. Udara semakin dingin,"ucap Erick pelan sambil menyentuh pundak Alice.     

Alice pun sontak melepaskan pelukannya dari Anne. "Benar kak, lebih baik kita masuk kedalam. Aku tak mau kak Anne sakit."     

"Masuk ke dalam? Kalian mau masuk ke tenda? Tapi nanti Alan, bagaimana kalau dia..."     

"Tidak kak, bukan tenda kakak. Kami menyewa tenda juga disini, nanti akan kujelaskan semuanya ditenda. Sekarang lebih baik kita masuk,"sahut Alice dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Anne yang masih tak mengerti dengan semuanya hanya bisa menurut ketika diajak Alice berjalan menuju sebuah tenda yang tak jauh dari tenda tempatnya menginap bersama Alan, bertemu dengan Erick dan Alice membuat Anne lupa bahwa saat ini Alan masih berada diluar dan bisa kapan saja kembali. Anne melupakam soal Alan karena terlalu bersemangat bertemu dengan orang-orang yang ia harap bisa membantunya lepas dari jerat Alan Knight Clarke, Anne lupa permintaan Alan yang memintanya untuk belajar mencintai dan menerima kehadiran Alan dalam hidupnya. Yang Anne inginkan saat ini adalah bisa kembali ke London, hidup normal kembali tanpa harus melihat Alan berada disampingnya saat membuka mata.     

***     

"Iya, tolong carikan obat terbaik untuk mengurangi luka memar,"pinta Alan kepada seorang petugas di kantor Camp North Tour, Alan yang sebenarnya ingin menenangkan diri setelah perdebatannya dengan Anne tiba-tiba teringat akan luka memar ditubuh Anne. Karena itu mendatangi kantor Camp North Tour untuk mencarikan obat untuk luka ada ditubuh Anne.     

Bersambung     

Hallo sahabat pembaca \(^_^)/     

Terima kasih sudah menunggu novel saya terbit. Bagi yang ingin membaca novel berikutnya, Saya rekomendasikan novel sahabat saya "dewisetyaningrat" dengan judul "CIUMAN PERTAMA ARUNA" aku yakin kakak-kakak penasaran. So, tambahkan ke daftar pustaka. ^_^     

Salam hangat Anne-Jack     

Dan jangan lupa ikuti kisah Angelica dalam Cruel CEO : The Forgotten Princess, secepatnya Angelica akan di update secara rutin di webnovel tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.