I'LL Teach You Marianne

Dokter Pribadi



Dokter Pribadi

0Suara ketukan di pintu yang cukup keras membuat Anne akhirnya terbangun dari tidur siangnya, dengan perlahan ia bangun dari ranjang dan menuruni anak tangga menuju lantai satu untuk membuka pintu kamarnya yang sudah hampir 5 menit digedor-gedor dari luar tanpa henti. Walaupun ia sudah berhenti bersin namun rasa sakit di kepalanya belum mau pergi dari tubuhnya. Oleh karena itu ia memilih membuka pintu kamarnya untuk mencari tau siapa yang mengetuk pintu kamarnya tanpa henti itu, ia tak bisa tidur dalam kondisi berisik.     

"Oh God siapa yang mengetuk pintu kamarku sampai seperti itu," ucap Anne pelan sambil berjalan pelan menuju pintu sambil menyentuh kepalanya yang terasa seperti di pukul-pukul itu.     

Setelah perjuangan panjang Anne akhirnya sampai di depan pintu, dengan perlahan ia meraih handle pintu kamarnya dan membukanya dengan perlahan. Hembusan angin dari luar langsung masuk ke dalam kamar Anne begitu pintu terbuka lebar.     

"Aku kira kau kemana Anne, aku sudah menutup pintu kamarmu lebih dari 5 menit tapi kau baru membukanya sekarang. Kau ingin membuatku khawatir? Memangnya apa yang sedang kau lakukan sampai lama sekali membuka pintu?" tanya sang pengetuk pintu yang ternyata adalah Aaron dengan pertanyaan bertubi-tubi memberondong Anne yang masih bersandar pada pintu.      

"Kalau kau banyak bertanya seperti itu, lalu pertanyaan mana yang harus apa jawab pertama kali Aaron," jawab Anne sambil berusaha tersenyum.      

"Jawab saja yang.. "     

Deg!      

Aaron menghentikan perkataannya saat menyadari kalau wajah Anne terlihat jauh lebih pucat dari biasanya, keringat dingin pun terlihat menetes dari kening Anne dalam jumlah yang cukup banyak. Tanpa bicara Aaron langsung mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Anne yang tertutup oleh rambut.      

"Kau sakit Anne!!" pekik Aaron dengan keras.     

"Hanya flu biasa," jawab Anne singkat.     

"Flu biasa apanya, cepat kita ke dokter," sahut Aaron dengan cepat sambil meraih tangan Anne untuk diajak keluar dari kamar.     

"Kau tak usah repot-repot Aaron aku baik-baik saja," jawab Anne pelan saat berjalan menuju lift.     

Aaron yang bisa merasakan kalau Anne tak hanya flu biasa pun mengunci mulutnya, ia bisa merasakan kalau Anne sedang demam. Tangannya yang sedang ia cengkram saja terasa sangat panas dan itu membuat dirinya khawatir, oleh karena itu Aaron menutup bibirnya rapat karena tak mau kalau ia akan memarahi Anne karena sakit.     

"Aaron, aku baik-baik saja...hatchiiiii," Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena bersin saat ada di dalam lift.      

Tanpa bicara Aaron menyerahkan sapu tangannya agar digunakan oleh Anne, yang kemudian diterima oleh Anne dengan cepat untuk menutupi hidungnya yang tiba-tiba meler kembali. Anne menutupi hidungnya saat ada di dalam lift menggunakan sapu tangan dari Aaron agar tak menularkan virus flu yang menyerangnya.     

Apa yang dilakukan oleh Anne adalah sebuah tindakan yang tepat, karena saat lift sampai di lantai 8 tiba-tiba banyak orang yang masuk dan beberapa diantaranya terlihat anak kecil yang masih sangat aktif. Karena tak mau menukarkan sakitnya pada anak-anak itu Anne memundurkan langkahnya mendekati Aaron, ia berusaha menjauhi anak-anak kecil yang sedang sangat aktif dan bergurau di dalam lift. Menyadarinya hal itu Aaron tersenyum, ia lalu meminta Anne untuk bergeser di tempatnya yang ada di pojok. Sehingga saat ini Anne terlihat seperti sedang ada dalam perlindungan Aaron yang menjadi tameng dari orang-orang yang baru masuk itu.     

"Kau kuat berdiri?" tanya Aaron setengah berbisik.     

Anne menganggukan kepalanya perlahan menjawab pertanyaan Aaron, melihat apa yang dilakukan Anne membuat Aaron tersenyum. Ia lalu meraih kepala Anne dan membelainya dengan perlahan sambil tersenyum.      

"Sabar ya, kita akan kerumah sakit," bisik Aaron lembut sambil menundukkan kepalanya sedikit ke arah Anne yang lebih pendek 3 cm darinya itu.     

"Tapi kita tak perlu ke rumah sakit Aaron, aku baik-baik saja," ucap Anne pelan.     

"Aku tau kau baik-baik saja, maka dari itu kita ke rumah sakit sebentar ya," jawab Aaron dengan nada meninggi menyudahi perdebatannya dengan Anne.     

Mendengar perkataan Aaron membuat Anne akhirnya menutup mulutnya, ia menyadari kalau Aaron sedang marah. Karena itu ia hanya bisa pasrah dan menurut saja ketika akan diajak ke rumah sakit, apalagi saat ini sakit di kepalanya masih sering hilang timbul dan membuatnya tidak nyaman.     

Tak lama kemudian lift akhirnya berhenti di lobby, satu persatu mereka keluar dari lift termasuk Aaron dan Anne yang keluar paling akhir. Karena sedikit gerimis Aaron memerintahkan Anne tetap menunggu di dalam gedung saat ia mengambil mobil yang sedang terparkir tak jauh dari pintu masuk apartemen, untung saja Aaron memarkirkan mobilnya di luar tidak di parkiran bawah tanah. Jadi dia tak membutuhkan waktu lama untuk masuk ke dalam mobil, saat mobil yang dikendarai oleh Aaron sampai di pintu pintu lobby apartemen  Anne langsung melangkahkan kakinya perlahan menuju mobil Aaron. Ia lalu naik secara perlahan dan langsung bersandar di kursi yang ternyata sudah diatur oleh Aaron agar nyaman digunakan oleh Anne.     

Karena alarm keamanan berbunyi, Aaron kemudian membantu Anne memakaikan sabuk pengaman. Anne yang sudah merebahkan tubuhnya di kursi sampai lupa memakai sabuk pengaman, padahal ia selalu marah pada Linda jika Linda lupa memakainya saat mereka pergi bersama.     

"Terima kasih," ucap Anne lirih saat Aaron selesai memakaikan sabuk pengaman padanya.     

"It's ok Anne, istirahat saja. Kita akan ke rumah sakit tempat dokter pribadiku praktek dan jaraknya agak jauh dari tempat ini," jawab Aaron pelan sambil menginjak gas mobilnya.     

"Kenapa harus ke rumah sakit dokter pribadimu, kita bisa ke rumah sakit atau klinik terdekat saja Aaron," protes Anne pada Aaron.     

"Aku hanya mempercayakan pengobatan kepadanya jika sedang sakit, oleh karena itu aku ingin kau juga mendapatkan perawatan yang sama sepertiku. Jadi sekarang kau diam saja dan istirahatlah, dalam waktu 30 menit kita akan sampai di tujuan," sahut Aaron dengan cepat sambil menambah kecepatan mobilnya ketika sudah sampai di jalan raya.      

Karena tak mau membuat Aaron marah akhirnya Anne menuruti perkataan pria yang sedang konsentrasi membawa mobil di sampingnya, karena kepalanya benar-benar tak bisa diajak kompromi sama sekali akhirnya Anne memejamkan kedua matanya. Ia berharap sakit kepala yang menyerangnya bertubi-tubi itu pergi saat ia memejamkan kedua matanya. Melihat Anne memejamkan kedua matanya Aaron tersenyum, ia semakin yakin kalau sebenarnya Anne benar-benar sedang sakit.     

"Tahan Anne, kita akan sampai di tempat dokter Robin sebentar lagi," ucap Aaron lirih sambil menambah kecepatan mobilnya.      

Karena jalanan sedang sepi pasca hujan turun hujan, Aaron tak mendapatkan kesulitan berarti ketika pergi menuju Rumah Sakit tempat dokter Robin praktek. Jarak yang biasanya tempuh dalam waktu 30 menit, kali ini hanya membutuhkan waktu 20 menit saja dan Aaron bersyukur akan itu. Ia benar-benar khawatir pada Anne yang tubuhnya semakin demam tinggi.     

Saat mobil Aaron memasuki area Rumah Sakit beberapa orang security langsung menyambutnya karena sudah mengenali siapa pemilik mobil mewah itu, Aaron langsung membuka sabuk pengamannya dan langsung keluar dari dalam mobil. Ia lalu berputar ke arah yang lain untuk membuka sabuk pengaman yang masih terpasang di tubuh Anne, saat sampai di depan gerbang rumah sakit Aaron sudah mencoba membangunkan Anne yang masih terlelap namun karena tak ada jawaban akhirnya Aaron panik. Ia langsung menyadari kalau Anne pingsan, oleh karena itu tanpa banyak membuang waktu ia langsung menggendong tubuh Anne ala bridal style menuju ke dalam rumah sakit tanpa menggunakan kursi roda yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk para pasien. Aaron membawa Anne menuju ke ruangan IGD untuk mendapatkan perawatan secara langsung oleh dokter, rupanya dokter Robin sudah standby di depan rumah sakit begitu Aaron mengatakan kalau ia sudah hampir sampai di rumah sakit.      

Saat Aaron membaringkan Anne diatas ranjang, dokter Robin langsung bertindak tanpa diminta oleh Aaron. Ia langsung memeriksa kedua mata Anne yang terpejam dan menggunakan stetoskopnya untuk mendengarkan detak jantung Anne, sementara itu seorang perawat nampak mengeluarkan sebuah termometer untuk memeriksa tubuh Anne. Ia meletakkan termometer di antara ketiak Anne dalam waktu 1 menit dan langsung menunjukkan hasilnya kepada dokter Robin yang kemudian menganggukan kepalanya perlahan.      

"Bagaimana dok?"tanya Aaron tidak sabar.     

"Nona ini harus menginap di rumah sakit malam ini, saya akan meminta beberapa suster untuk menyiapkan kamar perawatannya dan untuk saat ini saya akan memasangkan infus untuk mengembalikan cairan tubuhnya yang sudah banyak sekali menghilang," jawab dokter Robin dengan cepat.     

"Sakit apa dia dok?" tanya Aaron khawatir.     

"Sepertinya nona ini terkena flu biasa, namun karena suhu tubuhnya yang tinggi dan dehidrasi maka saya sarankan dia mendapatkan perawatan malam ini supaya lekas pulih. Namun kalau anda ingin membawanya pulang bisa saja akan tetapi…"     

"No,rawat saja. Aku ingin dia mendapatkan perawatan terbaik disini," ucap Aaron dengan cepat memotong perkataan dokter Robin.     

Dokter Robin tersenyum mendengar perkataan Aaron, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Dengan hati-hati ia memasangkan jarum infus ke tangan kiri Anne yang sudah diperiksa terlebih dahulu untuk mencari pembuluh darahnya, karena kulit Anne yang putih pembuluh darahnya bisa dilihat dengan jelas dengan cepat.     

Tepat setelah dokter Robin selesai memasang infus di tangan kiri Anne, terlihat masuk beberapa orang suster memberitahukan kalau mereka sudah menyiapkan kamar untuk Anne. Tanpa menunggu lama akhirnya Anne dibawa ke kamar yang dimaksud atas perintah Aaron, mungkin untuk orang lain membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk mendapatkan kamar. Apalagi kalau ia belum melakukan registrasi, namun karena Anne itu dibawa oleh Aaron akhirnya ia mendapatkan tindakan dengan cepat. Semua staf di rumah sakit sudah mengenal Aaron dengan baik, terutama para petingginya. Oleh karena itu para petugas itu tak banyak bicara dan langsung melakukan tindakan perawatan yang terbaik pada Anne seperti sedang merawat Aaron.       

"Tenang saja, gadismu baik-baik saja Tuan," ucap dokter Robin pelan sambil menepuk pundak Aaron saat Anne sudah berhasil pindah ke kamar VIP.     

"Syukurlah dok, aku takut sekali. Tadi dia tak menjawab panggilanku di dalam mobil, makanya aku panik dok," jawab Aaron dengan cepat sambil menatap Anne yang terlihat sudah lebih baik, pipi pucat seperti mayatnya sudah menghilang. Kini wajahnya terlihat kembali memerah, karena aliran darahnya sudah lebih baik.     

"Semuanya akan baik-baik saja, ya sudah aku permisi Tuan muda masih banyak pasien yang harus aku urus," pamit dokter Robin sambil tersenyum.     

"Terima kasih dok bantuannya, maaf merepotkan," sahut Aaron lirih.      

"Its ok, ini pekerjaanku Tuan," jawab dokter Robin sambil melangkahkan kakinya meninggalkan ruang perawatan Anne, senyumnya tersinggung setelah keluar dari kamar VIP itu.      

Saat dokter Robin sudah keluar Aaron meraih kursi dan duduk disamping ranjang Anne, dengan perlahan ia meraih wajah Anne menggunakan tangan kirinya.      

"Kau harus sembuh Anne, ingat kau harus memasak untukku. Aku lapar Anne, aku belum makan dari tadi malam setelah kembali dari apartemenmu," bisik Aaron lirih.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.