I'LL Teach You Marianne

Feeling



Feeling

0Empat hari sudah berlalu sejak Anne bertemu dengan Alan di depan restoran, selama empat hari itu pula Anne mengurung dirinya dikamar hotel. Linda yang memahami perubahan mood Anne pun tak memaksa Anne untuk ikut terjun kelapangan, ia memberikan waktu pada sahabatnya itu untuk menenangkan diri. Jadi selama empat hari Linda lah yang memegang kamera Anne untuk melakukan tugas, meskipun hasil foto yang ia ambil tak sebagus Anne akan tetapi ia cukup puas karena tak ada satu hari pun yang terlewat.      

"Anne aku berangkat ya,"pamit Linda pelan pada Anne yang sedang duduk menatap jendela dari dalam kamar dalam posisi duduk di kursi dengan kedua kaki yang ia peluk erat.     

Mendengar suara Linda membuat Anne tersadar. "Aku ikut, tunggu aku Linda."      

Linda menggelengkan kepalanya, ia juga menekan pundak Anne agar tak bangun dari kursinya. "Kau di kamar saja, serahkan semuanya padaku. Selesaikan pergulatan dalam hatimu Anne, tenang saja Belinda Gibson bisa diandalkan."     

Anne menatap Linda dengan mata sayu dan lelah, selalu tidur hampir pagi membuat Anne mengalami kelelahan fisik yang terlihat jelas dan Linda sedikit khawatir tentang kondisi Anne. Karenanya ia meminta Anne untuk tetap ada di kamar hotel hari ini.      

"Maafkan aku, aku selalu merepotkanmu Linda,"ucap Anne lirih.     

"Ish anak ini, bicara apa kau ini. Sudah seharusnya kita bergantian, ingat Anne kita satu tim. Lagipula ini adalah kali pertama aku memimpin jalannya operasi kali ini, semester-semester lalu kan selalu kau yang turun tangan. Jadi ini giliranmu,"jawab Linda penuh semangat.      

"Kau serius tak masalah?"Anne kembali bertanya serius.      

"Iya, jangan remehkan aku Anne. Ya sudah aku berangkat ya, aku akan berburu bersama teman-teman lainnya di dekat gereja yang tak jauh dari air mancur yang kemarin aku ceritakan. Disana banyak sekali pejalan kaki dan sangat luar biasa, nanti kalau kau sudah jauh lebih baik akan kuajak kau kesana Anne. Tapi untuk saat ini lebih baik kau dikamar, makan tepat waktu dan istirahat. Jangan sentuh laptop lagi, kau butuh istirahat Anne. Tubuhmu butuh itu,"jawab Linda tegas.      

"Baiklah, aku istirahat lagi hari ini. Kalau terjadi sesuatu hubungi aku Linda,"ucap Anne pelan.     

Linda terkekeh mendengar perkataan Anne, karena sudah terdengar suara ketukan di pintu Linda kemudian meninggalkan seorang diri di dalam kamar hotel. Tak lama kemudian di depan kamar Anne pun sudah kembali hening karena semua teman-temannya sudah pergi, termasuk Linda. Anne membuka jendela kamarnya dan melambaikan tangan pada Linda yang baru saja keluar dari hotel, senyum Anne mengembang saat melihat Linda berjalan penuh semangat bersama teman-temannya yang lain menyusuri jalan setapak meninggalkan area hotel untuk melanjutkan tugas.      

Setelah Linda tak terlihat lagi Anne lalu masuk kembali ke dalam kamar hotelnya dan duduk diatas ranjang, perlahan Anne meraih laptopnya dan membuka beberapa artikel yang selama empat hari terakhir ia baca. Anne benar-benar tak percaya kalau pria yang kemarin ia temui adalah Alan Knight Clarke, bukan Jack. Padahal sebelumnya Anne sudah berharap sekali kalau pria itu adalah Jack, namun setelah membaca semua artikel yang berhasil di download hati Anne kembali hancur. Harapannya pun sirna seketika, karena sebenarnya Anne sangat berharap kalau pria yang ia temui kemarin adalah Jack. Pasalnya di artikel yang ada di layar monitor laptop Anne terlihat jelas bagaimana perjalanan hidup seorang Alan Knight Clarke beserta kisah cintanya yang berhasil tercium media.     

"Kau ternyata bukan Jack, kau benar-benar orang lain. Tapi kenapa hatiku merasa kau adalah Jack, semakin aku berusaha untuk menyangga dirimu adalah Alan Knight Clarke semakin besar pula keyakinan ku kalau kau adalah Jack,"ucap Anne lirih sembari meraba foto Alan yang sedang berpose disamping mobil Ferrari kesayangannya.     

"Cara bicara kalian juga sangat berbeda jauh, saat Jack bicara aku bisa merasakan kehangatan dari kedua matanya tapi saat berbicara dengan Alan kemarin aku tak menemukannya kehangatan itu. Apa ini Tuhan, kenapa aku diberikan ujian seperti ini lagi disaat aku sudah merelakan Jack. Kenapa Kau kirimkan seorang pria yang sangat mirip dengan Jack dalam kehidupanku lagi Tuhan." Anne bergumam lirih dengan mata terpejam sembari memeluk ponselnya yang menunjukkan foto dirinya dan Jack di depan York Minster dua tahun yang lalu, sesaat setelah mereka mengucap janji setia.      

Anne pun akhirnya terlelap, ia tertidur dengan damai sekali. Setelah menyakinkan diri kalau pria yang beberapa hari yang lalu ia temui bukanlah Jack, Anne akhirnya tertidur. Lingkar hitam dibawah kedua matanya menunjukkan betapa kurang tidur dan lelahnya dirinya.      

*****     

Kediaman keluarga Clarke     

Tuan David Clarke yang sudah tak pernah datang ke kantor lagi karena kondisi kesehatannya yang tak memungkinkan lagi saat ini sedang duduk di taman bersama Luis, ia membaca berita tentang Alan melalui ponsel pintarnya.      

"Kek, aku berangkat!!"pekik Alan keras saat baru saja turun dari lantai dua.      

"Tuan besar di taman tuan,"ucap seorang pelayan dengan sopan.     

Dengan mulut penuh dengan apel yang baru ia ambil dari meja Jack menoleh ke arah sang pelayan dan menunjuk ke arah taman yang berada di belakang rumah.      

"Bukan tuan muda, tuan besar bersama Luis ada di taman samping,"jawab sang pelayan kembali merespon bahasa tubuh yang diberikan Alan.     

"O-ok thanks Kenny,"ucap Alan susah payah sambil terus mengunyah apel yang berada di mulutnya sambil melangkahkan kakinya menuju taman yang ditunjuk oleh sang pelayan.      

Senyum Alan mengembang lebar saat melihat sang kakek sedang duduk bersama asisten pribadinya menikmati segelas teh hijau tanpa gula kesukaannya.     

"Pagi kek,"sapa Alan penuh semangat.     

Tuan David Clarke menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum hangat melihat cucu kesayangannya sudah berdiri dengan gagah di hadapannya.     

"Duduklah,"ucapnya pelan.     

"Aku akan terlambat kek."Alan langsung menolak dengan tegas permintaan sang kakek.     

"Tak akan lebih dari lima menit,"ucap tuan David Clarke kembali sambil tersenyum.     

Alan tak bisa mengelak lagi jika kakeknya sudah bicara seperti itu, dengan perlahan Alan duduk di kursi yang ada di sebelah sang kakek tempat dimana sebelumnya Luis duduk.     

"Apa apa kek?"tanya Alan tak sabar.      

Dengan tangannya yang sudah penuh dengan keriput tuan David Clarke menyentuh wajah Alan. "Kakek sudah semakin tua Alan, kapan kau akan memberikan kakek hadiah perpisahan?"     

"Kakek please!!!!"     

"Kakek serius, kau juga sudah matang Alan. Sudah waktunya kau membina rumah tangga, jangan terus bermain-main. Kakek tahu kau tak menyukai Cassandra tapi cobalah cari wanita lain yang kira-kira sesuai dengan seleramu, asal dia baik dan mencintaimu kakek akan menyetujuinya tak peduli silsilah keluarganya atau dari mana ia berasal,"ucap tuan David Clarke memotong perkataan Alan dengan cepat.      

Alan menatap wajah teduh sang kakek dengan dalam, ia yakin sekali kalau kakeknya saat muda dulu pasti sangat tampan. Sisa-sisa ketampanannya masih terlihat jelas di balik wajah rentanya.      

"Aku belum menemukan wanita yang aku cari kek,"jawab Alan jujur.     

"Wanita seperti apa yang kau cari? Wanita berambut panjang, bermata indah yang memiliki senyum mematikan itu?"tanya tuan David Clarke dengan cepat.     

Alan meringis sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas saat mendengar perkataan sang kakek.     

"Kalau memang kau mau gadis seperti itu, kakek rasa sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. Tapi saat kau sudah menemukannya segera bawa pulang dan kenalkan pada kakek,"ucap tuan David Clarke penuh semangat.     

"Tau dari mana kakek aku akan bertemu gadis itu?"Alan bertanya dengan bingung.     

Tuan David Clarke tersenyum dan berkata,  "Feeling."     

Bersambung     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.