I'LL Teach You Marianne

Dugaan Erick



Dugaan Erick

0Seperti yang Erick tebak sebelumnya, Jhonny dan Edmund yang merupakan mantan keluarga Jack datang. Ayah dan anak itu datang ke Muller Finance Internasional yang ada di London dan membuat kekacauan, ayah dan anak itu berteriak-teriak meminta untuk diijinkan bertemu dengan Jack. Namun karena menganggap mereka tidak sopan para petugas keamanan melarang mereka untuk masuk lebih jauh lagi menuju ruangan Jack.      

"Aku adalah pamannya, kalian benar-benar tidak sopan. Kalau nanti aku bertemu dengan Jack akan kupastikan kalian dipecat, ingat itu,"umpat Jhonny penuh emosi kepada para petugas keamanan yang masih membuat pagar betis menahan mereka melangkah lebih jauh.      

"Iya, aku adalah Edmund. Aku adalah wakil direktur untuk induk perusahaan di Swiss, aku pastikan kalian semua pasti dipecat. Lihat saja nanti,"imbuh Edmund tak mau kalah, ia kesal sekali dilarang masuk.      

"Cepat bubar, biarkan kami masuk. Kami ingin bertemu dengan Jackson, ada hal penting yang harus kami selesaikan,"ucap Jhonny kembali.      

"Hal penting apa yang harus anda sampaikan pada tuan Muller sampai datang jauh-jauh ke London tuan Iglesias?"      

Tiba-tiba terdengar suara cukup keras dari arah belakang para petugas keamanan yang membuat pagar betis, Jhonny dan Edmund yang sudah sangat hafal suara itu nampak tersenyum sinis. Apalagi orang yang bicara itu memanggil nama belakang Jhonny yang baru ia gunakan pasca ia dilarang memakai nama Muller lagi setelah kalah di pengadilan karena terbukti memang tak memiliki hubungan apapun dengan Jackson Patrick Muller yang merupakan satu-satunya pewaris nama Muller di Swiss yang memimpin sebuah perusahaan pendanaan terbesar di negara indah itu. Dan seperti dugaan Jhonny dan Edmund sosok Erick pun muncul dari balik pagar betis para pria berbadan kekar yang menghalau ayah dan anak itu masuk.      

"Kau rupanya tak berubah Erick, kau masih sombong seperti dulu saat berada di Swiss,"ucap Edmund sinis pada Erick yang berdiri dihadapannya.     

"Tak ada yang berubah dariku, aku masih sama seperti dulu masih melayani Tuan Muller,"jawab Erick pelan, sedikit menyindir Edmund yang selama ini masih mengaku sebagai seorang Muller pada banyak orang.      

Edmund yang tahu kemana arah pembicaraan Erick langsung mengepalkan tangannya dan hendak melayangkannya pada wajah Erick, namun Jhonny sang ayah melarangnya.      

"Mulutmu masih tajam Erick, tak heran jika kau betah disamping Jack. Sudahlah karena kami datang jauh-jauh dari Swiss kami akan langsung ke inti saja, biarkan kami masuk dan menemui Jack. Ada hal penting yang harus aku bicarakan padanya,"ucap Jhonny dengan gua bicara yang dibuat sok bijak berusaha meraih hati Erick.      

"Bertemu dengan Tuan? Ada perlu apa? Sampaikan saja kepada saya, nanti saya akan menyampaikannya secara langsung pada Tuan Muller,"tanya Erick pelan tanpa merubah ekspresi wajahnya.     

Kemarahan Edmund sudah tak bisa dibendung lagi, dengan gerakan cepat ia mendekati Erick dan langsung mencengkram kerah pakaian Erick sehingga membuat para petugas keamanan maju berusaha untuk menghentikan apa yang Edmund lakukan. Namun Erick dengan cepat mengangkat satu tangannya ke atas, memberikan kode pada para pria itu untuk tak ikut campur.      

"Kau masih belum berubah Edmund, masih emosional dan arogan. Pantas saja Tuan menyingkirkanmu dari perusahaan,"ucap Erick pelan dengan sarkas, menyindir pemecatan Edmund dari jajaran petinggi Muller Finance Internasional yang ada di Swiss.      

"Bajingan, jangan panggil aku Edmund kalau aku tak bisa menghabisimu Erick!!"pekik Edmund penuh emosi tepat didepan wajah Erick, tangannya yang sudah terkepal sejak tadi langsung melayang ke udara berusaha memukul wajah Erick namun lagi-lagi snagy ayah menahan dirinya dan menarik Edmund menjauh dari Erick.      

"Dad, kenapa kau melarangku? Biarkan aku menghajarnya, orang seperti dirinya itu harus disingkirkan supaya tak semakin arogan,"protes Edmund pada ayahnya.      

"Jangan cari masalah Edmund, kau tahu kan tujuan kita untuk apa? Jadi lebih baik tahan emosimu, kita harus bertemu Jackson terlebih dahulu,"ucap Jhonny lirih pada putranya yang sedang menggila itu.     

Amarah Edmund pun langsung meredup saat ditenangkan oleh ayahnya, edmund kembali tenang dan berusaha mengabaikan Erick yang berusaha memancing emosinya.     

"Maafkan anakku Erick, Edmund memang masih suka kekanak-kanakan. Tapi percayalah ia tak seperti yang dibayangkan, Edmund hanya terlalu bersemangat ingin menemui Jack saudaranya. Sudah cukup lama mereka tak bertemu, jadi wajar kalau misalkan Edmund sedikit berlebihan,"ucap Jhonny pelan mencoba mencairkan suasana.      

Erick hanya tersenyum mendengar perkataan Jhonny. "Tak apa Tuan, ini mungkin juga kesalahan saya yang kurang baik dalam menyambut kedatangan Anda berdua di perusahaan ini."      

Jhonny tersenyum mendengar perkataan Erick, ia pun melangkahkan kakinya mendekati Erick dan langsung melingkarkan tangannya ke pundak Erick. "Aku memang anak baik Erick, aku tahu itu,"bisik Jhonny pelan pada Erick, pria bermata biru itu berusaha untuk merayu Erick agar bisa bertemu dengan Jack.      

"Anda jangan terlalu memuji saya Tuan, saya tak seperti yang anda katakan. Oh ya tadi Edmund mengatakan ingin bertemu dengan Tuan Muller, memangnya ada hal penting apa yang ingin anda sampaikan pada Tuan saya?"tanya Erick to the point, Erick memang sengaja menyebut Jack dengan sebutan nama belakangnya agar Jhonny dan Edmund sadar bahwa mereka bukanlah seorang Muller seperti yang mereka sering katakan kepada banyak orang tentang identitas keluarga mereka yang sebenarnya. Seperti yang selama ini Erick ketahui Jhonny dan Edmund masih berusaha menggunakan nama Muller tiap ingin mendekati atau menjalin kerjasama dengan pengusaha lainnya, karena setiap orang yang mendengar nama Muller pasti tidak akan berpikir dua kali jika diajak bertemu.      

Senyum diwajah Jhonny perlahan hilang mendengar perkataan Erick, ia kini mengerti kenapa anaknya sangat kesal kepada anak muda yang sedang ia rangkul itu. Namun karena ia memiliki tujuan besar datang ke London akhirnya Jhonny berusaha menutupi kekesalannya dan berusaha sabar.      

"Sebagai paman yang pernah  tinggal satu rumah dengan Jack saat ia masih kecil tentu tidak ada alasan bukan jika aku ingin menemuinya, lagi pula aku yakin Jack pun tidak keberatan jika menemui kami berdua,"ucap Jhonny lembut.      

Erick tersenyum, ia kemudian meraih tangan Jhonny yang masih bersandar di pundaknya. "Maaf Tuan, saya adalah pegawai disini. Saya hanyalah pekerja yang harus patuh pada aturan yang dibuat atasan dan atasan saya adalah Tuan Muller, jadi saya harus tunduk pada aturan yang beliau buat. Dan mengenai sikap saya sebelumnya pada Edmund pun sama seperti kepada anda, saya harus bertanya apa kepentingan anda datang ke kantor ini. Karena saat ini Tuan Muller sedang tidak ada di kantor, beliau sedang ada urusan pribadi yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi saya harus bertanya langsung kepada anda berdua mengenai maksud dan tujuan Anda kemari supaya saya bisa mengkonfirmasikan kepada tuan Muller."      

"Fuck!!! Katakan sejak tadi brengsek, jangan berbasa-basi seperti itu. Kau memang mencari masalah terus denganku Erick, tunggu waktunya kau pasti akan ku buat menangis darah. Lihat saja itu!!"umpat Edmund penuh emosi saat tahu Jack sedang tak ada dikantor. "Ayo pergi Dad, aku mual sekali melihat wajah pria ini,"imbuh Edmund kembali mengajak ayahnya pergi dari hadapan Erick.     

Jhonny sebenarnya juga marah saat mendengar perkataan Erick mengenai tidak adanya Jack di kantor saat ini, namun karena ia tahu marah-marah tak akan menyelesaikan masalah akhirnya Jhonny menahan diri. Ia tak mau mempersulit dirinya jika harus bertengkar dengan Erick saat ini di hadapan semua orang, di mana ia belum mencapai tujuan yang ia inginkan.      

Karena melihat Edmund langsung berjalan menuju lift, Jhonny pun menyusul putranya setelah berpamitan secara singkat kepada Erick. Akhirnya ayah dan anak itu pun menghilang dari pandangan Erick yang kini terlihat tidak, ia yakin ayah dan anak itu memiliki tujuan lain datang ke London. Tanpa berpikir dua kali Erick pun mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Jack untuk mengabarkan apa yang baru saja terjadi di kantor, meskipun Jack sudah berpesan kepadanya untuk tidak mengganggunya selama satu hari ini namun Erick tak memperdulikan peringatan dari tuannya itu. Erick yakin kedatangan Edmund dan Jhonny Iglesias punya tujuan besar, karenanya Jack harus tahu mengenai hal besar ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.