I'LL Teach You Marianne

X friend



X friend

0Suara tepuk tangan yang sangat meriah mengiringi langkah seorang pria yang sangat dikenal baik oleh Anne, seorang pria yang membuat luka besar di dalam dirinya sejak tiga tahun yang lalu. Disaat semua orang bertepuk tangan dengan penuh semangat terutama para gadis, hanya Anne saja yang masih melipat tangannya di atas meja sehingga membuat Linda yang duduk di sebelahnya merasa tak enak. Ia berkali-kali menyikut tubuh Anne, memberikan kode kepadanya agar ikut bertepuk tangan. Namun Anne tak menghiraukan kode yang diberikan oleh Linda, ia masih menatap tajam kearah Leon yang berdiri menghadap mereka semua dengan senyum ramah yang tersungging di wajahnya.      

Dari tempat duduknya, Edward yang melihat Anne diam saja sejak tadi menyungging sebuah senyum tipis di wajah tampannya. Ia senang karena Anne tak tergoda liburan tiga hari ke Irlandia itu yang menurutnya biasa saja.      

"Ok anak-anak tenang, biarkan Tuan Leonardo Ganke bicara," ucap Profesor Gilbert dengan suara keras sambil mengangkat tangannya ke udara berusaha menenangkan para mahasiswa.     

"Biarkan saja Prof," bisik Leon pelan pada sang profesor.     

"Jangan dibiasakan tuan, anak-anak ini harus tau sopan santun," jawab Profesor Gilbert kembali.     

Prok     

Prok     

Prok     

Suara tepuk tangan dari Profesor Gilbert akhirnya meredam semua kebisingan yang terjadi di ruang kelas, para mahasiswa pun menghentikan teriakannya masing-masing dan kembali duduk tenang menatap seorang Leonardo Ganke yang dianggap pahlawan karena sudah memberikan liburan gratis ke Irlandia selama tiga hari.     

"Terima kasih semuanya karena sudah mau tenang, sekarang mari kita dengarkan penjelasan dari Tuan  Leonardo Ganke atas liburan yang menyenangkan ini," ucap Profesor Gilbert kembali sembari memberikan kesempatan kepada Leon untuk berbicara.     

"Thanks Prof," bisik Leon lirih.     

"Your welcome sir," jawab Profesor Gilbert pelan sambil tersenyum.     

Leon kemudian mengambil posisi duduk di depan para mahasiswa di samping Profesor Gilbert yang sedang melipat kedua tangannya di dada, ia masih terdiam beberapa saat sembari menatap para mahasiswa di depannya. Ia menyunggingkan senyumnya saat menatap Anne yang sejak tadi tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Leon.      

"Seperti yang dikatakan oleh Profesor Gilbert sebelumnya, saya ingin memberikan sedikit hadiah untuk teman-teman semua yang sudah bekerja keras untuk pertunjukan kemarin. Jujur saya sangat kagum atas pertunjukkan kalian semua, oleh karena itu saya ingin memberikan hadiah kecil untuk kalian berupa liburan ke Irlandia selama tiga hari. Saya tau ini bukanlah sebuah hadiah yang wah bagi kalian, tapi saya harap dengan liburan ini setidaknya bisa membuat kalian lebih bersemangat lagi untuk menjalani hari dan melakukan yang terbaik seperti yang kalian lakukan kemarin saat melakukan pertunjukan luar biasa itu," ucap Leon panjang lebar.     

"Terima kasih tuan liburannya,"     

"Ini sudah sangat keren tuan,"     

"Kami sangat senang Tuan,"     

"Anda yang terbaik Tuan Ganke,"     

Terdengar jawaban dari para mahasiswa dengan keras merespon perkataan Leon disertai tepuk tangan kembali, mendapatkan sambutan seperti itu membuat Leon senang. Namun ia merasa sedikit kecewa ketika melihat ke arah Anne yang tidak memberikan ekspresi apapun, di saat para mahasiswa lainnya terlihat sangat antusias.      

Setelah berbicara panjang lebar Leon kemudian pergi bersama Profesor Gilbert menuju ruang pribadi sang Profesor, untuk melakukan pendataan mahasiswa yang akan ikut pergi ke Irlandia berdasarkan data arah mahasiswa yang kemarin ikut berkontribusi dalam pertunjukan. Ia harus menghitung secara detail berapa jumlah tiket yang harus disiapkan untuk liburan tiga hari kedepan itu, bagi seorang Leon yang perusahaannya saat ini berkembang sangat pesat menyediakan enam puluh tiket pesawat dan hotel selama tiga hari untuk para mahasiswa itu bukanlah hal yang sulit.      

"Orang itu pasti kaya sekali ya Anne," bisik Linda pelan.     

"Menurutmu?" tanya balik Anne malas.     

"Pasti sangat kaya, lihatlah dia memberikan kita liburan mewah Anne," jawab Linda penuh semangat.     

Anne hanya tersenyum paksa mendengar perkataan Linda, ia sama sekali tak berminat dengan liburan yang dibuat oleh Leon itu. Baginya semua hal yang berhubungan dengan Leon sangat tak menarik, bahkan saat Leon berbicara tadi Anne kembali terbayang adegan penghianatan yang dilakukan oleh Leon dan Steffi di malam ia keluar dari rumah mewah Leon. Dimana dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Leon bercinta dengan Steffie, di kamar yang seharusnya menjadi kamarnya sebagai Nyonya Ganke.     

Saat mahasiswa yang lain sedang ribut mengumpulkan data diri sebagai syarat untuk keikutsertaan pergi ke Irlandia Anne justru merapikan bukunya yang ada di atas meja,hari ini tidak ada mata kuliah lain karena diliburkan. Ternyata mereka diminta datang hari ini ke kampus hanya untuk mendapatkan informasi yang mengejutkan ini dari seorang Leonardo Ganke itu yang menurut Anne sangatlah tidak penting sama sekali.     

"Kau tak ikut mengumpulkan data seperti yang lain Anne?" tanya Edward pelan pada Anne yang sedang memasukkan buku ke dalam tas.     

"Sepertinya aku tidak akan ikut," jawab Anne dengan cepat     

"Kenapa? padahal para mahasiswa yang lain terlihat sangat antusias sekali ingin pergi ke Irlandia,  jarang-jarang bukan kita mendapatkan liburan gratis seperti ini. Apalagi selama tiga hari di luar negeri pula," ucap Edward kembali.     

"Iya kau benar, tapi lebih menyenangkan jika kita bisa berlibur dengan hasil jerih payah sendiri. Lagipula aku harus bekerja, jadi tak mungkin aku meninggalkan pekerjaanku," sahut Anne lembut sambil tersenyum.     

Edward terdiam mendengar perkataan Anne, ia tak bisa mencari bahan percakapan yang lain lagi saat ini. Karena yang dikatakan Anne itu sangat masuk akal.      

"Linda, aku pulang ya," bisik Anne pelan sambil menepuk pundak Linda yang sedang menatap ponselnya dengan mata berkaca-kaca.     

"Aku ikut Anne," jawab Linda lirih.     

"Eh kau menangis Linda?"tanya Anne kaget saat melihat mata Linda yang berkaca-kaca.     

"Kita bicara diluar saja Anne, kau tak mau ada yang mendengarnya,"jawab Linda terisak, ia terlihat sekali berusaha menahan air matanya agar tidak turun.     

Setelah berkata seperti itu Linda kemudian bangun dari kursinya dan berjalan menuju pintu keluar sambil menunduk dengan tertunduk, melihat Linda keluar seperti itu membuat Anne terdiam. Ia yakin sudah terjadi sesuatu pada teman baiknya itu.      

"Aku harus menyusul Linda, bye Edward," ucap Anne pelan berpamitan pada Edward yang masih duduk disebelahnya.     

"Ok," jawab Edward pelan mempersilahkan Anne keluar dari kelas, melihat Anne pergi seperti itu membuatnya tak memiliki semangat lagi untuk ada di dalam kelas.     

Tak lama kemudian Edward mengajak anak buahnya untuk pergi meninggalkan ruang kelas, ia akhirnya memutuskan untuk tak ikut pergi ke Irlandia. Baginya jika Anne tidak ikut berlibur maka tak ada alasan lain untuknya ikut pergi.     

Anne mempercepat langkah kakinya menyusul Linda yang berjalan menuju kantin, sesampainya di kantin Anne duduk santai menunggu Linda membuka mulutnya untuk bercerita.      

"Aku tak bisa ikut liburan gratis itu Anne," ucap Linda dalam membuka pembicaraan.     

"Kenapa, bukankah tadi kau sangat senang sekali saat mengetahui kita mendapatkan liburan gratis ke Irlandia?"tanya Anne kaget.      

"Aku harus bekerja Anne, ternyata saat aku melihat jadwal kerja selama dua minggu kedepan aku harus bekerja. Aku tak memiliki jadwal libur lagi Anne,"jawab Linda sedih.     

"Sekarang aku tanya, kau lebih memilih pekerjaanmu atau liburan gratis ini?" tanya Anne kembali.     

"Tentu saja pekerjaanku Anne, aku harus tetap bekerja untuk hidup di London. Biaya hidup di London sangatlah mahal, jadi aku harus tetap bekerja aku tak mungkin meminta uang kepada orang tuaku untuk biaya hidupku. Aku tak mau dianggap sebagai seorang anak yang tak mampu hidup mandiri, aku harus membuktikan pada orang tuaku bahwa aku bisa mewujudkan cita-citaku tanpa bantuan mereka. Seperti yang kau tau sejak aku memutuskan untuk keluar dari rumah dan mengambil pendidikan di London aku sudah bertekad untuk tidak bergantung kepada keluargaku, oleh karena itu aku harus bekerja Anne. Walau bagaimanapun aku harus memiliki biaya untuk melanjutkan hidupku, meskipun aku mendapatkan uang saku dari kampus tapi percayalah uang saku itu tidak sebesar apa yang kau bayangkan. Uang itu hanya cukup untuk aku makan selama dua minggu saja, lalu dua minggu sisanya aku harus makan apa jika tidak bekerja. Belum lagi dengan sewa tempat tinggal yang harus aku bayar enam bulan sekali, rasanya sangat mustahil aku mengorbankan pekerjaanku demi liburan yang menyenangkan ini," jawab Linda panjang lebar.     

Tanpa bicara Anne langsung memeluk Linda dengan erat, ia bangga Linda bisa berfikir jauh kedepan.      

"Pilihanmu tepat Linda, aku bangga padamu. Percayalah setelah semua pengorbananmu ini akan ada pelangi indah yang akan mendatangimu," ucap Anne pelan.     

"Amin, tapi aku sedih," sahut Linda dengan cepat.     

"Sedih? sedih kenapa lagi?" tanya Anne bingung sembari melepaskan pelukannya dari tubuh Linda.     

"Aku akan menjadi satu-satunya mahasiswa yang sibuk bekerja, sementara yang lain pergi berlibur termasuk kau," jawab Linda sedih.     

Mendengar perkataan Linda membuat Anne tertawa, ia tak menyangka kalau temannya itu akan sedih karena mengira dirinya akan ikut pergi ke Irlandia. Melihat Anne tertawa seperti itu membuat Linda terdiam beberapa saat, ia merasa kesal kepada Anne yang sudah tertawa diatas penderitaannya.     

"Ah sudahlah aku malas berbicara denganmu," ucap Linda merajuk.     

"Kenapa lagi, apa lagi yang membuatmu marah Linda. Kau ini lucu sekali," jawab Anne pelan berusaha untuk menyudahi tawanya.     

"Teruskan saja tawamu itu Anne, aku tau kau sedang bahagia. Aku tau kau senang bisa berlibur ke Irlandia, tapi jangan memamerkan kebahagiaanmu itu di depanku seperti ini karena itu...awwww" Linda tak dapat menyelesaikan perkataannya karena keningnya sudah dipukul oleh Anne dengan cukup kuat sehingga membuatnya memekik kesakitan.     

"Anne sakit!!!"protes Linda semakin marah.     

"Biarkan saja, itu hukuman untuk orang yang asal tuduh sepertimu. Kalau aku tak terima dan menuntutmu maka kau bisa masuk penjara Linda," jawab Anne ketus dengan nada meninggi.     

"Apa maksudmu?" tanya Linda sedikit takut saat mendengar Anne akan menuntutnya.     

"Maksudnya adalah aku tidak akan ikut pergi berlibur ke Irlandia seperti anak-anak yang lainnya, karena aku pun harus bekerja seperti dirimu jadi jangan asal tuduh seperti itu," jawab Anne dingin sambil menatap tajam ke arah Linda.     

"Akhhhh Anne i love you," pekik Linda keras sambil memeluk Anne dengan erat.     

"Aku kira aku akan sendirian di London, ternyata  kau juga tak pergi. Akh aku senang sekali mendengarnya," imbuh Linda kembali kegirangan sambil menambah pelukannya pada Anne.     

"Aduhhh sakit Linda, kau mau membunuhku kah?"      

tanya Anne lirih, dipeluk erat oleh Linda membuatnya tak nyaman.     

Linda langsung melepaskan pelukannya saat Anne merintih kesakitan, ia lepas kendali saat mendengar Anne mengatakan gak akan ikut ke Irlandia.     

"Dasar gadis bodoh kau Lin…"     

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat sesosok cantik yang memakai barang-barang branded baru turun dari mobil, ia terlihat berjalan dengan anggun menuju area kampus. Melihat wanita itu sontak membuat Anne bangun dari kursinya dan berjalan tanpa sadar menuju ke arah wanita itu.      

"Kau mau kemana Anne?"tanya Linda dengan cepat, ia merasa heran saat melihat Anne pergi begitu saja.      

"Aku ingin menyambut teman lama Linda, tunggu sebentar," jawab Anne pelan sambil tersenyum menatap sesosok wanita yang sangat ia kenal itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.