I'LL Teach You Marianne

Percaya dirinya Steffani



Percaya dirinya Steffani

0Mendengar perkataan Steffi membuat emosi Leon naik, tanpa pikir panjang ia langsung mencekik leher Steffi dan mendorongnya menuju dinding yang ada dibelakangnya. Kedua matanya memancarkan tatapan penuh kemarahan yang berapi-api dan belum pernah Steffi liat selama tiga tahun ia mengenal Leon.     

"Jaga ucapanmu Steffi, kalau kau tak mau tinggal di London aku tak akan  memaksamu. Bukankah tadi aku sudah mengatakan itu padamu, lalu kenapa kau membahas Marianne!!"hardik Leon penuh emosi.     

"A-aku tak bermaksud untuk…"     

"Bukannya aku dulu sudah pernah bilang padamu untuk tak mencampuri urusan bisnisku kalau kau mau menjadi istriku, apa kau lupa tentang itu Steffi?"tanya Leon kembali.     

Steffi hanya bisa diam dengan mata berkaca-kaca mendengar perkataan Leon, bukan karena rasa sakit di lehernya akan tetapi karena perkataan Leon yang mengingatkan tentang statusnya yang sebenarnya.      

"Fuck!!"      

Leon melepaskan tangannya dari leher Steffi, ia lalu berjalan masuk ke ruang kerja barunya yang belum selesai di setting oleh pekerja yang ia sewa. Selama dua hari ini Leon sibuk dengan rumah barunya ini, semua design dan furniture yang ada di dalam rumah barunya itu ia sendiri yang mengatur dan memilih. Oleh karena itu saat Steffi justru membahas tentang Marianne saat ia ingin dipuji alhasil kemarahannya memuncak, setelah Leon melepaskan cengkraman tangannya dari leher Steffi langsung jatuh ke lantai dengan air mata yang berderai.     

"Kau tak pernah sekasar ini sebelumnya Leon, kenapa kau berubah,"isak Steffi lirih sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.      

Leon yang ada di ruang kerjanya hanya bisa diam dan duduk di sofa sambil minum wine langsung dari botolnya, ia bisa mendengar isak tangis Steffi dari ruang kerjanya namun Leon tak menghiraukannya. Ia sudah terlanjur kesal pada Steffi yang berani mengungkit Marianne.     

"Dasar wanita bodoh," umpat Leon kesal sambil bangun dari sofa, Leon berjalan pelan dengan membawa botol wine di tangan kirinya.      

Kedua matanya menyipit saat melihat Steffi masih duduk dilantai dengan kedua mata yang masih basah, ia masih menangis tanpa suara.     

"Kau tidur di rumah ini, pikirkan kesalahanmu. Aku mau kembali ke hotel, kalau kau sudah sadar dengan kesalahanmu maka kau bisa menemui aku lagi di hotel," ucap Leon pelan sambil menatap Steffi tanpa berkedip.      

Setelah berkata seperti itu Leon kemudian berjalan keluar rumah barunya menghampiri mobil limo milik Hotel tempatnya menginap, rupanya saat Leon keluar sang driver mobil limo itu baru saja menurunkan barang-barang Steffi dari mobil dan hal itu membuat Leon senang.     

"Namamu siapa?"tanya Leon singkat pada sang driver.     

"Alex Tuan," jawab sang driver dengan cepat.     

"Ajukan surat pengunduran dirimu dari hotel dan jadilah supir pribadiku, mulai hari ini dan seterusnya aku akan tinggal di London dan aku membutuhkan seorang driver yang pintar sepertimu," ucap Leon tanpa basa-basi sambil tersenyum.     

"Anda serius Tuan, ini bukan sebuah gurauan bukan?" tanya Alex dengan suara meninggi.      

"Aku serius Alex, mulai seterusnya aku akan tinggal di London. Aku sedang memperluas bisnisku di sini, maka dari itu aku mencari orang-orang terbaik untuk bisa aku jadikan orang kepercayaan. Selama aku tinggal di London aku sudah memperhatikan gerak-gerikmu Alex, dan aku merasa kau adalah orang yang tepat untuk aku percayai. Oleh karena itu aku mengajakmu untuk bekerja padaku, namun kalau kau tak mau aku tak bisa memaksa,"jawab Leon panjang lebar.     

"Tentu saya bersedia tuan, saya sangat bersedia. Terima kasih tuan Leon atas kepercayaannya, saya tak akan pernah mengecewakan anda. Saya berjanji akan bekerja dengan baik tuan," sahut Alex kegirangan, bisa bekerja dengan orang kaya seperti Leon akan membawa keberuntungan bagi dirinya ketimbang bekerja di hotel.      

Leon tersenyum mendengar perkataan Alex, ia lalu mengulurkan tangannya ke arah Alex yang kemudian langsung disambut oleh Leon dengan cepat.     

"Selamat bergabung," ucap Leon ramah.     

"Terima kasih Tuan, terima kasih. Saya akan bekerja dengan baik dan terima kasih sekali lagi atas kesempatan luar biasa ini Tuan," jawab Alex dengan cepat, kedua mata berbinar-binar penuh kebahagiaan.      

"Ya sudah kalau begitu kita ke hotel, biarkan barang-barang milik istriku disitu. Nanti dia akan mengambilnya,"bisik Leon pelan sambil melepaskan cengkraman tangannya pada Alex.     

"Siap tuan." Alex langsung membukakan pintu untuk Leon masuk ke dalam mobil limo milik hotel, karena Leon adalah tamu VIP ia mendapatkan fasilitas mobil mewah jika ingin berpergian dan itu gratis dari hotel.      

Tak lama kemudian mobil sedan mewah itu pun meninggalkan rumah baru milik Leon yang belum selesai di bersihkan, barang-barang mewah yang Leon beli masih tergeletak begitu saja di dalam rumah karena para pekerja sudah terlalu lelah mengatur lantai dua dan tiga rumah itu. Alhasil di lantai satu semua barang-barang masih berantakan, pada awalnya Leon datang ke rumah itu karena ingin merapikan lantai satu bersama Steffi. Namun ternyata Stevie justru memancing amarahnya dengan mengungkit soal Marianne dan hal itu membuatnya kehilangan mood untuk merapikan rumah barunya, karena itulah Leon memutuskan untuk kembali ke hotel dan meninggalkan Steffi sendirian di rumah barunya itu dengan harapan agar Steffi bisa berpikir jernih dan menyadari kesalahannya.     

Steffi yang berdiri di jendela hanya bisa diam ketika melihat suaminya pergi meninggalkan dirinya di rumah yang belum selesai dirapikan seorang diri, air matanya pun belum berhenti mengalir membasahi wajah cantiknya. Ia benar-benar sakit hati atas perlakuan Leon yang sangat kasar itu.      

"Kenapa kau mengungkit status sosialku lagi Leon, bukankah kau sudah berjanji tidak akan membahas hal itu lagi denganku. Tapi kenapa kau mengingkari janjimu Leon huhuhuhu," tangis Steffi kembali pecah saat ia mengingat lagi perkataan Leon.      

Dulu saat akan mereka akan menikah Steffi memang sudah berjanji kepada Leon untuk tidak mencampuri urusan bisnisnya, hal ini dipicu karena sebuah kejadian yang memalukan bagi Leon. Waktu itu Leon dan Steffi sedang menikmati makan malam bersama para kolega baru Leon di sebuah restoran Italia yang cukup terkenal di Berlin dan secara tidak sengaja Steffi bertemu dengan kawan lamanya yang bekerja menjadi pelayan di restoran itu, walaupun Steffi sudah memakai pakaian mewah dan tas bermerek namun ia masih dikenali oleh teman masa kecilnya. Tanpa sungkan dan ragu pelayan yang juga teman masa kecilnya itu langsung menyapa Steffi yang saat itu sedang duduk di samping Leon, saat pelayan itu berbicara dengan santai pada Steffi para kolega Leon berbisik-bisik. Mereka tak menyangka kalau Leon ternyata memilih calon istri orang biasa yang berasal dari desa, namun saat itu Leon berhasil menyelamatkan wajah dan nama baiknya. Ia memberikan alasan yang cukup masuk akal pada koleganya itu bahwa ia memilih Steffi menjadi calon istri karena ia benar-benar terpukau akan kebaikan hati Steffi tanpa melihat latar belakang keluarganya, mendengar penjelasan Leon para pengusaha itu bertepuk tangan dan memuji apa yang Leon lakukan. Mereka tak menyangka masih akan menemukan pria seperti Leon yang percaya cinta sejati, walaupun Leon bisa menyelamatkan nama baiknya saat itu di depan para koleganya namun ia tak bisa menahan rasa kesal dan malunya. Akhirnya saat mereka keluar dari restoran Leon menggila, ia memaki Steffi dengan kata-kata kasar.      

Leon merasa malu memiliki calon istri yang berteman dengan seorang pelayan, alhasil ia marah-marah sepanjang perjalanan pulang dari restoran. Ia merasa nama baiknya dicoreng oleh Steffi di hadapan koleganya, karena itulah Leon memutuskan untuk memberi peringatan kepada Steffi agar tidak membuatnya merasa kesal kembali dan mencampuri urusan bisnisnya. Steffi yang pada saat itu ketakutan kalau dicampakkan oleh Leon akhirnya menyetujui persyaratan yang Leon berikan, ia berjanji pada Leon untuk tak membuat malu Leon lagi dan memutus hubungan dengan orang-orang di masa lalunya karena Leon tak mau ada orang lagi yang mengenali Steffi sebagai perempuan miskin dari desa.      

Karena hari sudah semakin sore Steffi akhirnya memutuskan untuk mengambil kopernya yang ada di depan rumah, ia menyeret koper besarnya itu masuk ke dalam rumah barunya yang masih berantakan. Dengan sedikit tertatih Steffi mengangkat koper besar itu menuju ke lantai dua di mana kamar tidurnya berada, sebenarnya Steffi cukup menyukai rumah mewah itu. Namun karena ia mengingat keberadaan Marianne di London, Steffi pun sedikit ketakutan. Ia takut kalau posisinya akan direbut kembali oleh Marianne, apalagi sikap Leon berubah berubah menjadi lebih kasar dan mudah sekali marah sejak tiba di London dan hal ini membuat Steffi makin khawatir.      

Kedua mata Steffi terbelalak lebar saat melihat kamar tidurnya yang sudah rapi, ranjang besar dengan desain klasik yang mewah tampak terlihat di depan matanya. Belum lagi dengan meja rias yang sudah penuh dengan alat make up yang biasa digunakan, melihat itu semua membuat air mata Steffi berhenti mengalir. Ia langsung berlari menuju ranjang dan langsung berbaring di atasnya sambil berguling-guling, apa yang Steffi lakukan saat ini persis dengan yang ia lakukan dulu saat datang berkunjung ke rumah Leon pertama kali saat Marianne baru menikah dengan Leon. Tanpa sepengetahuan Marianne yang saat itu sedang berganti pakaian Steffi sudah berguling-guling di ranjang pengantin Marianne yang besar, ia berucap dalam hati bahwa ia akan menjadi pemilik dari ranjang itu berkali-kali dan kini apa yang ia katakan sudah terkabul, ia sudah menjadi nyonya Ganke yang sah saat ini.     

Setelah puas merasakan empuknya ranjang yang terbuat dari bulu angsa itu Steffi kemudian berjalan menuju meja rias barunya, ia menyentuh semua alat makeup yang ada diatas meja. Tanpa sengaja Steffi menjatuhkan sebuah bouquet bunga mawar yang ada di atas meja rias, saat ia akan meraih bouquet bunga itu Steffi melihat sebuah kotak beludru berwarna hitam. Rupanya bouquet bunga itu sengaja diletakkan diatas meja rias untuk menutupi kotak beludru itu, dengan perlahan Steffi meraih dan membuka kotak yang nampak indah itu.      

"Akhhh Leon," pekik Steffi kaget dengan keras, dalam kotak beludru itu terdapat satu set perhiasan yang ia inginkan.     

Leon ternyata membelinya dan menyembunyikan untuk memberinya kejutan, dengan cepat Steffi meraih kalung berlian itu dan langsung memakainya. Setelah berhasil memakai kalung berlian ia lalu memakai anting serta cincin dan gelang yang merupakan pasangan dari kalung yang sudah ia pakai, ketika sudah memakai semua perhiasan itu Steffi lalu berdiri dan memandang dirinya yang sedang ada di kaca. Secara perlahan Steffi melepas pakaiannya satu persatu sehingga saat ini di tubuhnya tak tersisa apapun kecuali perhiasan berlian yang baru ia pakai.      

"Semua ini milikku, tak ada yang bisa merebutnya termasuk kau Marianne. Kau hanyalah kuman yang dengan mudah aku singkirkan dua tahun yang lalu, kini aku pun bisa menyingkirkanmu jika kau berani mendekati Leon suamiku. Dengan tubuh seksiku ini Leon tak akan mungkin meninggalkanku," ucap Steffi lirih penuh percaya diri, dengan perlahan ia meraba payudara indahnya yang sudah dipermak oleh dokter bedah tanpa sepengetahuan Leon.      

Leon tak mengetahui kalau Steffi sebenarnya sudah melakukan pemasangan implan silikon payudara, pasalnya Steffi tak memasang silikon yang terlalu besar. Ia hanya memasang silikon yang ukuran sedang karena memang pada dasarnya payudaranya sudah besar,  karena dulu ia miskin ia tak bisa merawat payudara besarnya itu. Alhasil kedua payudaranya itu pun turun, karena itulah ia mendatangi dokter bedah untuk memperbaiki payudaranya dengan sedikit memasang implan silikon. Karena dokter bedahnya hebat bekas sayatan pemasukan implan silikon itu tak terlihat di kedua ketiaknya, karena itulah Steffi membanggakan tubuhnya itu didepan Leon.      

"Steffani Ganke, kau cantik dan seksi. Sadarlah kau itu bukan tandingan si buruk rupa Marianne, jadi kau tak perlu takut. Kau sudah pernah menyingkirkannya sekali jadi kau tak perlu takut lagi menghadapinya, yang perlu kau lakukan saat ini adalah memperluas koneksimu di London supaya Leon bangga padamu seperti yang kau lakukan di Berlin. Kau bisa melakukannya Steffi, kau pasti bisa," ucap Steffi penuh percaya diri sambil memijat lembut kedua payudaranya yang membusung indah.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.