I'LL Teach You Marianne

Pergerakan cepat Leon



Pergerakan cepat Leon

0Karena waktu tiga hari yang dipakai untuk berlibur di Irlandia sudah berakhir, akhirnya para mahasiswa UAL kembali ke London bersama-sama dengan Steffi dan Profesor Gilbert. Pasalnya Leon sudah kembali terlebih dahulu, ia mengatakan ada hal penting yang harus diurus maka dari itu dia kembali lebih awal. Walaupun Steffi tak suka Leon pulang lebih awal namun ia tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya bisa melihat suaminya pergi. Dengan menggunakan satu pesawat akhirnya rombongan itu tiba di London dengan selamat, Edward yang ingin pulang terlebih dahulu terpaksa menelan kepahitan pasalnya ia lupa kalau paspornya ditahan oleh profesor Gilbert untuk berjaga-jaga kalau ada mahasiswa yang lupa meletakkan paspornya.      

Selama di Irlandia Edward hanya bisa diam dan menutup telinganya melihat pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi akibat Isabel dan Gabriella yang selalu mau jadi yang pertama, ia memilih bermain game dengan teman-temannya di pantai dengan Sarah yang terus berusaha mendekatinya. Sarah masih berusaha untuk kembali lagi pada Edward walaupun Edward menolaknya berkali-kali setiap kali Sarah mulai bicara dan membahas tentang hubungan mereka.     

"Tak tau lagi harus dengan apa saya mengucapkan terima kasih pada anda Nyonya, kenaikan anda dan Tuan benar-benar tak dapat kami balas," ucap profesor Gilbert pelan saat sudah sampai di lobby bandara.     

"Sudahlah prof, jangan dibahas terus. Ini adalah hadiah dari suami saya atas kerja keras teman-teman mahasiswa UAL, jadi anda tak perlu bicara seperti itu Prof," jawab Steffi lembut.     

"Tuan Ganke sangat beruntung memiliki istri sebaik dan secerdas anda Nyonya, kalian berdua benar-benar pasangan serasi," puji profesor Gilbert tulus.     

Steffi hanya tersenyum mendengar pujian dari profesor Gilbert, tak lama kemudian terlihat sebuah mobil limo berhenti di depan Steffi dan profesor Gilbert lalu keluarlah Leon dari dalam mobil itu. Ia ingin menunjukkan betapa harmonisnya rumah tangganya dengan Steffi pada banyak orang, melihat suaminya datang menjemput Steffi langsung bersemangat. Dua hari berpisah dengan Leon membuatnya tak tenang, namun kali ini ia sangat bahagia karena suaminya ada disisinya lagi. Melihat keharmonisan Leon dan Steffi membuat profesor Gilbert terharu, ia tak menyangka masih akan melihat orang sesukses dan sekaya Leonardo Ganke seperti itu pada istrinya.      

Setelah berpamitan Steffi pun pergi meninggalkan profesor Gilbert menuju hotel, ia duduk menempel pada lengan Leon.     

"Aku rindu padamu Leon," ucap Steffi manja.     

"Me to,"jawab Leon singkat.     

"Apa yang kau lakukan selama dua hari di London sayang?"tanya Steffi kembali.     

"Kau akan tau sesaat lagi, kau pasti senang dan pakailah penutup mata ini. Karena ini adalah bagian kejutan yang aku siapkan untukmu," jawab Leon pelan sambil memberikan penutup mata berwarna hitam kepada Steffi yang baru ia keluarkan dari dalam saku bajunya.      

Tanpa bicara Steffi pun meraih kain penutup mata pemberian sang suami, ia lalu menggunakannya dengan cepat tanpa banyak bicara. Leon lalu meminta sang driver yang sedang mengemudikan mobil mewah itu untuk menambah kecepatan.      

Setelah Leon dan Steffi pergi satu persatu para mahasiswa itu pun pergi meninggalkan bandara, termasuk profesor Gilbert yang dijemput anak dan istrinya. Mereka semua pulang menuju rumah masing-masing, akan tetapi tidak dengan Edward. Ia masih duduk di dalam ruang tunggu bandara, Edward masih menikmati segelas kopi pahitnya menunggu driver keluarganya menjemput. Pasalnya saat ini kedua orang tua Edward sedang pergi berlibur, mereka pergi ke Paris untuk menghadiri pernikahan salah satu rekan bisnisnya. Alhasil saat ini rumah besarnya sepi, dulu saat keluarganya pergi Edward akan sangat bersemangat dan langsung mengundang teman-temannya untuk berpesta. Namun kali ini semuanya terasa hampa, ia tak memiliki niat sedikitpun untuk berpesta.     

"Apa yang terjadi padaku." Edward bergumam lirih, ia merasa ada yang salah dengan dirinya.      

Kedua matanya masih menatap tajam ke layar ponselnya yang menampilkan nomor ponsel Anne yang ia dapat dari profesor Gilbert dua hari yang lalu, meskipun sudah mendapatkan nomor ponsel Anne namun Edward belum menghubunginya. Ia masih merasa risih kalau tiba-tiba langsung menghubungi Anne tanpa ada urusan penting, Edward tak mau Anne akan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Oleh karena itu ia menahan diri untuk tak menghubungi Anne, kalau biasanya ponselnya tak pernah berhenti berdering karena banyaknya gadis seksi yang menghubungi dirinya namun kali ini hal itu tak terjadi saat ini. Pasalnya sejak dua hari yang lalu Edward sudah memblokir semua nomor gadis cantik yang sering mengganggunya itu, ia bahkan meminta bantuan pada anak buahnya untuk memblokir sekitar seratus lebih nomor gadis cantik yang ada di daftar teleponnya. Sehingga saat ini ponselnya mirip ponsel baru, namun ia justru senang hal itu terjadi. Ia merasa jauh lebih tenang dan nyaman tanpa gangguan gadis-gadis cerewet yang haus pujian itu.      

Saat Edward masih asik menikmati kopi, tak lama kemudian datanglah Oliver sang driver keluarga Cole dengan berlari-lari.      

"Ma-maaf Tuan muda, saya terlambat," ucap Oliver terbata-bata dengan penuh ketakutan.     

"No problem, ayo pulang. Tolong bawakan koperku Oliv," jawab Edward singkat sambil beranjak bangun dari kursinya.      

Alih-alih melakukan apa yang diperintahkan sang tuan, Oliver justru terdiam. Ia tak percaya melihat sang tuan muda sebaik itu, padahal biasanya kalau dirinya telat sedikit menjemput Edward akan marah besar. Namun kali ini ia telat hampir dua puluh menit sang tuan tak berkomentar apapun.      

"Oliv." Edward berteriak memanggil sang driver yang masih mematung.     

Suara teriakan dari Edward membuat Oliver tersadar dari lamunannya, ia langsung meraih koper yang ada di depan matanya dan berlari mengekor di belakang Edward menuju ke area parkir dimana mobilnya berada.     

Dengan menggunakan mobil berwarna hitam Edward pulang menuju rumah besarnya bersama Oliver yang membawa mobil,  ia duduk di bangku belakang sambil menatap ke arah jendela tanpa mengeluarkan suara apapun. Ia benar-benar nampak seperti orang lain saat ini dan mungkin jika orang lain yang mengenalnya akan kaget saat melihat dirinya menjadi pendiam seperti ini, termasuk Oliver yang sejak tadi bertanya dalam hati apa yang sudah terjadi pada sang tuan sehingga menjadi pendiam seperti ini. Karena tak mau mencari masalah akhirnya Oliver kembali fokus mengendarai mobil, ia tak mau mengganggu sang tuan muda.     

Sementara itu di Compton Avenue nampak Steffi berdiri dengan kedua mata berkaca-kaca di depan sebuah rumah mewah yang ada di komplek perumahan elit itu, rupanya tadi Leon memintanya menutup mata karena ingin menunjukkan bahwa ia sudah membeli sebuah rumah mewah di London. Leon mengatakan bahwa ia akan memulai bisnis yang baru di London sehingga ia membutuhkan sebuah rumah untuk tempat tinggal, pada awalnya Steffi sangat senang saat melihat rumah besar itu. Namun tiba-tiba ia menjadi takut saat mendengar Leon mengatakan kalau mereka akan tinggal di London selamanya, tinggal selamanya di London berarti sama saja mereka akan sering bertemu dengan Marianne yang saat ini kuliah di UAL kampus yang menjadi partner perusahaan Leon.     

"Ayo masuk, kau harus lihat bagian dalam rumah ini Steffi," ucap Leon penuh semangat sambil berjalan masuk kedalam rumah barunya.      

"Kau yakin kita akan tinggal di sini Leon tanya Stevie Untuk yang kesekian kalinya.     

"Sangat yakin sekali selain aku sudah membayar lunas pembayaran rumah ini aku juga sudah meminta orang-orang di Jerman untuk menyiapkan semua barang-barang penting yang aku butuhkan," jawab Leon dengan cepat.      

"Apa maksudnya dengan barang-barang yang kau butuhkan?" tanya Steffi dengan cepat.     

"Ok, karena kau sudah bertanya maka aku akan menjawabnya saat ini juga. Jadi aku sudah memutuskan ingin memperluas bisnis perusahaan animasi kita di Inggris, oleh karena itu aku membutuhkan beberapa berkas penting dari Jerman untuk referensi saat membuka perusahaan animasi yang baru di London. Maka dari itu saat ini tim pengacara dan orang-orang terbaik di kantor sedang menyiapkan segala sesuatunya untuk dibawa ke London," jawab Leon penuh semangat.     

"No Leon, aku tak setuju kau pindah ke London. Bukankah kita sudah punya rumah di Berlin dan perusahaanmu juga sangat maju di sana, aku tak mau kau memulai lagi di negara lain Leon. Kita sudah memiliki segalanya di Berlin, untuk apa kita memulai lagi dari nol di sebuah negara baru yang kita belum tentu tau keberhasilannya akan seperti apa. Bukankah jauh lebih baik kita mengembangkan yang sudah ada saat ini daripada memulainya lagi dari awal Leon," sahut Steffi dengan suara keras, ia tak setuju dengan rencana suaminya membuka perusahaan animasi yang baru di London.      

Mendengar perkataan Steffi membuat Leon tertawa terbahak-bahak, ia lalu melipat kedua tangannya di dada dan menatap Steffi dengan tajam.      

"Kalau kau tak mau tinggal di sini aku tak akan memaksamu Steff, kau bisa kembali ke Berlin dan tinggal disana. Nanti pada saat aku rindu padamu mungkin aku akan pulang satu bulan sekali, kalau tidak kau yang bisa datang kesini," ucap Leon dengan cepat tanpa rasa bersalah.     

"No, aku tak mau melakukan itu. Jangan harap aku mau berpisah darimu Leon, aku istrimu kita harus tinggal bersama-sama," sahut Steffi penuh emosi, nafasnya naik turun karena ia benar-benar sedang marah saat ini     

"Ya sudah kalau kau tak mau tinggal di Berlin maka sebagai istriku yang baik kau seharusnya…"      

"Bilang saja kau tinggal di sini karena ingin mendekati Marianne kembali bukan, kau ingin mendekati mantan istrimu yang buruk rupa itu lagi bukan Leon," ucap Steffi dengan cepat memotong perkataan Leon.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.