I'LL Teach You Marianne

Hati yang jujur



Hati yang jujur

0Saat sudah hampir sampai di komplek perumahannya tiba-tiba Jack menghentikan laju mobil Bugatti Veyron miliknya, ia berhenti di pinggir jalan tanpa mematikan mesin mobilnya.      

"Kenapa harus Aaron...kenapa kau harus menerima Aaron semalam ini, kemarin saja kau tak mengijinkan aku masuk arrggghhh…. sebenarnya hatimu untuk siapa Anne. Untukku atau si brengsek itu!!!"     

Jack melampiaskan kekesalannya, ia cemburu melihat Aaron keluar dari apartemen Anne di saat hari sudah cukup larut. Jack belum pernah semarah ini karena seorang gadis, bahkan dulu saat Sophia Higgins kabur bersama pesepak bola yang ia sponsori rasa kesalnya tak seperti saat ini.      

Dulu saat Sophia kabur Jack tak terlalu marah karena ia tau atlet sepak bola itu tak sebanding dengan dirinya, hanya karena lebih populer dan jauh lebih muda saja dari dirinya makanya Sophia memilih atlet sepak bola itu. Namun lain halnya dengan Aaron, Aaron adalah pengusaha yang sama seperti dirinya. Aaron memiliki perusahaan yang cukup besar dan namanya juga sudah dikenal banyak orang, oleh karena itu Jack menganggap Aaron adalah saingan yang sepadan dengan dirinya.      

Jack memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit, belum pernah ia kesal ini karena seorang gadis yang sudah ia incar selama satu setengah tahun. Di saat ia berusaha untuk mendekati gadis itu lebih intens lagi, justru ada orang baru datang dan mengacaukan rencana yang sudah ia susun selama beberapa hari terakhir ini. Dimana ia bahkan sudah memindahkan kantornya ke London demi agar bisa dekat dengan gadis yang sudah mencuri hatinya itu.      

"Anne... Anne... Anne...Anne...kenapa kau tak peka sekali, harus dengan cara apa aku mengatakan semuanya padamu Anne. Apa kau tak menyadari semua perhatianku selama satu setengah tahun kemarin Anne, kenapa kau sebodoh ini Anne." Jack bergumam sendiri menyebut nama Anne berkali-kali sambil menundukkan kepalanya di setir mobil.      

Karena pikirannya masih melayang-layang memikirkan Aaron dan Anne akhirnya Jack memutuskan untuk kembali pergi ke apartemen Anne, ia ingin bertanya langsung pada Anne. Kini ia sudah memantapkan dirinya untuk mendapatkan jawaban dari Anne apapun itu, saat sedang ada dalam perjalanan menuju apartemen Anne tiba-tiba ponselnya berdering cukup keras berkali-kali. Pada awalnya Jack mengabaikan panggilan itu namun si penelepon tak berhenti mengganggunya, akhirnya Jack memperlambat laju mobilnya dan mencari tempat yang sepi untuk berhenti dan mengangkat panggilan masuk di ponselnya itu. Kedua matanya menyipit ketika melihat nomor tanpa nama sudah menghubunginya sebanyak enam kali, karena merasa tidak mengenal nomor itu Jack berniat untuk memblokirnya namun pada saat akan memblokir tiba-tiba nomor itu menelpon kembali dan secara tak sengaja terangkat oleh Jack yang mau tak mau harus berbicara.      

"Jack here.."      

"Hi Mr Muller, susah sekali menghubungi anda," sahut seorang wanita di ujung telepon memotong perkataan Jack.      

"Siapa ini?"tanya Jack penasaran, pasalnya ia tak mengenal suara wanita yang sedang berbicara dengannya itu.      

"Marissa Henderson, kita sempat bertemu beberapa waktu yang lalu ketika anda membuka kantor baru anda Tuan Muller," jawab Marissa Henderson dengan cepat.     

Jack yang pada awalnya tak mengingat Marissa lalu teringat saat gadis itu menyebut nama belakangnya dan tempat pertemuan mereka dua hari yang lalu di pembukaan kantor barunya.      

"Ada yang bisa dibantu nona Henderson?"tanya Jack singkat, ia malas berhubungan dengan wanita seperti Marissa. Setelah berkenalan dengan Marissa, rupanya Jack sudah langsung meminta anak buahnya untuk mengumpulkan semua informasi tentang sepak terjang Marissa Henderson. Pasalnya ia merasa risih pada tatapan mata Marissa yang seolah ingin menelannya hidup-hidup itum      

"Kenapa sulit sekali dekat denganmu Tuan, hari ini aku datang ke kantor. Tapi resepsionis mu mengatakan kau sedang meeting di luar dan saat aku meminta nomor ponselmu dia tak mau memberikan apa yang aku mau, besok saat kau kekantor pecat saja pegawai seperti itu. Sangat mengecewakan dan tidak sopan,"jawab Marissa sambil terkekeh.     

"Apa yang dilakukan oleh resepsionis adalah hal yang benar karena ia menjalankan perintah yang aku berikan, aku memang melarang siapapun untuk memberikan nomorku kepada orang yang tidak aku kenal sekalipun itu adalah rekan kerja. Karena aku sudah mengalihkan semua pekerjaan terlebih dahulu ke Erick, sebelum orang itu berbicara denganku. Jadi aku tak akan mungkin memecat karyawan yang sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah yang aku berikan dan kalau boleh aku tau dari mana kau mendapatkan nomorku nona Henderson?" tanya Jack dingin.     

"Hahahaha anda mungkin bisa melarang karyawanmu untuk tak membagikan nomor ponselmu ini Tuan, namun bagi seorang Marissa Henderson mendapatkan nomor ponselmu bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Apalagi aku adalah seorang sosialita yang terkenal di London,"jawab Marissa menyombongkan diri.      

"Oh i see, ok karena anda sudah mendapatkan nomor teleponku. Sekarang katakan apa tujuanmu menghubungiku semalam ini," ucap Jack datar sambil melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah dua pagi.      

"Aku ingin dekat denganmu Tuan Muller, aku jatuh hati padamu sejak pertama melihatmu kemarin. Apakah kau menerima pernyataan cintaku Tuan Muller?"tanya Marissa terkekeh.     

Jack menaikkan satu alisnya mendengar perkataan Marissa, ia merasa ada yang janggal dengan Marissa Henderson yang saat ini menghubunginya itu.     

"Apa kau sedang mabuk nona?"tanya balik Jack dengan cepat.     

Marisa tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Jack selama hampir dua menit, ia senang karena ternyata Jack perhatian kepada dirinya.     

"Aku rasa kita memang benar-benar ditakdirkan bersama Tuan Muller, ternyata walaupun kita tak bertemu anda sudah seperhatian ini kepadaku. Iya aku sedang mabuk, aku mabuk karena memikirkanmu Tuan. Aku belum pernah secepat ini jatuh cinta kepada seorang pria, karena itulah aku menjadi seperti ini. Aku mabuk karena cintaku yang begitu besar untukmu Tuan Muller," jawab Marissa dengan cepat tanpa rasa malu.     

Kalau yang mengatakan ini adalah Anne mungkin Jack akan kegirangan, namun karena yang mengatakan ini adalah orang lain apalagi itu adalah Marissa Henderson ia menjadi muak. Pasalnya Jack sudah tau siapa Marissa Henderson yang sebenarnya.      

"Lebih baik kau pulang dan lekas tidur nona, bicaramu sudah tak jelas. Aku juga harus pergi tidur, selamat malam." Jack akhirnya menutup panggilan dari Marissa secara sepihak, ia lalu menonaktifkan ponselnya karena tak mau diganggu lagi oleh Marissa.      

"Besok aku harus membeli ponsel baru kalau begini ceritanya, aku yakin gadis gila itu pasti akan terus menggangguku," ucap Jack pelan sambil melempar ponselnya ke bangku belakang mobilnya dengan kasar.      

Karena moodnya semakin hancur Jack lalu turun dari mobilnya dan berjalan menuju sebuah toko swalayan yang buka 24 jam, ia ingin membeli beberapa minuman untuk meredakan kekesalan dalam hatinya. Saat mengetahui kalau Marissa sedang mabuk saat menghubunginya tadi tiba-tiba Jack ingin minum juga, Jack sudah tau siapa Marissa sebenarnya. Maka dari itu ia malas meladeni gadis itu, pasalnya anak buah yang ia beri tugas untuk mencari tau siapa Marissa sudah melaporkan semua kepada dirinya siapa Marissa. Walaupun Marissa sangat cantik dan memiliki tubuh yang sempurna namun ia tetaplah seorang player, dia terbiasa mengincar para pengusaha muda yang kaya untuk dijadikan sumber uangnya yang baru untuk mendukung gaya hidup glamornya. Sebagai sosialita yang cukup terkenal di London Marissa memang dituntut untuk tampil serba wah, oleh karena itu tak heran jika Marissa selalu tampil dengan barang branded dan limited edition. Namun karena ayahnya sudah tak sanggup membiayai gaya hidup Marissa dan adiknya yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang itu, akhirnya ia menghentikan dukungan finansial kepada Marissa dan Kimberly sehingga sejak saat itu Marissa mulai mencari mangsa para pengusaha yang bisa ia rayu dengan wajah dan tubuhnya.      

Sebenarnya cara yang dilakukan Marissa sah-sah saja, karena cara seperti itu sudah tak asing di dunia bisnis. Namun karena seorang Marissa yang selalu merasa dirinya cantik dan seksi ia akan memilih pengusaha-pengusaha muda yang baru untuk memuaskan hasratnya juga, maka dari itu Marissa dikenal juga sebagai wanita panggilan kelas A di kalangan para pengusaha di London.     

Setelah mengetahui siapa identitas Marissa Henderson yang sebenarnya Jack kemudian berusaha untuk menjaga jarak darinya, maka dari itu ia memerintahkan semua karyawannya untuk tak memberikan nomor ponselnya kepada sembarang orang. Ia hanya mau menerima panggilan telepon dari klien pentingnya saja setelah di rekomendasikan oleh Erick, namun entah mengapa Marissa justru bisa menghubunginya. Memikirkan hal itu membuat mood Jack yang sudah rusak makin hancur berantakan, niatnya untuk mengajak Anne makan malam menikmati kepiting Alaska yang ia pesan secara khusus itu akhirnya batal. Padahal sejak siang Jack sudah membayangkan betapa senangnya Anne jika makan kepiting super besar itu.     

"Aaron brengsek, kau sejak awal yang menabuh genderang perang denganku. Jadi jangan salahkan aku jika aku akan membuatmu kesulitan," ucap Jack pelan sambil menenggak minuman terakhir di botolnya.      

Setelah menghabiskan sebotol wiski sendirian Jack akhirnya pergi meninggalkan toko swalayan untuk melanjutkan perjalanannya, walaupun sudah minum banyak namun ia masih bisa mengendarai mobilnya. Apalagi tujuannya sudah tak jauh, meskipun hari sudah hampir pagi namun Jack tetap bersikukuh untuk menemui Anne. Ia harus bertemu dengan Anne malam ini juga, tak lama kemudian Jack akhirnya sampai di apartemen Anne. Ia langsung turun dari mobilnya dengan sedikit terhuyung, beruntung jarak apartemen Anne dengan tempat ia minum sebelumnya tidak terlalu jauh. Sehingga ia tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk sampai ke tujuan, kepalanya benar-benar sudah terasa sangat berat saat ini. Menghabiskan satu botol whisky sendirian adalah hal paling bodoh yang sudah ia lakukan.      

Karena hari sudah hampir pagi para security yang berjaga malam nampak sudah kelelahan, mereka benar-benar sudah tidur dengan pulas dan tak menyadari kalau ada orang asing masuk ke dalam apartemen. Pasalnya biasanya jika ada orang yang bukan penghuni datang lewat dari jam normal bertamu akan mendapatkan pemeriksaan terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Semenjak ada kasus pembunuhan di komplek apartemen yang tak jauh dari apartemenmu Anne beberapa bulan yang lalu, apartemen Anne melakukan pemeriksaan pada para tamu untuk berjaga. Namun karena Jack datang saat matahari akan terbit para security itu sudah terlelap karena berjaga semalam suntuk, begitu masuk di lift Jack langsung menekan angka sepuluh dimana unit kamar Anne berada.      

"Fuck...sakit sekali kepalaku,"umpat Jack merutuki kebodohannya sendiri karena minum terlalu banyak minum.     

Setelah lift berhenti Jack langsung keluar lift tanpa pikir panjang, ia lalu berjalan pelan menuju kamar Anne sambil berpegangan di dinding.      

Dok Dok     

"Anne...open your door, it's me Jack Anne,"      

Anne yang sedang membuat makan pagi di pantry samar-samar mendengar suara ketukan di pintu yang cukup keras, pada awalnya ia tak mengira ketukan pintu itu berasal dari depan pintunya. Namun saat ia kembali mendengarkan dengan seksama akhirnya ia menyadari kalau suara ketukan itu memang berasal dari depan pintu kamarnya, karena tak mau membuat tetangganya terganggu Anne lalu melepaskan apron yang terpasang di tubuhnya. Ia lalu berjalan dengan cepat menuju pintu untuk mencari tau siapa yang sudah ber kamu sepagi ini.      

"Jack, apa yang kau lakukan?!"pekik Anne kaget saat melihat Jack sudah berdiri di depan kamarnya sambil menunduk.      

"Anne, akuuu...brukk"      

"Jack!!!!"     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.