I'LL Teach You Marianne

Isi hati



Isi hati

0Aaron mengendarai mobil kesayangannya menuju apartemen Anne, ia sudah bertekad ingin mengatakan hal sejujurnya pada Anne. Ia ingin memulai semuanya dari awal dengan Anne kembali tanpa ada yang ditutup-tutupi.      
0

Setelah menempuh perjalanan selama hampir tiga puluh menit mobil Royce-Roll Drophead milik Aaron akhirnya sampai di apartemen Anne, Aaron segera memarkirkan mobilnya tepat di bawah kamar Anne. Tanpa keluar dari mobil aaron menengadah ke atas melihat kamar Anne yang sudah gelap, seketika senyum di wajah Aaron pun menghilang. Walaupun ia tau Anne takut kegelapan akan tetapi kalau ia sudah tidur seluruh lampu di kamarnya akan dimatikan kecuali lampu tidurnya yang ada di lantai dua, dimana ranjangnya berada.      

"Baru jam sepuluh tapi kenapa kau sudah tidur Anne, bukankah biasanya kau tidur lebih malam dari ini," ucap Aaron lirih, senyum di wajahnya pun langsung menghilang seketika.      

Tok     

Tok     

Ketukan di kaca mobilnya membuat Aaron tersadar dari lamunan, ia langsung mencari tau siapa yang mengetuk kaca mobilnya.     

"Annee!!!!"pekik Aaron girang saat melihat ternyata Anne lah yang mengetuk kaca mobilnya.      

Tanpa menunggu lama Aaron membuka sabuk pengamannya dan langsung membuka pintu mobilnya lalu berhambur memeluk Anne dengan erat, Anne yang sedang membawa beberapa Snack ringan yang baru ia beli langsung berhamburan saat Aaron memeluknya.     

"Aaron lepaskan aku, lihatlah makananku jatuh," ucap Anne dengan suara meninggi.     

"Akhh maaf Anne, aku tak sengaja maaf," sahut Aaron panik, setelah melepaskan pelukannya Aaron lalu berlutut untuk merapikan makanan ringan yang dibeli oleh Anne.      

Melihat Aaron merapikan makanannya membuat Anne tersenyum, ia lalu menyerahkan kantung belanjanya pada Aaron yang langsung diterima oleh Aaron dengan cepat.      

Tak lama kemudian Aaron berhasil memasukkan kembali snack milik Anne ke dalam kantong belanjaan khusus itu, sudah sejak lama Anne tak memakai kantong plastik ketika berbelanja sehingga gantinya ia membawa kantong belanja milik pribadi.     

"Aku kira kau sudah tidur Anne, aku hampir saja pulang lagi," ucap Aaron pelan membuka percakapan.     

"Aku memang sudah tidur, akan tetapi aku terbangun lagi karena aku membeli sesuatu yang penting," jawab Anne dengan cepat sambil meraih kantong belanjaan ditangan Aaron.     

"Sesuatu yang penting? Apa itu?"tanya Aaron penasaran.     

"Woman's secret." Anne menjawab dengan cepat sambil membuang muka ke arah lain, ia malu untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Aaron.     

Aaron yang masih penasaran tak menyerah, ia lalu menarik tangan Anne dengan erat.     

"Do you trust me Anne?"tanya Aaron pelan sambil menatap tajam kedua mata Anne.     

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"tanya balik Anne, ia merasa sangat terintimidasi dengan cara bicara Aaron yang lain dari biasanya.     

"Aku ingin mengatakan rahasia besarku padamu," jawab Aaron dengan cepat.     

"Rahasia besar apa, lalu kenapa kau harus mengatakan rahasiamu padaku. Bukankah itu adalah rahasiamu," sahut Anne kebingungan.     

Alih-alih melepas cengkraman tangannya di lengan kiri Anne, Aaron justru kembali mencengkram lengan kanan Anne dengan erat sehingga membuat Anne tak bisa bergerak. Pasalnya kini Aaron membuatnya duduk menghadap Aaron karena kedua tangannya tertahan oleh Aaron.     

"Kenapa harus seperti ini Aaron, tak bisakah kita bicara dengan cara yang normal?"tanya Anne pelan, ia merasa tak nyaman dalam posisi seperti ini.      

"Dengarkan aku, aku akan bicara serius dan tak akan ku ulangi Anne. Jadi kau harus fokus padaku," jawab Aaron serius.     

"Ya-ya sudah bicaralah, aku dengarkan," sahut Anne lirih.     

"Aku adalah seorang CEO dari sebuah perusahan pengembang properti yang sangat terkenal di London, kemarin saat kita bertemu di kampusmu sebenarnya itu karena aku mendapatkan undangan dari Profesor Gilbert untuk menjadi salah satu pembicara di acara pertunjukan itu. Maaf jika aku tak mengatakan identitasku yang sebenarnya kepadamu, aku bukan bermaksud ingin menyembunyikannya. Hanya saja aku ingin memulai semuanya denganmu tanpa harus kau tau bahwa aku adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan, aku ingin kau menerima aku dengan apa adanya aku tanpa melihat harta atau status sosial ku di masyarakat," ucap Aaron panjang lebar.     

Mendengar perkataan Aaron membuat Anne terdiam, ia masih tak mengerti dengan maksud perkataan Aaron yang terakhir. Saat Anne masih bingung dan belum memahami kata-kata Aaron tiba-tiba Aaron mendaratkan sebuah kecupan di bibir anne kembali, namun kali ini bukan hanya sebuah kecupan akan tetapi sebuah ciuman. Aaron memagut bibir Anne dan menghisapnya perlahan, Anne yang kaget dan tak ada persiapan tak bisa menghindar. Saat ia akan menjauhkan kepalanya dari Aaron tiba-tiba Aaron meraih tubuhnya dan memeluknya erat dengan menggunakan tangan kirinya, sementara itu tangan kanannya menahan kepala belakang Anne agar Anne tak bisa pergi.     

Anne yang tak pernah berciuman sebelumnya nampak kepayahan, ia kesulitan bernafas ketika Aaron memainkan lidah di dalam mulutnya. Anne akhirnya mendorong Aaron dengan sekuat tenaga ketika Aaron menghisap lidahnya, menyadari Anne yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri ciumannya Aaron akhirnya melepaskan ciumannya dari Anne.     

"Anne…"     

Plakk     

Secara tiba-tiba Anne menampar wajah Aaron dengan sangat keras, wajah Anne sudah memerah seperti kepiting rebus karena ia benar-benar kesulitan bernafas saat dicium oleh Aaron. Kedua matanya memerah dan sudah penuh dengan air yang siap turun.      

"Anne kau…"     

"Aku benci padamu Aaron!!" pekik Anne keras sambil berlari meninggalkan Aaron, snack dan pembalut yang ia beli sebelumnya tertinggal didalam kantong belanjaan yang ada dibawah kaki Aaron.     

Melihat Anne marah dan berlari meninggalkannya, membuat Aaron panik dan berniat mengejar Anne. Tanpa sengaja ia menendang kantong belanjaan yang sebelumnya sudah ia rapikan, kedua matanya langsung menyipit saat melihat sekotak pembalut wanita yang ada di dalam kantong belanjaan milik Anne. Dengan cepat Aaron merapikan barang-barang milik Anne yang berserakan itu kembali ke dalam kantung, setelah itu ia berlari menyusul Anne masuk ke gedung apartemen. Saat Aaron berhasil sampai di lobby Anne baru saja masuk lift yang penuh dengan orang, tanpa pikir panjang Aaron segera berlari menuju tangga darurat yang tak jauh dari lift. Ia pun berlari menaiki tangga darurat dengan sekuat tenaga, Aaron berharap akan bisa mengejar lift yang sudah membawa yang ke lantai sepuluh itu. Karena Aaron sangat menjaga kesehatan tubuhnya ia tak mengalami kesulitan sama sekali ketika berlari di tangga, setelah berlari dengan sekuat tenaganya Aaron akhirnya sampai di lantai sepuluh. Saat berhenti dan mengambil nafas tiba-tiba terdengar life berbunyi yang artinya life itu baru sampai di lantai sepuluh, dugaan Aaron tepat. Karena banyaknya orang didalam lift akhirnya Anne membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke lantai sepuluh.      

Aaron segera berjalan menuju lorong dan melihat Anne berlari menuju kamarnya, saat melihat Anne lari membuat Aaron ikut berlari.     

"Anne…"     

Deg     

Jantung Anne berdetak dengan kencang saat mendengar suara Aaron, ia yakin sekali tadi meninggalkan Aaron di lantai satu dan tak percaya Aaron bisa mengejarnya sampai ke lantai sepuluh lewat tangga darurat. Karena penasaran Anne menoleh dan ia sangat kaget saat melihat Aaron sudah berada di hadapannya dengan membawa kantung belanjaannya.      

"Bagaimana bisa kau…"     

"Ma-maaf Anne, maafkan aku," sahut Aaron dengan cepat memotong perkataan Anne terbata-bata, wajah tampannya saat ini sudah dipenuhi keringat yang sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya.      

Melihat Aaron seperti itu membuat Anne lupa akan kemarahannya, ia merasa iba melihat Aaron terengah-engah seperti itu dengan baju basah karena keringat.     

"Kau berlari?"tanya Anne tanpa sadar.     

"Tangga darurat, aku mengejarmu lewat tangga darurat," jawab Aaron lirih sambil mengulurkan tangannya ke arah tembok untuk dijadikan topangan agar tak jatuh.     

"Bodoh!!!" desis Anne lirih, dengan cepat Anne melangkahkan kakinya menuju tempat Aaron berdiri saat ini.      

Tanpa bicara Anne meraih tangan Aaron dan mengajaknya berjalan menuju kamarnya, Anne segera memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu kamarnya. Bunyi 'klik' pada pintu menunjukkan kalau kombinasi yang baru ia masukkan itu berhasil membuka pintu, masih tak bicara apapun Anne meminta Aaron untuk ikut masuk kedalam. Aaron yang sudah kehabisan tenaga hanya pasrah ketika ditarik oleh Anne masuk ke dalam apartemen Ia lalu duduk di sofa untuk menenangkan diri, berlari ke lantai sepuluh melewati tangga darurat bukan hal mudah.      

Melihat Aaron kepayahan seperti itu benar-benar membuat Anne tidak tega, ia lalu berjalan menuju pantry dan mengambil segelas air.      

"Minumlah, kau akan lebih baik," ucap Anne pelan sambil menyerahkan gelas yang berisi air kepada Aaron.      

"Terimakasih," jawab Aaron lirih, tangannya bergetar saat akan meraih gelas yang masih ditangan Anne.     

Karena tak tega melihat Aaron seperti itu akhirnya Anne pun membantu Aaron untuk minum, ia menahan tangan Aaron yang sedang memegang gelas saat minum. Rasa bersalah pun datang dalam diri Anne saat melihat kondisi Aaron.     

"Kau bukan orang bodoh bukan, kenapa harus berlari menyusulku dengan berlari menggunakan tangga darurat Aaron!!"hardik Anne dingin dengan suara meninggi.     

"Aku tak mau kau marah padaku, karena itulah aku berlari dan menyusulmu" jawab Aaron jujur.     

"Tentu saja aku marah padamu, kau menciumku tanpa izin seperti tadi. Siapapun pasti akan marah Aaron, memangnya karena kau seorang CEO jadi kau bisa berbuat seperti itu. Bukan begitu caranya Aaron, itu sama saja kau terlalu arogan. Kau bilang tadi tak ingin aku berteman denganmu karena melihat status sosialmu, tapi kau sendiri apa tadi. Kau menggunakan kekuasaan untuk berbuat semaumu dan…"     

"Aku mencintaimu Anne, aku melakukan itu karena aku mencintaimu. Maafkan aku yang tak bisa menahan diriku, aku ingin kau menjadi kekasihku Anne," ucap Aaron pelan memotong perkataan Anne.     

Bersambung      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.